HEADLINE
Survei BPS: Papua, Provinsi Paling Tidak Bahagia di Indonesia
Indeks kebahagiaan Papua tercatat jauh lebih rendah dibandingkan provinsi paling bahagia yakni Maluku Utara, begitu juga dengan provinsi tetangganya, Papua Barat.

KBR, Jakarta - Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menempatkan Papua sebagai provinsi paling tidak bahagia di Indonesia. Data terbaru BPS sampai April 2017 menyebutkan Indeks Kebahagiaan Penduduk Papua di bawah rata-rata kebahagiaan nasional yakni 67,52 persen.
Tahun ini, indeks kebahagiaan manusia Indonesia naik ke 70,69 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ada banyak faktor kesejahteraan yang mempengaruhi ketidakbahagiaan masyarakat Papua.
"Disana yang paling rendah per subdimensinya adalah personal. Ini berkaitan pendidikan, pendapatan, kondisi rumah, dan lain sebagainya," ujar Suhariyanto, Selasa (15/8/2017).
Ketidakbahagiaan masyarakat Papua terutama tampak dari Indeks Kepuasan Hidup personalnya yang rendah. Kategori ini melingkupi tingkat pendidikan dan keterampilan personal, kualitas rumah, tingkat pendapatan, pekerjaan, serta kesehatan. Sementara secara hidup sosial, masyarakat Papua masih menunjukkan kepuasan yang cukup tinggi yakni 73,80 persen.
Namun, kepuasan sosial itu tidak tercermin dalam aspek perasaan yang meliputi rasa aman, perasaan senang, dan tidak tertekan.
Menurut Suhariyanto, di kategori itu, kepuasan masyarakat Papua hanya mencapai 63,82 persen.
Indeks kebahagiaan Papua tercatat jauh dibandingkan provinsi paling bahagia yakni Maluku Utara (75,68 persen). Sedangkan dibandingkan provinsi tetangganya, Papua Barat, indeks kebahagiaan Provinsi Papua juga masih terhitung rendah. Berdasarkan survei itu, Papua Barat tercatat memiliki indeks kebahagiaan sebesar 71,73 persen.
Baca juga:
-
Denmark, Negara Paling Bahagia di Dunia
-
Maarif Insitute: Yogya, Bandung, Denpasar Kota Paling Islami
Editor: Agus Luqman
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!