NASIONAL

Peran Sultan DIY di Balik Rencana Pertemuan Jokowi-Megawati

"Sultan dilibatkan dalam rencana pertemuan Jokowi dan Megawati karena ada kebuntuan komunikasi politik."

Ken Fitriani

Megawati
Presiden Jokowi (kanan) bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat Rakernas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jumat (29/9/2023).ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

KBR, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dinilai masih menjadi figur yang memiliki peran strategis di tingkat nasional, termasuk dengan para elite politik.

Belakangan ini, Sri Sultan membenarkan pernyataan pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie, yang menyatakan Presiden Jokowi meminta difasilitasi bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Jokowi sempat bertemu empat mata dengan Sultan di Kraton Kilen, Minggu (28/1/2024).

Pakar politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati mengatakan, Sultan dilibatkan dalam rencana pertemuan Jokowi dan Megawati karena ada kebuntuan komunikasi politik.

"(Sultan) bisa masuk menjembatani kebutuhan komunikasi para elite politik. Meski menurut saya sebenarnya bisa dikatakan ini pilihan yang tidak prioritas, pilihan yang ke sekian atau pilihan terakhir dari elite nasional ketika meminta fasilitas dari Sultan," papar Mada dalam Diskusi di Fisipol UGM, Selasa (13/2/2024).

Mada menduga Megawati menutup pintu atau celah komunikasi dengan Jokowi. Sehingga Presiden memilih jalan terakhir dengan meminta tolong pada Sultan.

"Artinya komunikasi antarelite mengalami kebuntuan sehingga sampai kemudian figur Sultan dilibatkan. Karena kalau sebenarnya (kebuntuan komunikasi) bisa diatasi di tingkat mereka, maka figur Sultan tidak diperlukan. Ketika semua komunikasi, chanel sudah buntu, ya berarti peran Sultan bisa menjadi sangat strategis," ungkapnya.

Baca juga:

Mada mengatakan tidak ada konflik antarelite yang sifatnya ideologis. Namun yang terjadi justru konflik yang sifatnya taktis dan teknis.

Dia menilai Jokowi tidak ingin sosok elite strategis lepas dalam pemerintahan selanjutnya. Sehingga ada kebutuhan dan upaya Jokowi untuk mengakomodir PDIP, terutama Megawati.

"Hal itu penting agar stabilitas pemerintahan pasca-pemilu bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian program yang sudah dijalankan selama ini bisa diteruskan. Sebagai presiden di dua periode sebelumnya, Jokowi tidak ingin kan elite strategis tidak dilibatkan dalam nanti jalannya pemerintahan ke depan. Jadi ada kebutuhan Jokowi untuk berusaha mengakomodir PDIP, Megawati secara khusus, agar stabilitas pemerintahan dan sosial pasca-pemilu bisa dikelola dengan baik," jelasnya.

Terlepas dari itu, Mada berharap para elite nasional bisa menerima hasil pemilu.

"Jadi dalam konteks ini komunikasi, deal-deal kalau kalah dapat menerima apa, kalau menang tidak mengambil semua dan seterusnya jadi penting. Dalam konteks itu, Jokowi memerlukan komunikasi dengan Megawati. Tapi kita akan melihat sejauh mana pemilu berjalan, termasuk di sisa waktu. Karena itu akan menentukan sejauh mana elite akan menerima dan memberikan legitimasi dari hasil pemilu," pungkasnya.

Presiden Terbuka

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan Jokowi terbuka bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh nasional. Hal itu disampaikan Ari merespons pernyataan Sri Sultan yang mengaku diminta menjembatani pertemuan Jokowi dengan Megawati.

"Presiden selalu terbuka untuk bertemu, bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh bangsa. Apalagi untuk kebaikan dan kemajuan bangsa," ujar Ari di Jakarta, Selasa (13/2/2024), dikutip dari ANTARA.

Hubungan Jokowi dan Megawati diduga merenggang usai keduanya ditengarai memiliki sikap dukungan berbeda dalam Pilpres 2024.

Jokowi ditengarai mendukung anaknya Gibran Rakabuming Raka, yang berpasangan dengan Prabowo Subianto. Sementara itu PDIP mengusung duet Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Editor: Wahyu S.

  • Pemilu 2024
  • Megawati Soekarnoputri
  • #PemiluDamaiTanpaHoaks
  • PDIP
  • #kabar pemilu KBR
  • #pemilu2024
  • Presiden Jokowi
  • sultan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!