HEADLINE

BMKG: Kemarau Tahun Ini Akan Basah

""Tahun ini kita mengalami kemarau basah, kemarau dengan 'hujan' di atas normal," kata Kepala BMKG Andy Eka Sakya."

Ninik Yuniati

BMKG: Kemarau Tahun Ini Akan Basah
Ilustrasi anomali cuaca La Nina. (Foto: Creative Commons)

KBR, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami kemarau basah selama Juli hingga September.


Kemarau basah disebabkan munculnya La Nina atau gejala gangguan penyimpangan iklim bersamaan dengan Moda Dipol atau suhu muka laut bernilai negatif.


La Nina merupakan gejala penyimpangan iklim yang diakibatkan penurunan suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. La Nina berdampak pada hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.


Kepala BMKG Andy Eka Sakya mengatakan fenomena La Nina dan Moda Dipol Negatif menyebabkan bertambahnya pasokan uap air sehingga curah hujan di Sumatera dan Jawa diprediksi meningkat.


Sementara, di wilayah timur seperti Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, tidak terdampak sehingga curah hujan diperkirakan normal.


"Karena keadaan itulah maka musim kemarau kita, terutama di sebelah barat, akan sangat singkat sekali dibandingkan dengan sebelah timur dan selatan yang lebih panjang. Tentu saja dalam kondisi semacam ini secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan bahwa tahun ini kita mengalami kemarau basah, kemarau dengan 'hujan' di atas normal," kata Andy di Kantor BMKG, Jumat (3/6/2016).


Kepala BMKG Andy Eka Sakya menambahkan kondisi kemarau basah bakal berdampak positif bagi produksi pertanian. Itu sebab, ia menyarankan petani tidak berhenti menanam, sembari tetap waspada akan munculnya serangan hama penyakit pada kondisi tanah yang lembab.


"Karena biasanya petani tradisional kalau sudah memasuki musim kemarau, dia berhenti, padahal sekarang ini ada air jadi tentu saja bisa diteruskan. Hanya saja dengan keadaan musim kemarau yang sangat pendek ini, atau kemarau basah  ini, petani bawang cabe dan segala macam juga harus hati-hati," jelas Andy.


Sebaliknya di sektor perkebunan, beberapa komoditas seperti tembakau, tebu dan teh, diperkirakan menurun. Untuk sektor perikanan, kemarau basah bakal meningkatkan tangkapan ikan tuna, tetapi tidak menguntungkan bagi petambak garam.


"Untuk perikanan, tuna akan semakin lebih kondusif, tambak garam juga akan mengalami satu situasi yang agak lebih rumit dibanding dengan El Nino kemarin," ujar dia.


Editor:  Agus Luqman


  • cuaca
  • kemarau
  • kemarau basah
  • BMKG
  • pertanian
  • El Nino
  • Moda Dipol

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!