BERITA

Taufik Basari: Anggota DPR Itu Ibarat Ikan di Dalam Akuarium

"KBR68H, Jakarta - Satu lagi, seorang aktivis masuk partai politik. Namanya Taufik Basari."

Doddy Rosadi

Taufik Basari: Anggota DPR Itu Ibarat Ikan di Dalam Akuarium
taufik basari, partai nasdem, pemilu 2014, jakarta

KBR68H, Jakarta - Satu lagi, seorang aktivis masuk partai politik. Namanya Taufik Basari. Pengacara berusia 37 tahun ini sudah punya jam terbang lumayan, di antaranya saat menjadi anggota tim pengacara Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dan korban lumpur Lapindo. Sebagian dari rekan-rekannya di gerakan masyarakat sipil untuk demokrasi dan HAM menyayangkan pilihan dia untuk menjadi politisi. Pengalaman pemilu-pemilu lalu, aktivis yang bergabung dengan partai politik jadi melempem. Teriakan perjuangan menuntut Indonesia yang lebih baik tak lagi terdengar nyaring. Taufik Basari tidak menutup mata atas fenomena itu. Lalu, kenapa dia berani mengambil resiko itu dengan menerima pinangan sebuah partai politik? Berikut alasan-alasan Taufik Basari saat diwawancarai Jurnalis KBR68H Sutami.

Kenapa memutuskan untuk masuk ke dunia politik?

Awalnya kita yang selama ini berada di gerakan masyarakat sipil melihat partai politik itu dalam keadaan yang tidak positif, banyak rekan-rekan saya melihatnya negatif. Ketika saya diskusi dengan kawan saya yang justru bukan di Partai Nasdem itu dia bisa meyakinkan saya bahwa ini adalah aset bangsa, bagaimanapun ketika kita mau melakukan suatu perubahan kita tidak bisa melepaskan peran partai politik. Oleh karena itu partai politik harus diselamatkan, jangan kita berikan partai politik kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Justru harus kita rebut dan harus kita jadikan partai politik sebagai salah satu sarana mendorong cita-cita masyarakat ini.
 
Sekarang masuk dapil mana?

Masuk di Dapil DKI Jakarta I yang meliputi Jakarta Timur, nomor urut 1.
 
Dapil Jakarta sangat sulit, orang berasumsi kalau main dapil Jakarta butuh uang sangat besar. Bagaimana?

Ada yang bilang dapil Jakarta Timur adalah dapil neraka. Pertama karena banyak tokoh-tokoh dan pengalaman-pengalaman sebelumnya ada tokoh senior yang tidak berhasil merebut kursi. Tapi menurut saya justru disitulah tantangannya, saya juga melakukan kalkulasi justru orang seperti saya cocok dengan dapil model begini. Kenapa, pertama kalau kita lihat pengalaman-pengalaman sebelumnya para pemilih di Jakarta Timur ada pemilih-pemilih yang rasional, mereka kritis. Mereka tidak hanya memilih secara kultural, secara emosional tapi mereka juga melihat track record. Justru di tempat seperti inilah saya bisa berkompetisi. Kedua kalau dikatakan soal biaya justru kalau menurut saya biaya politik di Jakarta relatif rendah, pertama cakupan wilayahnya padat artinya kita bisa mengirit dalam hal transportasi, kedua tentu karena saya dari awal mengatakan tidak akan menggunakan politik uang sehingga pengeluaran tidak ada satupun alokasi untuk politik uang. Saya cukup meyakini bahwa dengan pemilih yang rasional merekapun juga tidak akan mudah dibeli dengan politik uang. Karena saya tidak menggunakan politik uang tentu peluang saya dengan pemilih model seperti ini akan lebih besar, itulah kalkulasi saya.

Strateginya bagaimana?

Pertama menurut saya ketika melakukan kampanye kita juga harus dibarengi pendidikan politik. Dalam arti kita mendorong agar pemilih menjadi pemilih yang cerdas dan kritis. Dengan kita dorong pemilihnya menjadi cerdas dan kritis maka mereka akan melihat track record caleg-caleg. Kita harus ingatkan bahwa ketika kita memilih dalam pemilu kita memilih orang yang akan duduk di DPR, dimana orang itu akan menentukan arah bangsa kemana. Kalau kemudian pilihannya asal,  tidak bertanggung jawab tentu pemilih ini akan bertanggung jawab pada kualitas DPR kelak.

Banyak yang menyesalkan ketika anda memilih bergabung pada partai politik karena sebelumnya banyak para aktivis yang masuk partai politik ketika di partai politik jadi melempem. Tanggapan anda?

Betul. Jadi memang ketika saya sampaikan kepada publik tentu ada yang pro dan kontra, meskipun saya coba test the water melalui Twitter misalnya. Saya kumpulkan semua mention-mention yang masuk 80 persen memberikan sambutan yang positif, 20 persen meragukan, sinisme, dan sebagainya. Tetapi bagaimanapun juga kita tidak bisa melepas apatisme banyak kalangan yang melihat bahwa ketika seorang aktivis masuk ke dalam sistem, termasuk partai politik maka dia akan terpenjara dalam sistem itu. Sebenarnya ini semua tergantung dari dua hal, pertama pribadinya masing-masing apakah dia selama ini teruji mau di dalam lumpur atau apapun akan bisa bertahan, kedua adalah pengawalan dari aktivis-aktivis lain, gerakan-gerakan masyarakat sipil ini terhadap orang yang terjun ke dunia politik. Maka dari itu kalau misalnya seorang aktivis ketika masuk ke dunia politk kemudian aktivis-aktivis lain menjauhi kita justru membiarkan dia bertarung sendiri di dalam sistem yang baru. Menurut saya yang paling baik adalah aktivis-aktivis ini tetap mengawal, mendorong, memberikan saran-saran kepada orang-orang yang terjun ke dunia politik. Sehingga dia tidak akan merasa sendirian, mendapat satu semangat untuk terus berjuang di dalam, dan tidak terlarut dengan kondisi-kondisi yang mungkin saat ini bernuansa negatif. Karena itu saya berharap agar teman-teman yang lain yang selama ini kita bekerjasama di dalam gerakan masyarakat sipil terus mengawal saya, terus menganggap bahwa saya tetap bagian dari gerakan masyarakat sipil meskipun saya berada di dalam sistem.

Buat anda apakah itu yang terjadi sekarang dengan teman-teman partai politik?

Untuk yang lalu-lalu paling tidak kita bisa melihat pemilu yang lalu ada kecenderungan seperti itu dimana ketika orang sudah masuk partai politik dianggap berbeda dengan teman-teman gerakan lainnya. Sehingga tidak terus dikawal, kalau saya melihat kalau teman-teman gerakan ini belajar dari pemilu yang lalu harusnya kita mulai mengubah mindset itu, jangan dibiarkan sendirian. Justru gunakanlah partai politik untuk mengakselerasi gerakan-gerakan masyarakat sipil yang yang selama ini berjalan di luar.
 
Media menyorot ketua partai anda dalam “sengketa” dengan anak buahnya bernama Luviana. Bagaimana anda kemudian bisa menjembatani atau mengatasi masalah seperti ini?

Selama ini di masyarakat saya di LBH misalnya saya juga mengurusi hal perburuhan sehingga saya bisa memahami apa yang sedang diperjuangkan teman-teman. Cuma masalahnya meskipun pucuk pimpinannya sama, cuma ada dua hal yang berbeda yang satu partai dan satunya perusahaan. Posisi kita tentu tidak bisa melewati batas-batas itu secara lebih jauh. Tapi menurut saya adalah hak dari setiap orang, termasuk hak dari buruh memperjuangkan hak-haknya. Saya pikir perjuangan ini juga harus dicari solusinya, agar solusi terbaik yang didapat semua pihak. Masalahnya adalah tentu ketika saya di partai saya ada keterbatasan jika persoalan ini tidak langsung persoalan partai. Jika itu jadi persoalan partai tentu ada yang bisa saya lakukan, tapi kalau perusahaan saya juga harus bisa memahami posisi-posisi saya yang terbatas yang tidak ada kaitannya dengan partai.

Tapi ini sedikit banyak bisa mengganggu citra partai juga ya?

Betul. Jadi saya akui setiap permasalahan yang ada yang bisa dikaitkan dengan partai tentu akan mempengaruhi citra partai. Sebagai pribadi saya berharap persoalan ini bisa cepat selesai, sehingga persoalan yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan partai tidak membebani partai.

Kalau kemudian terpilih duduk di parlemen, pilihannya mau di komisi berapa?

Tentu dengan latar belakang saya di bidang hukum ya Komisi Hukum.

Kalau di Komisi Hukum ini termasuk salah satu komisi yang juga banyak yang nakal-nakal yang terlibat kasus. Bagaimana kemudian anda bisa meyakini diri sendiri baru kemudian orang lain untuk terbebas dari kelakuan nakal itu?

Pertama kita harus menempatkan diri kita di dalam akuarium. Kita adalah ikan di dalam akuarium, artinya kita harus sadar bahwa semua orang bisa mengawasi kita. Oleh karena itulah jika kita sudah di dalam anggaplah di Komisi Hukum harus menyadari kita sedang diawasi, semua orang bisa melihat kita, dan sebagainya. Apalagi duduknya kita di dalam Komisi Hukum tersebut berdasarkan pilihan rakyat dimana itu adalah amanah. Tentu ketika kita menyadari bahwa kita bisa dilihat oleh banyak orang kita harus bisa ajak orang-orang yang melihat itu untuk mengawal keberadaan kita di dalam itu. Jangan sampai kita terlena, jangan sampai kita membiarkan satu kondisi-kondisi yang tidak baik di dalam. Itulah fungsi kita harus menjaga itu semua dan sekali lagi apa yang dilakukan di dalam harus bisa bersinergi dengan yang di luar.  

  • taufik basari
  • partai nasdem
  • pemilu 2014
  • jakarta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!