BERITA

Jumlah ODHA Meningkat, Kebanyakan Ibu Rumah Tangga

Penularan bisa terjadi karena kurangnya sosialisasi tentang HIV/AIDS.

AUTHOR / Adi Ahdiat

Jumlah ODHA Meningkat, Kebanyakan Ibu Rumah Tangga
Ilustrasi: Budaya komunikasi pasangan yang kurang terbuka bisa meningkatkan risiko infeksi HIV. (Foto: Pixabay)

KBR, Bandung – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Berli Hamdani, melaporkan ada peningkatan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh Indonesia.

"Trennya meningkat di semua kelompok, hanya memang peningkatannya lebih bermakna hampir 20-an persen, yaitu ada pada ibu rumah tangga. Peningkatannya ada di seluruh daerah (Indonesia) yang menjadi lokus," kata Berli dalam Pertemuan Koordinasi Penguatan Kelembagaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) se-Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, seperti dikutip dari Antara, Senin (24/6/2019).

Salah satu ibu rumah tangga pengidap HIV yang hadir di acara itu bercerita, ia baru tahu dirinya positif HIV sejak Januari 2018. Bahkan salah satu anaknya juga sudah positif HIV.

"Saya kaget banget dan sedih, nggak nyangka bisa terinfeksi. Tetapi saya berusaha, apapun yang ada, yang bisa kita ikhtiar dulu. Saya harus bisa, harus semangat, walaupun sendiri," katanya, seperti dikutip Antara (24/6/2019).

Selain di kalangan ibu rumah tangga, tren peningkatan ODHA juga terjadi di kelompok Pekerja Seks Komersial (PSK) serta pelajar/mahasiswa.

"Saat ini, di Jawa Barat, sudah ada 37.485 kasus HIV dan 10.370 kasus AIDS," ungkap Berli.


Perbedaan HIV dan AIDS

Pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah orang yang sudah terinfeksi virus hingga sistem kekebalan tubuhnya menurun drastis.

Sedangkan penderita AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit kronis akibat infeksi HIV jangka panjang.

Menurut Berli, peningkatan penularan bisa terjadi karena kurangnya sosialisasi tentang HIV/AIDS. Infeksi juga rawan terjadi karena budaya komunikasi pasangan yang kurang terbuka.

"Budaya di Indonesia bisa dikatakan masih tabu untuk membicarakan kekurangan dari masing-masing diri kepada pasangannya. Padahal mungkin kalau dari awal sudah dibicarakan misal bahwa saya ini penderita (HIV/AIDS) dan mungkin tidak akan terjadi penularannya, jangan sampai tidak diketahui oleh pasangannya," jelas Berli.

"Selain itu kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri atau melapor juga penting dalam mencegah dan mengatasi HIV/AIDS," tambahnya.


Tes HIV Sukarela

Berli menjelaskan, saat ini pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota sudah mulai membuka klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing). Di klinik ini, masyarakat bisa mendapat layanan konseling dan tes HIV secara sukarela.

"Kalau ini (VCT) secara masif dilaksanakan, InsyaAllah nanti akan semakin banyak orang yang secara sukarela memeriksakan kondisinya. Selain itu, kita juga ada Pusat Informasi Konseling dan ada juga konseling berbasis web, ada juga kerja sama dengan BKKBN melalui generasi berencananya itu, dengan BNN untuk penanganan kasus terutama di instansi, kemudian ada juga dengan perguruan tinggi," kata Berli.


Editor: Citra Dyah Prastuti 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!