HEADLINE

Warga Mentawai Kesal, Anggap Peringatan Dini BMKG Hanya 'False Warning'

""Kalau sering-sering begini (ada false warning), masyarakat jadi antipati.""

Agus Lukman

Warga Mentawai Kesal, Anggap Peringatan Dini BMKG Hanya 'False Warning'
Gempa dangkal berkekuatan 7,8 Skala Richter berjarak 680 kilometer dari Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: USGS)

KBR, Jakarta - Peringatan dini tsunami yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG pada malam tadi ternyata membuat kesal warga di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.


Tim Ahli Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Sumatera Barat Ade Edward mengatakan saking gencarnya pemeritaan di televisi mengenai potensi tsunami, masyarakat panik dan mengevakuasi diri sendiri. Meskipun tidak ada perintah evakuasi dari pemerintah daerah.


"Warga kesal dan ngomel dengan akurasi peringatan dini. Disini tidak ada apa-apa, tapi dibilang ada potensi tsunami. Ini kan false warning, peringatan dini yang keliru," jelas Ade Edward ketika dihubungi KBR, Kamis (3/3/2016). 

"Dari awal memang ini tidak ada tsunami, secara ilmiah tidak ada tsunami yang membahayakan. Kalau sering-sering begini (ada false warning), masyarakat jadi antipati. Bisa berbahaya, nanti kalau ada peringatan dini lagi dikira main-main. Ketika kejadian sebenarnya, masyarakat tidak percaya. Kita harus sikapi. Jangan sampai akurasi early warning system itu melenceng. Ini diketawain publik."

Ade Edward yang juga menjabat Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Wilayah Sumatera Barat itu mengaku pagi ini baru turun dari kapal di Mentawai dan melihat kondisi di Mentawai. Ia menemui warga dan melihat kondisi sudah normal kembali. Semalam warga sempat pada panik karena tidak ada kejelasan soal perlu tidaknya evakuasi.

Semalam BMKG merilis gempa berkekuatan magnitude 8,3 Skala Richter di wilayah barat pulau Sumatera pada pukul 19.49 WIB. Pusat gempa berkedalaman 10 kilometer dari permukaan laut, dengan jarak 682 kilometer sebelah barat Kepulauan Mentawai. BMKG menyebutkan gempa berpotensi tsunami. Data kekuatan gempa kemudian dikoreksi lebih rendah menjadi 7,8 Skala Richter.


Ade mengatakan yang berwenang mengeluarkan keputusan evakuasi adalah pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Sumatera Barat semalam tidak mengeluarkan keputusan evakuasi karena mengkaji gempa itu berjarak sangat jauh, dan tidak berpotensi tsunami. Namun malam tadi gencarnya pemberitaan membuat warga mengevakuasi diri sendiri.


"Informasi dari BMKG itu ambigu, tidak jelas arahnya. Potensi (tsunami) kan bisa iya bisa tidak. Dan masyarakat itu perlu tahu, peringatan dini harus jelas, perlu evakuasi atau tidak. Tidak bisa ambigu," kata Ade Edward.  


Pemerintah daerah Sumatera Barat dan BPBD Sumatera Barat menyebut potensi tsunami tidak terjadi karena lokasi gempa tidak berada di dalam zona Mentawai Megathrust (zona Patahan Sumatera yang rawan gempa besar) subduksi lempeng bumi Indo-Australia.


"Ini di luar pembangkit tsunami. Di luar Megathrust. Dari riset, tidak ada pembangkit tsunami di luar Megathrust. Harus di dalam Megathrust. Yang terjadi semalam itu jauh sekali, 600 kilometer dari zona Megathrust," tambah Ade Edward. 


Menurut Ade Edward, ini kali kedua warga Mentawai dibuat panik dengan peringatan dini yang tidak akurat.


"Sebelumnya, kejadian di April 2012, saat gempa Aceh berkekuatan 8,3 SR. Saat itu tidak ada tsunami, tapi dibilang ada tsunami. Sekarang juga begitu, sama. Mekanisme gempanya, sama-sama terjadi di daerah yang bukan menjadi tempat pembangkit tsunami," kata Ade.  

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • BMKG
  • BPBD
  • Sumatera Barat
  • gempa
  • tsunami
  • early warning system
  • megathrust

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!