RAGAM

Pandemi Covid-19, Begini Sulitnya Guru di Daerah Terpencil Belajar Jarak Jauh

""Apabila ada orang tua yang tidak punya gadget, kami ada guru kunjung, ada kelas kecil,""

Sadida Hafsyah

Pandemi Covid-19,  Begini Sulitnya Guru di Daerah Terpencil Belajar Jarak Jauh
Wali Kota Bogor Bima Arya beri gawai untuk belajar online yang didirikan Jabar Bergerak Kota Bogor bagi siswa tidak mampu (Antara/Arif Firmansyah)

KBR, Jakarta-  Selama pandemi, siswa yang tidak memiliki gawai  di Malinau Barat bisa memanfaatkan Perpustakaan Desa (Perpusdes) agar bisa belajar. Guru SDN 002 Malinau Barat, Kalimantan Utara, Birrul Asrori mengatakan gawai  memang diperlukan untuk pembelajaran jarak jauh.

Kata dia, proses belajar mengajar selama pandemi Covid-19 juga semakin terbantu, setelah pemerintah mengeluarkan modul Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ. Ia menyebut guru sempat mengalami kesulitan ketika mengadaptasikan protokol kesehatan dengan proses belajar mengajar. Misalnya, sebelum modul ini ada, sekolah harus membagi kelas siswa agar tidak berdesakan dalam satu ruangan, yakni Belajar Tatap Muka (BTM) dan Belajar Di Rumah (BDR)

"Untuk masalah gadget yang kami lakukan di daerah kami. Karena kami termasuk zona hijau, apabila ada orang tua yang tidak punya gadget, kami ada 'Guru Kunjung', kami ada kelas kecil, kami punya Perpusdes (Perpustakaan Desa) yang dikelola oleh Litara. Itu sangat membantu kami apabila PDD. Selain ada Perpusdes dari Litara, di situ juga ada koordinatornya. Mendata siswa-siswa yang kesulitan belajar. Hingga setiap satu pemuda biasanya di tempat kami sudah ada Perpusdes yang ada pemudanya," ujar dia dalam diskusi daring Kemendikbud soal modul PJJ. 

Kata dia, sebelum adanya modul  kelas   dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok masuk kelompok BTM (Belajar Tatap Muka), kelompok kedua   masuk BDR (Belajar di Rumah). Setiap hari giliran itu bertukar. Akibatnya harus  sering mengulang materi.

"Kalau pakai modul ini enak. Jadi yang BTM maupun yang BDR mendapatkan materi yang sama, di hari yang sama. Kami tidak terus mengulang materi kepada kelompok yang berbeda. Berikut juga di modul ini hanya esensial dan prasyarat. Sehingga kami merasa cakupannya jauh lebih luas. Dan bisa fokus memilih mana yang bisa kami jalani. Karena hanya esensinya saja dan prasyaratnya saja dari materi tersebut yang kami ajarkan. Sehingga tadi yang awalnya, seperti matematika pada kelas 3, tingkat 13, yang awalnya 13, sehingga tinggal 6. Tujuh sudah disederhanakan, dilebur, dijadikan lebih esensial saja yang keluar. Jadi kami bisa lebih rileks dengan pemilihan fokus pembelajarannya," jelas Birrul.

Sebelumnya  Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian meminta agar Kementerian Pendidikan berkoordinasi dengan daerah-daerah untuk segera menyebarkan modul pembelajaran jarak jauh (PJJ). Menurutnya dalam situasi pandemi, modul pembelajaran sangat dibutuhkan bukan hanya oleh guru namun juga orang tua, agar melakukan pembelajaran lebih menyenangkan. 

Ia juga meminta agar pemerintah saling berkoordinasi antar kementerian terkait masalah fasilitas PJJ di daerah-daerah tertinggal.

Hasil survei Balitbang Kemendikbud mengatakan hanya 28 persen guru di daerah yang memiliki modul PJJ, sedangkan sisanya terkendala informasi, geografis, fasilitas, dan biaya sehingga tidak mendapat modul PJJ ini.


Editor: Rony Sitanggang


(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun.)

  • #cucitanganpakaisabun
  • #jagajarakhindarikerumunan
  • #IngatPesanIbu
  • #jagajarak
  • #satgascovid19
  • COVID-19
  • #cucitangan
  • #pakaimasker
  • #KBRLawanCovid

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!