BERITA

KB, Resep Hidup Berkualitas

"Target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan."

Eli Kamilah

KB, Resep  Hidup Berkualitas
Angka kematian ibu, Keluarga Berencana, Merck Sharp & Dohme

KBR68H, Jakarta-Target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan. Pemerintah menargetkan penurunan angka kematian dari 228 per 100.000 kelahiran menjadi 102 per 100.000 kelahiran pada 2015. Sayang sampai saat ini berdasarkan Hasil Survei Dasar Kependudukan Indonesia 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi.

Salah satu cara untuk mencapai target tersebut adalah dengan gencar mengkampanyekan program Keluarga Berencana (KB). Program KB meliputi pemakaian alat-alat kontrasepsi.
Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan & Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. dr. Julianto Witjaksono  mengaku laju pertumbuhan penduduk di Indonesia cenderung meningkat secara signifikan. Dari sensus penduduk pada tahun 2010, terjadi peningkatan dari 1,29 menjadi 1,49.

Dampak terjadinya pertambahan penduduk yang dinilai Julianto menyamai satu negara Singapura tersebut, lebih mengena pada pertumbuhan anak-anaknya di masa depan. Beruntung jika kedua orangtuanya mampu memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan dan sandang pangan. Namun bila tidak, maka akan banyak masalah yang harus dihadapi oleh generasi masa mendatang.

Akibat pertumbuhan penduduk ini, angka kematian ibu juga meningkat drastis. Ini bisa dilihat di lima provinsi yang memiliki angka kematian ibu tinggi yaitu  Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur dan Banten.  Kelima provinsi dengan penduduk terbanyak ini menyumbang hampir sebagian besar kasus kematian ibu di seluruh Indonesia.

Pikirkan Kualitas Hidup Anak
dr Cindy Rani, SPOG dari Persatuan Obstetri Ginekolog Indonesia mengatakan kebutuhan anak tidak hanya sebatas fisik saja, seperti kebutuhan pendidikan, dan kesehatan. Namun, perhatian dan pendidikan karakter juga dibutuhkan untuk menciptakan perilaku anak yang berkualitas. Kecenderungannya, orangtua dengan banyak anak seringkali kesulitan mendidik anak menjadi pribadi tangguh dan siap berjuang untuk masa depannya. Demi mencapai hal tersebut, seharusnya, kata Cindy, orangtua bisa lebih bijak merencanakan kehamilan. Salah satu caranya dengan Keluarga Berencana (KB).


Keluarga Berencana (KB) kata Julianto merupakan satu cara untuk pasangan untuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan. “Berapa jumlah anak yang diinginkan, bagaimana anak itu hadir, jarak anak satu dengan yang lainnya, bagaimana?” kata Julianto.


Beragam Metode KB

Banyak ragam metode yang ditawarkan oleh KB untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Ada metode kontrasepsi pil, suntik dll. Metode yang dipilih harus memberikan kepastian, tidak gagal, tidak mempunyai masalah sehingga kehamilan bisa dicegah. Menurut Julianto masih banyak metode KB yang seringkali tidak dipatuhi oleh pasangan. Misalnya untuk KB suntik saja, angka ketidakpatuhan atau drop out mencapai 41 persen, kemudian untuk pil 22 persen. Dua metode ini banyak dipilih namun dengan angka ketidakpatuhan yang sangat tinggi. Artinya pasangan tersebut punya kemungkinan untuk hamil yang tidak direncanakan.


Metode kontrasepsi tak hanya suntik dan pil. Namun, kata Cindy metode kontrasepsi juga ada yang disebut metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Salah satu contohnya spiral dan implant atau susuk KB. Pemakaian kedua metode tersebut seringkali tidak disukai masyarakat. Alasannya, ketika menggunakan dua metode itu ada dampak sampingnya, misal spiral dikhawatirkan terlepas, sakit dan membahayakan.


Menurut Cindy, pendidikan pada masyarakat tentang KB cenderung minim. Sosialisasi gencar sangat diperlukan terutama oleh tenaga medis yang dekat dengan keseharian masyarakat, contohnya melalui bidan-bidang daerah atau di puskesmas. Kepatuhan masyarakat dalam menggunakan KB jangka panjang akan mampu mengurangi dampak pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. 


MKJP yang bisa dipilih masyarakat adalah implant atau susuk, spiral, IUD dan sterilasasi. Untuk metode terakhir, kata Cindy, merupakan metode yang sangat mudah dan tidak menimbulkan efek samping. Namun sayangnya banyak masyarakat yang masih takut untuk melakukan operasi atau masyarakat yang sulit menemukan akses sterilisasi lewat operasi.


Senada dengan Cindy, Julianto juga menyarankan hal yang sama. Apalagi MKJP ini gratis, asal dilakukan di tempat kesehatan pemerintah. “Datanglah ke klinik-klinik atau puskesmas pemerintah, dan dapatkan metode ini yang sangat baik untuk bapak ibu semua,” saran Julianto.
Julianto juga menambahkan setiap pasangan sebaiknya berkonsultasi dulu pada dokter agar bisa merencanakan dengan baik ketika memutuskan memiliki anak, apalagi jika hendak menggunakan KB. Menurut Julianto dari semua metode KB, metode susuk merupakan metode KB yang paling kecil angka kegagalannya, dibandingkan spiral, suntik dan pil. Para pasangan juga harus bisa memiliki kesadaran masing-masing. Jika istrinya tidak bisa melakukan KB karena beberapa faktor, seperti adanya hipertensi, suami juga bisa berkontribusi dengan melakukan pencegahan atau KB. Misalnya dengan vasektomi dan penggunaan kondom.


Perbincangan ini kerjasama KBR68H dengan MSD – Merck Sharp & Dohme.

Editor: Vivi Zabkie

  • Angka kematian ibu
  • Keluarga Berencana
  • Merck Sharp & Dohme

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!