BERITA
Pertemuan Bilateral, Amerika Tawarkan Alutsista
Kedua Menteri Pertahanan juga membahas terorisme dan ISIS

KBR, Jakarta- Amerika tawarkan persenjataan kepada Indonesia. Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan, saat kunjungan ke Indonesia Menteri Pertahanan Amerika Serikat James N. Mattis menawarkan pemberlian alat utama sistem pertahanan (alutsista).
Kata Ryamizard, saat ini Indonesia belum membutuhkan alutsista. Kata dia, kemungkinan baru Alutsista dibutuhkan pada 3 atau 4 tahun ke depan.
"Iya dia (AS) akan menjual Alutsistanya kepada kita. Tergantung kita berapa banyaknya. (Berapa akan dibeli?) Saya rasa sementara cukup dulu, tidak tahu tiga-empat tahun lagi. Kenapa? Kita kan tidak perang. Perang kita sama teroris, teroris kan tidak pake gitu-gituan (alutsista)," jelas Ryamizard kepada wartawan usai pertemuan bilateral bersama Menhan Amerika Serikat, Selasa (23/01).
Ryamizard mengatakan kondisi Alutsista yang sudah tua di antaranya pesawat.
"Kemungkinan ke depan pasti, adalah karena makin tahun ada yang harus diganti kan tua-tua kalau pesawat terbang. Kalau mobil 100 tahun masih bisa, kalau pesawat (usia) 50 tahun ngeri-ngeri juga," ucapnya.
ISIS
Dalam pertemuan bilateral itu kedua menteri pertahanan juga membahas persoalan terorisme terutama ISIS di kawasan Asia tenggara. Kata Ryamizard mata-mata perlu diperbanyak untuk mengawasi gerak-gerik mereka.
"Nah harus diselesaikan karena kalau tidak dibesarkan jadi bertambah kuat. Untuk menyelesaikan ini kita perlu banyak mata-mata. Indonesia membentuk intelijen dengan nama 'our eyes'. Supaya kita tahu pasti apa mau kemana dia (teroris)," jelas Ryamizard.
Kata dia, Amerika berjanji membantu peralatan.
"Tadi Jenderal Mattis menyatakan akan bantu. Karena bagaimana pun alat peralatan Amerika jauh lebih canggih dari kita. Kita perlu bantuan, hal ini akan dibantu," imbuhnya.
Selain itu Menhan RI Ryamizard Ryacudu bersama Menhan AS James N. Mattis juga membahas etnis Rohingya. Kedua menteri kuatir pengungsi Rohingya ditampung ISIS.
"Kemudian masalah Rohingya, bantuan kemanusiaan sudah, Amerika sudah, negara lain juga sudah banyak. Tapi saya memandangnya dari sisi lain. Ini harus ditangani dengan benar, kalau tidak benar, di Myanmar tidak diterima, di Bangladesh tidak diterima, di negara lain tidak diterima, ya pasti dia (Rohingya) akan berpikir ya di mana. Yang menerima pasti teroris, nah ini bahaya," kata Ryamizard.
DIa melanjutkan, "nanti kalau dari teroris ISIS itu narik 'eh ini aja' diajak bergabung, kan susah. Maka menanganinya harus bijak. Orang lagi bingung, pasti mau."
Dalam kesempatan yang sama, James N. Mattis mengapresiasi cara Indonesia menangani kasus terorisme.
"Kami akan memperluas dan merespon permintaan apapun dari Indonesia untuk counter terorisme dan melakukannya untuk melindungi keamanan masyarakat sipil. Indonesia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa selama 10 tahun terakhir dan kita bisa belajar dari itu dan bekerja sama."
Sebelumnya Indonesia dan Amerika menandatangani Persetujuan Kerjasama Pertahanan. Kesepakatan itu ditandatangani saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Washington DC pada 26 Oktober 2016.
Editor: Rony Sitanggang
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!