KBR, Jakarta Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyatakan dokumen rahasia tentang tragedi 1965 yang dibuka National Security Archive (NSA) tidak bisa serta merta dijadikan bukti untuk proses penyelidikan. Kata dia, perlu ada mekanisme untuk membuktikan kebenaran informasi-informasi tersebut.
Wiranto tidak menyebutkan bagaimana mekanisme pembuktian yang dimaksud.
"Ada dokumen dari AS, dari mana pun yang muncul, tentunya tidak serta merta dokumen itu kemudian kita jadikan satu bagian dari proses penyelidikan. Tentu perlu satu upaya untuk meyakini betul apakah informasi-informasi apalagi dari luar negeri itu layak untuk dijadikan satu bagian dari pembuktian-pembuktian itu," kata Wiranto di KSP, Kamis (19/10/2017)
Baca:
- Izin Pembunuhan Massal - Dokumen AS Pasca-Tragedi G30S
- Membuka Dokumen Tragedi 1965, Ini Kata Panglima TNI
Sementara itu Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memilih berhati-hati menerima informasi dari asing. Apalagi kata dia, Amerika terkenal memiliki rekam jejak yang bermasalah.
"Amerika itu. Jangankan orang, presiden aja dibunuh. Jadi ya itulah, bukan rahasia umum lagi. Yang penting kita hati-hati gitu ajalah."
Ryamizard berencana menanyakan dokumen itu kepada duta besar Amerika untuk Indonesia.
"Nanti saya tanya dulu. Saya kabarin, saya makan-makan dengan Dubesnya. Nanti saya ketemu langsung saya bicara ini gimana sih. Nah begitu, baik-baik saja," ujar Ryamizard.
Editor: Rony Sitanggang