BERITA

Gerakan Pola Hidup Bersih di Bantaran Kali Wonokromo

"KBR68H, Jakarta - Sekitar 900 warga stren kali Wonokromo atau warga yang tinggal di bantaran kali Wonokromo, Surabaya Jawa Timur selama bertahun-tahun dihantui rasa kekhawatiran akan digusurnya rumah-rumah mereka oleh pemerintah setempat."

Danu Mahardika

Gerakan Pola Hidup Bersih di Bantaran Kali Wonokromo
bantaran kali, wonokromo, hidup sehat

KBR68H, Jakarta - Sekitar 900 warga stren kali Wonokromo atau warga yang tinggal di bantaran kali Wonokromo, Surabaya Jawa Timur selama bertahun-tahun dihantui rasa kekhawatiran akan digusurnya rumah-rumah mereka oleh pemerintah setempat. Ini karena permukiman disana kumuh dan adanya limbah rumah tangga dari warga yang kerap kali mencemari kali. Pemerintah Kota Surabaya sudah beberapa kali mencoba memindahkan warga tersebut dengan menawarkan rumah susun sebagai gantinya tapi warga stren kali tetap menolak.

Ancaman penggusuran yang semakin kuat dan keinginan untuk hidup lebih baik akhirnya membuat sekelompok warga membentuk suatu gerakan pola hidup bersih dan sehat di bantaran kali Wonokromo. Ita, salah satu warga yang terlibat gerakan ini menceritakan bahwa pada awalnya cukup sulit untuk membujuk seluruh warga agar ikut berpartisipasi dalam gerakan ini. Beberapa warga ada yang setuju namun tidak sedikit juga warga yang menolak ide tersebut.
 
"Awalnya ada warga yang menolak gagasan ini, beberapa ada yang setuju juga. Tapi kita coba perlahan-lahan melakukan pendekatan untuk membujuk warga lagi. Akhirnya lama-lama mereka setuju juga dan mendukung pola hidup bersih ini," papar Ita dalam program Talkshow Bumi Kita KBR68H.

Ita bersama teman-temannya akhirnya berhasil meyakinkan warga untuk turut menjaga kebersihan kali Wonokromo. Ide pertama yang cukup revolusioner adalah rumah warga yang kemudian dibuat menghadap ke kali. Dengan begitu warga terdorong untuk  merawat kali karena pemandangan di depan rumah mereka adalah kali tersebut. Hal ini yang selanjutnya mendorong warga untuk menerapkan pola hidup bersih lainnya yaitu pengolahan sampah.

"Setelah rumah warga menghadap ke kali mereka jadi sadar dan peduli terhadap kali. karena mau tak mau pemandangan depan rumah kan kali jadi kalau kotor mereka juga yang tidak enak melihatnya,"lanjut Ita. 

Warga kemudian mulai melakukan pengolahan sampah. Berangkat dari sampah rumah tangga yang dikelola oleh masing-masing keluarga. Sampah non organik didaur ulang menjadi barang siap pakai atau dijual ke pabrik pengolah sampah plastik. Sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos yang bisa bermanfaat bagi mereka. Untuk limbah cair non kakus seperti air bekas mandi dan cuci tidak langsung dibuang ke kali tapi didaur ulang terlebih dahulu dengan teknik pengolahan limbah cair. Sedangkan untuk limbah kakus dialirkan ke septic tank lalu dialirkan lagi ke tanah resapan hijau baru dibuang ke kali. limbah-limbah ini baru akan dibuang ke kali setelah kandungan polutannya rendah.

Konsep seperti ini sebenarnya juga bisa diterapkan di kota-kota besar lainnya termasuk di Jakarta. Ketua Urban Poor Consortium (UPC), Edi Saidi mengatakan hal tersebut sangat mungkin dilakukan di Jakarta mengingat Jakarta memiliki kasus serupa yaitu adanya warga yang bermukim di sekitar bantaran kali Ciliwung. Menurut Edi kuncinya ada di pendekatan dan dialog dengan warga seperti yang telah berhasil di Surabaya.
 
"Yang dibutuhkan dialog yang hangat yang dua arah. tidak bisa kita pendekatannya searah, top down seperti itu apalagi memaksa. Saya kira model-model pendekatan persuasif, dialogis itu yang mesti kita kembangkan. Jangan lewat pendekatan hukum. Itu kurang tepat,"jelasnya.

Edi mengatakan warga stren kali dimana saja pasti tidak mau tinggal di tempat yang kumuh. Mereka pasti ingin lingkungan yang bersih dan sehat. Keinginan dasar ini lah yang harus dimanfaatkan pemerintah setempat untuk menggerakkan mereka merawat dan kawasan pinggir kali. Contohnya seperti Pemkot Surabaya yang turut membiayai pembangunan halaman rumah warga stren kali yang berada di tepi kali. halaman tersebut dibuat taman dan fasilitas bermain anak-anak sehingga terlihat teratur dan tidak kumuh. Dengan adanya kerjasama dari pemerintah setempat warga akan lebih bersemangat dalam merawat lingkungan mereka.

Konsep pola hidup bersih dan sehat ala warga stren kali di Surabaya ini diharapkan dapat dicontoh kota-kota lain. Masalah rendahnya kesadaran warga yang selama ini dijadikan masalah yang krusial ternyata masih bisa diatasi dengan menerapkan ide-ide baru yang bersifat merangkul warga untuk menjaga dan merawat kebersihan lingkungan khususnya kawasan  kali atau sungai.
"Kesadaran masyarakat yang selama ini sering dijadikan kambing hitam masih bisa diakali dan diatasi salah satunya dengan menerapkan konsep unik seperti di Surabaya ini," tutup Edi.   

Editor: Doddy Rosadi

  • bantaran kali
  • wonokromo
  • hidup sehat

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!