BERITA

Vaksin Nusantara, Didukung Pemerintah Diragukan Epidemiolog

""Kelebihannya 90 persen pengelolanya dari kita, hanya memang antigen rekombinan masih bekerjasama dengan Amerika."

Heru Haetami, Anindya Putri, Adonia Naya

Vaksin Nusantara, Didukung Pemerintah Diragukan Epidemiolog
Rumah Sakit Kariadi Semarang, Jateng. (Antara)

KBR, Jakarta-  Rumah Sakit Kariadi Kota Semarang, Jawa Tengah akan melakukan uji klinis tahap dua vaksin covid-19 produk dalam negeri yakni Vaksin Nusantara. Vaksin Nusantara ini disebut diprakarsai oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Vaksin Nusantara dikembangkan antara lain dengan melibatkan PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) yang menggandeng AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat. Saat uji klinis dilakukan bersama Universitas Diponegoro (Undip) dan RS Dr Kariadi, Semarang.

Perwakilan Tim Peneliti, Yetty Movieta mengklaim vaksin ini lebih aman lantaran menggunakan sampel dari dalam negeri.

"Kelebihannya 90 persen pengelolanya dari kita, hanya memang antigen rekombinan masih bekerjasama dengan Amerika. Tapi semua pengelolaan dari sini harganya sekitar 10 USD atau masih sekitar di bawah Rp200 ribu setara dengan vaksin. Lalu lebih aman karena memakai darah kita sendiri kemudian akan memicu untuk kekebalan dan tidak ada bahan tambahan," ungkap Yetty di Semarang, Rabu (17/02/21).

Peneliti Vaksin Nusantara Yetty Movieta mengungkapkan pengembangan vaksin nusantara dilakukan sejak Desember tahun lalu. Yetty menepis keraguan masyarakat terkait efikasi dan transparansi pengembangan vaksin nusantara. Kata dia, vaksin sudah dilaporkan pada Organisasi Kesehatan Dunia.

Kementerian Kesehatan mengaku mendukung pengembangan vaksin Nusantara ini. Namun, pemerintah menegaskan vaksin yang akan digunakan di tanah air tetap harus melalui izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Juru Bicara Vaksinasi dari Pemerintah, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini masih menunggu laporan BPOM terkait pengawasan pengembangan vaksin ini. Nadia mengatakan, pemerintah juga masih menunggu rekomendasi dari para ahli seperti ITAGI dan komite etik vaksinasi.

Sementara itu, BPOM tengah melakukan evaluasi terhadap data hasil uji klinis fase 1 vaksin yang berbasis sel dendritik tersebut. Kepala Subdirektorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus, BPOM Siti Asfijah Abdoellah mengatakan, evaluasi ini bakal menentukan apakah pengembangan vaksin dapat berlanjut uji fase berikutnya atau tidak.

“Kita mengawal proses uji klinisnya, saat ini masuk fase uji klinik fase 1 sudah selesai dilaksanakan. Saat ini kami BPOM dalam tahap melakukan evaluasi terhadap data yang disampaikan," kata Siti dalam webinar, Kamis (18/2/2021).

Di sisi lain, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono mempertanyakan konsep pengembangan vaksin nusantara. Menurutnya tidak sesuai dengan konsep kesehatan masyarakat dan tujuan penggunaan vaksin untuk mengatasi pandemi.

"Itu kan sebenarnya penelitian vaksin untuk terapi kanker. Sistemnya jadi setiap orang harus diambil darahnya terus dibiakkan dari bagian darah menjadi sel dedintrik. Kemudian nanti dimasukkan lagi antigennya kepada orang yang sama. Apakah itu yang mau dicari? kalau untuk orang sakit tertentu gampang. Maksudnya, lebih masuk akal. Kalau untuk 100, 200 juta orang yang harus divaksinasi tidak mungkin. Jadi itu secara metodologi aja kalau itu bisa terjadi tidak mungkin dilaksanakan dan mahal. Jadi aneh cara berpikirnya menurut saya tidak logis, tidak sesuai dengan konsep public health dan konsep penggunaan vaksin untuk mengatasi pandemi," kata Pandu kepada KBR, Jumat (19/02)

Pandu menyarankan pemerintah sebaiknya fokus pada penggunaan vaksin yang sudah ada dan terbukti kegunaannya. Menurut ia, apabila pengembangan vaksin nusantara didanai oleh pemerintah, vaksin tersebut tidak layak dilanjutkan.

Pandu menegaskan pentingnya transparansi penelitian.

"Yang saya khawatirkan itu proyek mercusuar itu tidak tahu didanai siapa dan bagaimana proses sampai penelitian itu bisa terjadi. Maunya original, maunya karya anak bangsa, tetapi harus sesuai dengan logika ilmu pengetahuan dan kegunaan manfaat bagi masyarakat," ucap Pandu.

Editor: Rony Sitanggang

Redaksi KBR juga mengajak untuk bersama melawan virus Covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun.

  • #KBRLawanCovid19
  • #satgascovid19
  • #cucitanganpakaisabun
  • #IngatPesanIbu
  • #vaksinasicovid-19
  • #jagajarak
  • vaksin
  • COVID-19
  • #Takkenalmakatakkebal
  • #pakaimasker

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!