NASIONAL

Subsidi Minyak Goreng Curah Seharusnya Tetap Dilanjutkan

"Skema subsidi bakal lebih efektif untuk menyediakan migor curah seharga Rp14.000 per liter dibanding skema Minyak Goreng Curah Rakyat."

Muthia Kusuma, Hermawan Arifianto

Subsidi Minyak Goreng Curah
Pedagang menata minyak goreng curah di kiosnya di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (8/10/2019). (Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja/wsj/pri.)

KBR, Jakarta - Kebijakan subsidi terhadap komoditas minyak goreng curah seharusnya tetap dilanjutkan oleh pemerintah. Peneliti Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF Rusli Abdullah mengatakan, kebijakan migor subsidi sudah tepat meski ada evaluasi terkait implementasi dan distribusinya.

Menurutnya, skema subsidi bakal lebih efektif untuk menyediakan migor curah seharga Rp14.000 per liter dibandingkan dengan skema Minyak Goreng Curah Rakyat.

"Kenapa subsidi? Ketika ada DMO DPO, pemerintah memberikan peluang memberikan pengusaha menghadapi dualisme harga. Harga di luar negeri yang tinggi, dan skema DMO CPO yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ini akan memberikan celah bagi oknum nakal untuk berbuat curang. Nah kalau seandainya subsidi, semua orang bisa menjual CPO dengan harga pasar, kalau seandainya CPO yang mau dibuat minyak goreng, pemerintah kasih membayar selisih HPP dengan HET," ujar Rusli Abdullah kepada KBR, Rabu, (25/5/2022).

Rusli menambahkan, efektivitas migor curah subsidi akan ketahuan jika pemerintah konsisten dengan kebijakan yang diambil atau tak cepat mengubah skema. Selain itu, ia menyebut baik skema subsidi maupun Minyak Goreng Curah Rakyat, bermasalah di distribusinya.

Selain itu, Rusli juga menyoroti rencana Menko Maritim dan Investasi yang berencana mengaudit perusahaan minyak sawit. Menurutnya pemerintah harus mengawasi dan mengaudit perusahaan, agar sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Baca juga:

- Jokowi Cabut Larangan Ekspor CPO, Pengamat: Tak Efektif Turunkan Harga

- Jokowi Minta Penegak Hukum Terus Selidiki Mafia Minyak Goreng

Harga Turun Sedikit

Sementara itu, pasca-pembukaan kembali keran ekspor minyak sawit mentah (CPO), Senin (23/5/2022) lalu, harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional di Banyuwangi, Jawa Timur, mulai turun.

Di Pasar Induk Banyuwangi misalnya, harga minyak goreng kemasan 2 liter turun dari Rp49.000 menjadi Rp46.000. Sedangkan untuk minyak goreng kemasan 1 liter turun dari Rp25.000 menjadi Rp23.300. Menurut pedagang di Pasar Induk Banyuwangi, Siti, penurunan harga minyak goreng dikarenakan pasokan yang melimpah di tingkat distributor hingga pedagang eceran.

“Turun tapi sedikit tidak banyak turunya masih. Dari Rp49.000 ke Rp46.000 yang dua liter. Yang 1 liter kemarin Rp23.300. Dari Rp25.000 turun sedikit ke Rp23.300,” ujar Siti kepada KBR, Rabu (25/5/2022) di Banyuwangi

Hal yang sama disampaikan pedagang lainnya di Pasar Blambangan, Banyuwangi, Munawaroh. Menurutnya, penurunan harga minyak goreng terjadi sejak sepekan terakhir. Munawaroh memperkirakan, jika stok semakin melimpah, bisa saja harga minyak goreng kemasan menjadi Rp20.000 per liter.

Editor: Fadli Gaper

  • minyak goreng
  • curah
  • DMO-DPO

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!