KBR, Rembang - Tiga perusahaan pembuatan garam beryodium di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tutup, lantaran kesulitan mendapatkan bahan baku. Cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi menyebabkan tambak garam tidak bisa digunakan untuk membuat garam.
Salah seorang pengusaha garam di Kecamatan Kaliori, Rembang, Pupon mengatakan harga garam lokal kini melonjak hingga Rp1,700 per kilogram. Harga itu setara dengan garam impor dari Australia yang mulai masuk ke pasaran, namun dengan kualitas lebih unggul.
Pupon mengatakan kalau pabrik tetap memproduksi garam briket beryodium, maka akan dipastikan rugi karena harga garam briket sulit naik di pasaran.
"Kalau kualitasnya memang lebih bagus dari Australia, tapi rasanya masih sedap garam lokal. Kemarin, pemerintah sempat mengumumkan pada pertengahan April, ada garam impor datang. Kebetulan saya ditelepon dari pihak provinsi Jawa Tengah, garam impor akan disiapkan di wilayah Gresik, Jawa Timur," kata Pupon kepada KBR, Jumat (31/3/2017).
Pupon menambahkan kondisi seperti ini disebabkan curah hujan masih tinggi mendekati bulan April. Padahal, menurut perkiraan, bulan April semestinya sudah memasuki musim kemarau.
Saat ini seluruh tambak garam di Kabupaten Rembang tidak bisa digunakan untuk membuat garam, lantaran terendam air hujan. Pupon mendesak pemerintah mengambil langkah–langkah, guna menyelamatkan usaha garam lokal. Salah satunya melalui subsidi.
Beberapa pabrik yang tetap produksi hanya sebatas mengandalkan stok lama. Itupun akhir bulan April nanti, stok sudah habis.
Baca juga:
-
Penyebab Menteri Susi Geram, Harga Garam Petani Susah Naik
-
Pengusaha Minta Garam Impor Setengah Juta Ton
Editor: Agus Luqman