BERITA

Harga Bahan Pokok Naik, Pedagang Justru Tidak Menikmati Keuntungan

"KBR68H, Jakarta - Kenaikan Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia"

Doddy Rosadi

Harga Bahan Pokok Naik, Pedagang Justru Tidak Menikmati Keuntungan
harga bahan pokok, naik, pedagang pasar, bulan puasa

KBR68H, Jakarta - Kenaikan Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Di Jakarta harga cabe jenis rawit naik menembus Rp 50 ribu per kg, begitu juga dengan harga ayam yang semula di Rp 24 ribu menjadi Rp 34 ribu. Kenapa harga bahan pokok naik gila-gilaan? Apakah karena menjelang bulan puasa atau ada spekulan yang bermain? Simak perbincangan penyiar KBR68H Quinawaty Pasaribu dan Sutami dengan Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia Ngadiran dalam program Sarapan Pagi.

Ada yang sampai dua kali lipat naiknya. Rata-rata naik berapa?

Kalau dibilang rata-rata ya tidak bisa dibilang rata-rata, naiknya suka-suka.

Ini karena pasokan yang sedikit tapi permintaannya banyak, kondisi sebenarnya bagaimana?

Ini yang memang kadang-kadang juga menjadi aneh, kita sebagai yang dagang sangat kebingungan. Kalau cabai standar harganya mestinya harga sekitar Rp 16.000 itu petaninya juga untung. Artinya petani sudah dapat untung atas pembelian pupuk, pedagang juga dapat untung, rakyat juga bisa membeli. Tapi pergerakan dengan ketidakpastian pengaruhnya diawali dengan adanya kebijakan mau menaikkan BBM yang tertunda lama walaupun akhirnya ketok palu juga, ini yang untung bukan petani dan bukan pedagang yang di pasar tradisional, ini siapa yang menikmati keuntungan sebenarnya. Kemudian pemerintah menyatakan mau mengimpor daging untuk mengantisipasi kekosongan barang atau menekan harga, itu boleh-boleh saja walaupun petani harus dilindungi. Hanya saya berpesan sebenarnya impornya harganya berapa di negara asal, kemudian ongkosnya berapa, susutnya berapa, mau cari untung berapa mesti di sana ditulis. Pemerintah berani tidak menetapkan itu, jangan hanya memberi izin impor tapi tidak mau mengendalikannya, akhirnya rakyat juga yang menderita.
Jadi harus diumumkan juga ketika mengimpor Harga Eceran Tertinggi begitu ya?
Iya kalau berani. Pemerintah juga mengerti bisa disurvei berapa, ongkosnya berapa, pajaknya berapa bisa dihitung.

Kalau kita merujuk pada harga sekarang yang terus menaik, apakah nanti pada saat bulan puasa akan naik terus sampai berapa?

Tidak bisa diukur. Saya hanya katakan ini barang selalu ditopang dengan impor supaya harga tertekan, supaya rakyat bisa membeli dengan yang murah. Sekarang apa kebijakan dan upaya untuk melakukan itu, satu contoh daging mau diimpor, bulog diberikan izin untuk mengimpor, sekarang bagaimana dengan harga itu supaya rakyat tidak menjerit terus.
 
Untuk ayam bagaimana?

Bicara mengenai ayam, di dalam rapat koordinasi peternak mengatakan barangnya siap. Ketika itu rapat harga masih Rp 23.000 katanya cukup, katakanlah BBM naik ada biaya tambahan menjadi Rp 26.000 itu belum lebih dari Rp 30.000. Sekarang harga ayam Rp 36.000 ini siapa yang menikmati selisih keuntungan itu.

Kabarnya para pedagang yang sudah mogok, ada berapa?

Ya cukup banyaklah. Karena pedagang tidak menikmati keuntungan yang memadai, dengan modal yang naik terus berarti mengutang lagi dan harus bayar bunga yang naik. Sekarang keuntungannya tetap, kalau satu ekor Rp 2.000 atau Rp 3.000 itu sama saja karena modalnya naik. Makanya terjadi langkah pemogokan, bagi pedagang yang di pasar kena tuduhan terus.

Menurut anda pihak mana yang menikmati dari kenaikan harga ini?

Yang menikmati tentu yang modalnya besar, punya tempat besar, punya jaringan kuat.

Distributor?

Anda yang menjawab.   




  • harga bahan pokok
  • naik
  • pedagang pasar
  • bulan puasa

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!