NASIONAL
Cacar Monyet Muncul di Singapura, Dinas Kesehatan Diminta Siaga
Kemenkes juga mengimbau pihak berwenang agar melakukan pengawasan intensif kepada pelaku perjalanan dari Singapura, Afrika Barat dan Afrika Tengah.
AUTHOR / Adi Ahdiat
KBR, Jakarta - Cacar monyet atau monkeypox dilaporkan telah muncul di Singapura. Satu orang sudah dinyatakan positif terinfeksi. Kini dia dan 23 orang yang dekat dengannya sudah dikarantina oleh pihak berwenang setempat.
Merespon kabar itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta dinas kesehatan (dinkes), kantor kesehatan pelabuhan (KKP), rumah sakit, dan puskemas untuk siaga.
“Yang paling dekat dengan Singapura adalah Batam. Jadi kami imbau dinkes dan UPT (unit pelaksana teknis) Kemenkes di sana untuk waspada. Terutama KKP yang menjadi pintu keluar masuk warga negara Singapura,'' kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, dalam rilisan persnya (15/5/2019).
Menurut data Sistem Karantina Kesehatan (Sinkarkes) periode Januari – 10 Mei 2019, kedatangan kapal laut ke Indonesia terbanyak berasal dari Singapura. Penerbangan dari Singapura juga cukup banyak, hingga membuka peluang masuknya monkeypox ke Indonesia.
Kemenkes juga mengimbau pihak berwenang agar melakukan pengawasan intensif kepada pelaku perjalanan dari Singapura, Afrika Barat dan Afrika Tengah yang merupakan negara asal monkeypox.
Cacar Monyet: Penyakit Langka
Menurut World Health Organization (WHO), cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini pertama ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Afrika Tengah, pada tahun 1970-an. Virusnya mirip dengan virus cacar biasa dan bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Tahun 1996 – 1997 monkeypox merebak di negara-negara kawasan Afrika tengah. Kemudian tahun 2003 penyakit ini ditemukan di Amerika Serikat.
Setelah itu laporan kasus cacar monyet sempat menghilang lama. Sampai tahun 2018, barulah penyakit ini muncul lagi di Afrika dan Inggris.
WHO menyebut, persentase kematian karena monkeypox sekitar 1 – 10 persen dari total penderitanya. Kasus kematian paling banyak terjadi pada penderita berusia belia.
Menular Lewat Cairan Tubuh dan Pernapasan
Menurut WHO, virus cacar monyet secara alamiah bisa hidup di tubuh primata dan hewan pengerat seperti tupai atau tikus.
Virus ini bisa menular ke manusia lewat kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi.
Manusia yang terinfeksi cacar monyet kemudian bisa menulari manusia lain lewat
cairan tubuh, misalnya lewat cairan yang keluar dari luka atau lepuhan kulit
penderita.
Seseorang yang melakukan kontak tatap muka dengan penderita dalam waktu lama juga bisa tertular lewat pernapasan. Karena itu, cacar monyet lebih berisiko menular di kalangan anggota keluarga yang hidup bersama-sama.
Gejala awal penyakit cacar monyet adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, serta tubuh lemas.
Setelah 1 – 3 hari demam, orang yang terpapar virus cacar monyet umumnya akan mengalami ruam-ruam atau kulit melepuh di bagian wajah, tangan dan kaki.
Dalam sejumlah kasus ruam ini juga muncul di bagian kelamin dan kornea (bola mata).
Tidak Ada Obat Khusus untuk Cacar Monyet
WHO menyebut, sampai sekarang belum ada vaksin khusus untuk menyembuhkan cacar monyet.
Penyakit ini biasanya diobati dengan vaksin cacar biasa (smallpox). Dalam 85 persen kasus, penderitanya bisa sembuh dalam jangka waktu 14 – 21 hari.
Menurut WHO, satu-satunya cara mencegah penularan cacar monyet adalah menghindari kontak langsung dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
Karena itu WHO mengimbau tenaga-tenaga kesehatan agar menempatkan penderita cacar monyet di ruangan terisolasi, serta menggunakan pelindung seperti sarung tangan dan masker saat melakukan perawatan.
WHO juga menyarankan pengawasan terhadap aktivitas pengiriman hewan, khususnya dari negara-negara yang punya catatan kasus cacar monyet.
(Sumber: www.who.int)
Editor: Agus Luqman
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!