HEADLINE

Bandara Oksibil Tak Memiliki Alat Pemantau Cuaca

"Bandara Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang tak memiliki pemantau cuaca. Sampai saat ini, bandara tersebut masih menggunakan cara-cara manual dalam melayani penerbangannya. "

Katarina Lita

Bandara Oksibil Tak Memiliki Alat Pemantau Cuaca
Lokasi jatuhnya pesawat Trigana Air. Foto: Basarnas

KBR, Jayapura - Bandara Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang tak memiliki pemantau cuaca. Sampai saat ini, bandara tersebut masih menggunakan cara-cara manual dalam melayani penerbangannya.

Meski begitu Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan mengklaim kelayakan Bandara Oksibil, sudah masuk dalam kelayakan terbang internasional, namun perlu ditingkatkan sejumlah alat dan perlengkapannya.


Karena itu Jonan menduga penyebab kecelakaan pesawat Trigana Service jenis ATR 42 PK YRN bukan pada kondisi bandaranya. Apalagi sebelum pesawat nahas ini melakukan pendaratan, ada pesawat jenis Twin Otter Trigana yang melakukan take off.


“Memang bandara ini yang untuk pendaratan dan keberangkatan menggunakan visual. Kalau memang mau ditingkatkan tidak menggunakan manual, jadi menggunakan peralatan. Supaya bisa lebih akurat misalnya digunakan untuk pendaratan malam misalnya diperlukan,” katanya kepada KBR, Rabu (19/8/2015).


Pesawat Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN tujuan Jayapura-Oksibil jatuh di ketinggian 8500 kaki di sekitar Kampung Atenok, Distrik Oksbob-Kabupaten Pegunungan Bintang.


Sebanyak 54 penumpang termasuk lima kru pesawat, tewas dalam peristiwa ini. Tim SAR juga telah menemukan kotak hitam pesawat tersebut.


Rencananya baru hari ini, jenasah korban pesawat Trigana akan dibawa ke Jayapura untuk keperluan identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara.




Editor: Quinawaty Pasaribu 

  • Trigana Air
  • Kecelakaan Pesawat
  • Bandara Oksibil
  • Menteri Perhubungan
  • Ignasius Jonan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!