BERITA

Kementerian ESDM Optimistis Nol Emisi Penggunaan Listrik di 2060

""Kalau dari sisi energi, kita menyusun roadmap bahwa semua listrik di 2060 sudah akan zero emission. Jadi tidak hanya netzero. Kalau untuk listrik, di roadmap yang kami susun adalah nol""

Ranu Arasyki

Ilustrasi: Mobil listrik Wuling GSEV dipamerkan pada acara  GIIAS 2021 di ICE BSD, Serpong, Tangeran
Ilustrasi: Mobil listrik Wuling GSEV dipamerkan pada acara GIIAS 2021 di ICE BSD, Serpong, Tangerang. Jum'at, (12/11/21). (Foto: Antara/Muhammad Iqbal)

KBR, Jakarta- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan zero emission pada semua konsumsi listrik pada 2060 dengan mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan.

Bahkan, menurut Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana, khusus di sektor energi, Kementerian ESDM optimistis mampu menekan CO2 sebesar 314 juta ton pada 2030.

"Kalau dari sisi energi, kita menyusun roadmap bahwa semua listrik di 2060 sudah akan zero emission. Jadi tidak hanya netzero. Kalau untuk listrik, di roadmap yang kami susun adalah nol," kata Dadan, Jumat (26/11/2021)

Menurut Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana, salah satu upaya yang dilakukan menuju transisi energi ialah mempercepat pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik, baik dari sisi hulu dan hilir.

Di sisi hulu, Kementerian ESDM akan memastikan proses tambang bijih nikel dan pengolahan ore di dalam negeri akan dilaksanakan sesuai Permen ESDM No.11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Berangkat dari sana, pemerintah berharap investasi lithium battery untuk kendaraan listrik akan segera bermunculan.

Apalagi, saat ini telah dibentuk Indonesia Battery Corporation yang bertujuan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Baca Juga:

ESDM: Pajak Karbon Bakal Berdampak Pada Penaikan Harga Komoditas Energi

Luhut Ancam Audit LSM, Greenpeace Siap Adu Data Deforestasi

ESDM secara bertahap akan mendorong masyarakat untuk beralih ke kompor induksi listrik mengingat impor LPG sudah mencapai 75 persen ditambah beban subsidi yang kian membengkak.

"Untuk elektrifikasi. Tadi Pak Unggul cerita, ternyata efisiensi kalau menggunakan kompor induksi itu sangat tinggi, betul memang demikian. Sekarang kita mencari cara dari sisi kebijakan, bagaimana masyarakat bergeser dari LPG yang 75 persen ini masih impor, dan 75 persen ini makin lama makin naik, subsidinya makin besar. Per sekarang LPG itu harganya US$850 per metrik ton. Naik hampir dua kali lipat dari awal tahun. Jadi, kalau kita bisa memproduksi bahan-bahan yang bersih, baik proses dan pemanfaatannya bersih dan berbasis dalam negeri, saya kondisi akibat volatilitas harga internasional bisa kita minimumkan," katanya.

Selain kendaraan listrik dan kompor induksi, Kementerian ESDM memiliki strategi jangka panjang untuk mendorong penggunaan energi yang less emission. Misalnya, menyetop impor bahan bakar minyak mulai 2030, merealisasikan penggunaan gas pipa untuk kebutuhan rumah tangga, dan pemanfaatan biodiesel sebesar 30 persen.

Berdasarkan catatan Dadan, saat ini bauran energi primer masih didominasi oleh energi fosil, di antaranya batubara sebesar 38 persen, minyak bumi sebesar 31,6 persen, gas alam sebesar 19,2 persen, dan sisanya ialah energi baru terbarukan sebesar 11,2 persen. Menurut dia, batubara mendominasi pangsa pemanfaatan energi nasional. Namun, emisi karbon yang dikeluarkan batubara sangat besar.

Editor: Rony Sitanggang

  • emisi karbon
  • pajak karbon
  • Kementerian ESDM
  • pembangkit listrik tenaga surya
  • COP26
  • KTT Perubahan Iklim COP26
  • Nol Emisi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!