KBR, Jakarta - Warga di Selok Awar-awar, Lumajang, Jawa timur menggelar pengamanan bergilir mulai hari ini. Langkah itu diambil lantaran muncul teror dan intimidasi kepada warga yang menolak penambangan pasir. Aktivis Laskar Hijau Lumajang, Aak Abdullah mengatakan telah berkoordinasi dengan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) untuk melakukan pengamanan bergilir oleh relawan. Dua warga dilaporkan telah menerima intimidasi.
LSM lingkungan, Laskar Hijau Lumajang, Jawa Timur tak bisa memastikan pelaku teror sms kepada jurnalis dan warga penolak tambang, berasal dari kelompok mana. kata Aak, ada sekitar puluhan kelompok preman yang memegang tambang ilegal disana.
"Memang ada beberapa kelompok yang menguasai tambang tidak hanya satu kelompok. Ada puluhan, saya ndak tau persis ini (jumlah)nya. Bisa dibilang hampir di tiap kecamatan itu ada 32 itu. Yang dapat ancaman kalau dari warga di Selok Awar-awar itu Pak Sapari didatangi oleh dua orang dengan senjata tajam tapi untungnya sedang keluar. Yang kedua, rumahnya Pak Hamid yang dilempari batu," ungkap Aak kepada KBR, Senin (09/11).
Kepolisian Jawa Timur telah menetapkan HL (40) sebagai tersangka. HL merupakan preman tambang asal Lumajang, Jatim yang menebar ancaman terhadap sejumlah wartawan yang meliput tambang ilegal. Menurut Juru Bicara Polda Jatim, Raden Argo Yuwono, hingga saat ini HL masih dalam pemeriksaan kepolisian sehingga belum diketahui secara pasti motif utama perbuatannya.
Aksi intimidasi ini muncul setelah dua warga Desa Selok Awar-awar, Lumajang menjadi korban
penculikan dan penganiayaan preman. Satu orang bernama Salim Kancil
tewas mengenaskan dan satu luka kritis. Dua warga itu selama ini getol
menolak kegiatan penambangan pasir di desanya. Diduga penganiayaan itu
terkait dengan kegiatan penambangan pasir di daerah itu.
Editor: Rony Sitanggang