HEADLINE

Ini Capaian Jokowi, Mulai Infrastruktur Hingga Setop Ekspor Bahan Mentah

""Saya sampaikan pada provinsi dan kota agar jalan dan seluruh infrastruktur pendukung yang telah kita bangun, segera dihubungkan dengan kawasan pertanian, pariwisata, perkebunan, perindustrian""

Resky Novianto

Ini Capaian Jokowi, Mulai Infrastruktur Hingga Setop Ekspor Bahan Mentah
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat Milad ke-109 Muhammadiyah secara daring dari Istana Negara, Kamis (18/11/21). (Foto: Antara/Biro Pers/Muchlis Jr)

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan capaian pembangunan infrastruktur selama dirinya menjabat sebagai kepala negara sejak 2014 hingga sekarang.

Jokowi mengklaim berhasil membangun ribuan kilometer jalan dan jalan tol, ratusan pelabuhan, belasan bandar udara hingga puluhan bendungan di seluruh wilayah Indonesia.

"Jalan tol dalam enam tahun ini telah selesai 1.640 kilometer, kalau non tol sudah 4.600 kilometer, bandar udara kita telah bangun yang baru 15 bandara dan 38 ekspansi perbaikan bandara lama. Pelabuhan sudah kita bangun 124 pelabuhan baru, bendungan juga sudah kita bangun dalam rangka ketahanan pangan kita, 22 bendungan sekarang, sampai 2024 perkiraan kita mungkin 65 bendungan bisa kita selesaikan," ucap Jokowi dalam acara Kompas100 CEO Forum yang ditayangkan Kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (18/11/2021).

Kepala negara mengatakan, pembangunan infrastruktur merupakan fondasi jangka menengah dan panjang yang penting dalam rangka menapaki kemajuan negara Indonesia.

Ia juga menginstruksikan pemerintah di daerah untuk segera memanfaatkan infrastruktur tersebut, sebagai penghubung antar sektor.

"Saya sampaikan pada provinsi dan kota agar jalan dan seluruh infrastruktur pendukung yang telah kita bangun, segera dihubungkan dengan kawasan pertanian, pariwisata, perkebunan, perindustrian itu tugasnya mereka," tegasnya.

Setop Ekspor Bahan Mentah Bauksit dan Tembaga

Selain pencapaian tadi, Jokowi juga menargetkan Indonesia akan kembali menambah penyetopan ekspor bahan mentah lain setelah nikel.

Kata dia, kemungkinan Indonesia akan menyetop ekspor bauksit mulai tahun depan, disusul tembaga pada tahun berikutnya.

"Nikel pertama sudah setop, tahun depan mungkin bisa setop bauksit, kalau smelter kita siap, setop bauksit. Tinggal kita bisa membuka lapangan kerja, hilirisasi industrialisasi di negara kita. Bauksit sudah, tahun depannya lagi setop tembaga, karena semelter kita di Gresik. Kita ingin nilai tambah, added value, kita ingin ciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya," katanya di kegiatan yang sama.

Orang nomor satu di Indonesia ini mengatakan, kebijakan hilirisasi dan industrialisasi ini akan diteruskan, seiring telah disetopnya ekspor nikel.

Baca: Wapres: Program Bansos Tak Bisa Entaskan Kemiskinan

Jokowi mengklaim tidak masalah dan tidak gentar, meskipun masalah ekspor nikel dibawa ke organisasi perdagangan dunia (WTO).

"Meskipun kita dibawa WTO oleh UE (Uni Eropa), tidak apa-apa, ini nikel kita kok dari bumi negara kita," tuturnya.

Tujuan utama penghentian itu, lanjut Jokowi, untuk membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya di Indonesia. Ia lantas mengajak negara lain bekerja sama dan berinvestasi di Indonesia.

"Kalau saya buka (ekspor) dan kita kirim raw material Indonesia ke Eropa atau negara-negara lain, yang membuka lapangan kerja mereka dong. Kita tidak dapat apa-apa, tapi kalau mau kerja sama ayo," tegasnya.

"Kalau kerja sama setengah jadi di Indonesia tidak apa-apa, nanti setengah jadi dikirim ke negaramu dijadikan barang tidak apa-apa. Tapi kalau kita suruh kirim barang mentah terus, setop. Jangan berpikir Indonesia akan kirim barang mentah," pungkas Joko Widodo.

Berita lainnya: 


Editor: Kurniati Syahdan

  • Jokowi
  • Presiden Jokowi
  • infrastruktur
  • setop ekspor bahan mentah
  • nikel
  • bauksit
  • tembaga
  • jalan
  • jembatan
  • bandara
  • jalan tol

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!