BERITA

Menanti Presiden Pro-Keberagaman

Rio Tuasikal

Menanti Presiden Pro-Keberagaman
Capres, Keberagaman, Toleransi, Bhineka Tunggal Ika

KBR, Jakarta - “Indonesia negara majemuk soal budaya, etnis, agama. Penting punya presiden pro-keberagaman,” kata Dwi Rubiyanti Kholifah dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR dan TvTempo, Rabu (14/5) malam kemarin. Perempuan yang juga Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) ini mengajak masyarakat kembali pada semangat Indonesia: kebhinnekaan.

Kenapa kebhinnekaan menjadi penting bagi capres? Menurut Rubi, panggilan akrab Rubiyanti, kebhinnekaan jadi dasar bagi masalah sosial yang lain. “Kalau masyarakat kita menerima keberagaman, kohesi sosial akan bertahan,” ujarnya. Jika tidak,  kita akan terus berkelahi.

Saat ini ada dua nama yang digadang menjadi Capres: Prabowo Subianto dari Gerindra dan Joko Widodo dari PDI Perjuangan. Rubi punya penilaian berbeda untuk kedua orang ini.

Rubi menceritakan Joko Widodo yang menolak memindahkan Lurah Susan di Lenteng Agung hanya karena agamanya. Menurut Rubi itu contoh komitmen Jokowi terhadap konstitusi dan keberagaman.

Sementara Rubi tidak berkomentar banyak soal Prabowo. Rubi menilai Prabowo masih bermasalah terkait isu HAM dan militerisme. Apalagi kemarin Partai Gerindra diguncang isu pemurnian agama. Karena itu Rubi menunggu pihak Prabowo memberikan bukti-bukti bahwa Prabowo pro-keberagaman juga.

Bukan masalah Prabowo atau Jokowi, kata Rubi ini soal kriteria. Yang jelas, kata Rubi, “Presiden harus tunduk pada konstitusi, bukan kelompok tertentu.” Selain itu, pro-keberagaman menurut Rubi bukanlah melulu lewat pernyataan, tapi tindakan.

Rubi membayangkan isu keberagaman akan masuk ke debat Capres mendatang. Dia berharap para calon punya gagasan segar untuk menyelesaikan pekerjaan rumah kebhinekaan Indonesia yang kian menumpuk. Para calon harus bertarung sehingga akan jadi “pertarungan yang sangat menarik.”

Rubi mengingatkan juga soal keberagaman seksualitas, dan kelompok berkebutuhan khusus atau disabilitas. Kelompok LGBT sering jadi target kekerasan, sementara disabilitas tidak dipenuhi kebutuhannya.

Presiden Indonesia ke depan punya sejuta warna-warni dari Aceh sampai Papua. Dia dimandat oleh ribuan agama serta kepercayaan, ribuan suku, serta kelompok marjinal seperti LGBT dan disabilitas.

Untuk memilih capres nanti, Rubi meminta masyarakat melihat kembali rekam jejak para calon  siapa pun itu. Patokannya apakah calon presiden tersebut setia kepada konstitusi dan hukum? Lalu, apakah calon presiden itu takut ke kelompok intoleran?

Rubi mengajak masyarakat kembali ke hati nuraninya. Rubi percaya masyarakat bisa memilih capres yang pro-keberagaman.

Presiden itu kelak tidak perlu melihat jemaat gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia beribadah di seberang istananya. Sebab ia sendiri yang memerintahkan gembok kedua gereja sah itu dibuka. Presiden itu kelak memulangkan pengungsi Syiah Sampang dan Ahmadiyah Mataram ke rumah mereka. Rubi menunggu sosok itu. (sik)

Editor: Sutami

  • Capres
  • Keberagaman
  • Toleransi
  • Bhineka Tunggal Ika

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!