BERITA

Kisah WNI dari Wuhan: Observasi di Natuna Asyik, Beneran!

""Waktu di Natuna, kita merasa seperti punya keluarga baru. Kita menghabiskan waktu dua minggu bersama, jadi rasa solidaritasnya tinggi, saling mendukung.""

Astri Yuanasari, Adi Ahdiat

Kisah WNI dari Wuhan: Observasi di Natuna Asyik, Beneran!
WNI yang dievakuasi dari Wuhan bersiap meninggalkan ruang observasi di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Natuna, Kep. Riau, Sabtu (15/2/2020). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Ratusan WNI yang dipulangkan dari Cina sudah selesai menjalani observasi COVID-19 di Natuna pekan lalu.

Jurnalis KBR Astri Yuana Sari berkesempatan mewawancarai Juan Ferrero, salah satu dari mereka yang menjalani observasi di Natuna. Juan merupakan mahasiswa asal Surabaya yang berkuliah di Wuhan. Ketika menghadapi isu virus COVID-19 di Wuha, ia turut dievakuasi, diobservasi 14 hari dan akhirnya pulang ke rumah.

Saat isu virus Corona baru merebak, bagaimana suasana di Kota Wuhan?

Waktu di Wuhan, kita dari kampus itu diberitahu, kalau bisa mengurangi frekuensi keluar dari apartemen, kalau bukan untuk kegiatan penting.

Kalau di media-media kan bilangnya warga WNI yang berada di Wuhan tidak diperbolehkan keluar gedung, jadi kedengarannya kayak dikurung gitu, tapi sebenarnya nggak.

Untuk suasananya sendiri, banyak beredar di medsos Indonesia 'suasana Kota Wuhan mencekam sepeti kota hantu'. Itu memang betul di gambar (yang beredar di medsos) itu sepi. Tapi sepinya bukan karena orang-orang nggak berani keluar, tapi karena memang bertepatan sama hari libur Imlek.

Kalau di sini tuh kayak orang-orang pada mudik semua gitu. Kota Wuhan sendiri rata-rata penduduknya dipenuhi pendatang dari kota lain.

(Wuhan) di-lockdown-nya itu sekitar tiga hari sehabis libur Imlek. Jadi orang yang dari luar Kota Wuhan nggak bisa masuk ke Wuhan, dan orang dari Wuhan nggak bisa ke luar. Jadi posisinya orang-orang lagi pada di luar (Wuhan), belum kembali, nah itu Wuhan di-lockdown.

Waktu munculnya virus itu orang-orang di Cina sendiri mungkin punya pikiran sama seperti saya, jadi mikirnya nggak bakal terlalu gede lah, sampai memakan korban banyak.

Waktu ada isu virus itu, orang-orang Cina sendiri masih ke luar (rumah). Ada yang ke luar nggak pakai masker. Tapi kebanyakan, waktu mereka mau pergi ke tempat ramai seperti stasiun kereta bawah tanah atau halte, mereka rata-rata pakai masker semua.

Saat pemerintah mengevakuasi WNI dari Wuhan, bagaimana prosesnya?

Untuk proses evakuasi, kita itu merasa tenang bakal kembali ke Indonesia.

Dari pihak bandara (di Cina) mereka melakukan cek suhu tubuh. Jadi yang suhunya di atas rata-rata bakal ditahan dulu.

Jadi kita kan dites pakai termometer digital, terus ada teman aku dari kota lain, dia dites itu suhu badannya melewati batas, terus dia dipinggirin.

Habis dipinggirin, dia dites lagi, dites ulang pakai termometer air raksa. Akhirnya dia lolos waktu dites pakai termometer air raksa, (suhu badannya) nggak terlalu melebihi batas, masih wajarlah. Jadi memang benar-benar ketat.

Setelah sampai di Natuna, prosesnya (pemeriksaannya) juga sama.

Selama masa observasi di Natuna, apa saja kegiatannya?

Kita waktu di Natuna itu setiap pagi bangun jam setengah enam. Habis itu langsung ada kegiatan senam pagi.

Di tengah-tengah senam pagi itu kadang ada sedikit materi tentang kesehatan, cerita-cerita pengalaman antara TNI dan mahasiswa-mahasiswa dari Cina itu.

Habis senam, sarapan pagi. Habis sarapan ada tes kesehatan. Itu kita diukur suhu (tubuh), terus kadang juga ada ukur tensi darah.

Untuk (ukur) tensi darah dua kali seminggu. Untuk tes suhu tubuh, tiap habis makan pagi sama habis makan malam.

Semua peserta observasi wajib ikut kegiatan-kegiatan itu?

Semua kegiatan, dibilang wajib itu nggak. Tapi karena rasa solidaritas, terus dari diri sendiri, untuk menghargai panitia yang menyelenggarakan, jadi kita ikut semua. Daripada kita nggak ngapa-ngapain juga di dalam tenda.

Makanannya enak?

Makanannya enak-enak, banyak pula. Jadi kita bebas nambah.

Ada kegiatan olahraga?

Ada banyak, voli juga ada. Yang asyik itu misal kita main voli atau futsal, siapa yang kalah itu disuruh push-up. Aku saking semangatnya main sampai jatuh.

Sekarang Anda yakin sudah terbebas dari virus?

Sudah pasti yakin dong. Kan sudah diobservasi selama 14 hari, jadi pasti bersih gitu lho.

Soalnya, kalau ada satu orang saja yang kena (virus) dari total 284 WNI yang ada di Natuna itu, masa observasi bakal ditambah lagi.

Sekarang masih menjalani kontrol kesehatan?

Kalau kontrol dari Puskesmas terdekat sudah selesai dari minggu kemarin.

Dari (petugas observasi) Natuna ada kontrol, bukan dikontrol sih, lebih tepatnya kayak kita dipantau selama satu minggu, sekarang sudah selesai.

Apa pengalaman paling menarik selama menjalani observasi?

Waktu di Natuna, kita merasa seperti punya keluarga baru. Kita menghabiskan waktu dua minggu bersama, jadi rasa solidaritasnya tinggi, saling mendukung.

Jangan sampai ada yang psikisnya nge-down gara-gara ada yang dengar rumor kalau kita ditolak oleh beberapa orang lah, ada yang kena cyber bullying lah, jadi kita saling support satu sama lain.

Terus, waktu akan dipulangkan ke daerah masing-masing, itu kayak ada rasa senang sama sedih. Senangnya kita bisa ketemu keluarga. Ada juga rasa sedihnya kita harus ninggalin tempat yang penuh kenangan.

Namanya sudah dua minggu tiap hari ketemu pasti rindu gitu. Kayak merasa kehilangan keluarga baru. Perasaan itu bukan cuma buat WNI (peserta observasi), tapi buat semua orang yang di sana, kayak personil TNI, kemudian tim kesehatan.

Setelah selesai observasi di Natuna dan pulang ke rumah, bagaimana respon keluarga?

Ternyata waktu sampai di rumah semua tetangga, saudara menyambut semua. Nggak sampai kayak mendiskriminasi, dikucilkan, atau apa, itu nggak.

Masih berhubungan dengan orang-orang yang ikut observasi di Natuna?

Masih. Kita bikin grup (WhatsApp) namanya Keluarga Natuna. Itu semuanya (ikut), dari personel TNI ada, dari perwakilan tim kesehatan ada.

Bagaimana kabar mereka sekarang?

Mereka kabarnya alhamdulillah baik. Mungkin sekarang mereka sedang menyiapkan observasi (COVID-19) kedua, buat WNI yang di kapal pesiar Diamond Princess itu.

Ada pesan untuk WNI yang akan menjalani observasi di Pulau Sebaru?

Pesan saya buat teman-teman yang akan menjalankan observasi kedua, saya yakin kalian pasti sehat, pasti terbebas dari virus itu.

Kalian kalau bisa harus support satu sama lain, terus mengikuti arahan dari petugas di sana. Karena observasi itu nggak seburuk yang kalian pikirkan. Pasti bakalan asyik kok, beneran!

Editor: Agus Luqman

  • COVID-19
  • observasi
  • corona novel
  • Natuna

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!