HEADLINE

TNI: Ada Provokator di Bentrokan Urut Sewu Kebumen

" "Tidak tahu siapa yang memulai. Ada dorong-dorongan, ada yang mukul, ada yang pakai senjata tajam. Akhirnya, anak-anak bertindak pakai pentungan," kata Wuryanto."

Yudi Rachman

TNI: Ada Provokator di Bentrokan Urut Sewu Kebumen
Salah seorang warga korban bentrokan antara TNI dan warga di kawasan Urut Sewu, Kebumen, Jawa Tengah. (Foto: M Ridlo/Agam)

KBR, Jakarta - TNI Angkatan Darat mengklaim pembubaran kelompok masyarakat yang menentang pemagaran dan pembangunan tempat latihan di Kebumen, Jawa Tengah sudah sesuai prosedur.

Juru bicara TNI Angkatan Darat Wuryanto mengatakan kericuhan terjadi karena dipancing oleh provokator yang memanasi warga untuk memiliki lahan milik TNI tersebut.


"Ada provokator yang selalu memancing masyarakat nanti tanah itu bisa jadi milik mereka. Jadi, proses pemagaran kemarin yang sedang berjalan mereka hentikan, mereka memaksakan henti. Kita tidak bisa berhenti (karena) itu sudah program dan harus segera selesai. Kita dasarnya juga sudah kuat," jelas Juru bicara TNI AD Wuryanto kepada KBR, Minggu (23/8).


"Tidak tahu siapa yang memulai. Ada dorong-dorongan, ada yang mukul, ada yang pakai senjata tajam. Akhirnya, anak-anak bertindak pakai pentungan," lanjut Wuryanto.


Juru bicara TNI Angkatan Darat Wuryanto menambahkan, TNI Angkatan Darat akan membuka kembali mediasi untuk menuntaskan kisruh kepemilikan lahan tersebut.


Kata Wuryanto, TNI AD juga memberikan santunan kepada warga yang terluka sebagai bentuk tanggung jawab. Sebelumnya, sekitar 17 orang terluka akibat bentrokan antara petani dan TNI AD di Urut Sewu, Kebumen, Jawa Tengah. Bentrokan itu terjadi akibat dugaan penyerobotan lahan petani oleh TNI AD.


Editor: Agus Luqman 

  • Konflik Urut Sewu
  • Konflik lahan
  • bentrok TNI vs warga Kebumen
  • Jawa Tengah
  • TNI
  • provokator

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!