HEADLINE

Wiranto Jadi Menko, Rumusan Simposium 65 Diyakini akan Sampai ke Presiden

""Simposium ini kan tidak bisa diubah-ubah hasilnya, kecuali hanya bisa dikombinasikan. Jadi tidak bisa lari dari apa yang menjadi hasil simposium," "

Rio Tuasikal

Wiranto Jadi Menko, Rumusan Simposium 65 Diyakini akan Sampai ke Presiden
Ilustrasi: Simposium tragedi 1965.



KBR, Jakarta- Tim Perumus Simposium 65 yakin rekomendasi mereka akan sampai kepada Presiden Joko Widodo, meski Menkopolhukam kini dijabat Wiranto. Menkopolhukam sebelumnya, Luhut Panjaitan, tengah memproses hasil rekomendasi itu, ditambah rekomendasi dari simposium tandingan yang anti-PKI.

Perumus rekomendasi Simposium 65, Suryo Susilo, mengatakan rekomendasi mereka menggunakan metode yang terukur dan argumen yang kuat. Sehingga, kata dia, tidak bisa diganti begitu saja.


"Simposium ini kan tidak bisa diubah-ubah hasilnya, kecuali hanya bisa dikombinasikan. Jadi tidak bisa lari dari apa yang menjadi hasil simposium," tandasnya kepada KBR, Rabu (27/7/2016) malam.


"Paling saling melengkapi. Apa yang kurang dari Simposium 65 Aryaduta, dilengkapi oleh Simposium Balai Kartini (tandingan)," tambahnya.


Suryo mengatakan,  tidak tahu apakah rekomendasi itu kini masih di tangan Luhut atau sudah sampai ke presiden. Kata dia, Menkopolhukam tidak berkewajiban memberitahu prosesnya kepada tim perumus. Sebab pekerjaan tim perumus telah selesai ketika merampungkan rekomendasi.


Rekomendasi Simposium 65 dihasilkan dari simposium yang disokong pemerintah April lalu. Simposium itu untuk pertama kalinya mempertemukan korban, terduga pelaku, dan pemerintah dalam satu forum. Simposium itu menggunakan pendekatan kesejarahan atas peristiwa 1965.


Editor: Rony Sitanggang

  • simposium tragedi 1965
  • Menkopolhukam Wiranto
  • Perumus rekomendasi Simposium 65
  • Suryo Susilo

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!