NASIONAL

Bapanas: 8 Bulan Produksi Beras Negatif

""Analisa kita sampai dengan bulan April kita baru positif 0,53 berarti 530.000 ton.""

Hoirunnisa

Pasar induk beras Cipinang
Ilustrasi: Calon pembeli melihat beras yang dijual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (13/03/24). (Antara/M Risyal Hidayat)

KBR, Jakarta-  Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, selama 8 bulan terakhir produksi beras dalam negeri selalu negatif berbanding dengan tingkat kebutuhan atau konsumsi masyarakat.  Kata dia,   kondisi produksi versus konsumsi ini baru akan positif pada April nanti. Namun kata Arief, kelebihannya juga tidak signifikan. 

Arief mengatakan, pemerintah selalu berupaya untuk mempersiapkan cadangan pangan pemerintah di Bulog minimal 1,2 juta ton.

"Analisa kita sampai dengan bulan April kita baru positif 0,53 berarti 530.000 ton. Sedangkan yang berikutnya berarti yang tahun lalu kita punya produksi lebih tinggi, berarti sekarang itu ada gap yang gap itu harus dipenuhi. Apakah dengan mempercepat tanam, menyiapkan benih, bibit, pupuk, dan lain-lain, kalau ada air. Dan yang terakhir adalah alternatif yang paling pahit, melakukan importasi, tinggal dipilih," imbuhnya.



 Baca juga:

Selain itu Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi  menyebut, harga beras naik karena harga gabah juga naik, sehingga sulit untuk menjadikan harga beras sesuai dengan HET.

"Kalau kita lihat Januari, Februari, Maret, itu memang kita di bawah tahun lalu. Ini penjelasan kenapa kita perlu mempersiapkan, nanti bukan dibilang penjelasan informasi ini, tapi Badan Pangan harus menyampaikan bahwa kita harus punya stok sebelumnya, supaya Bulog itu punya cadangan pangan di atas 1,2 juta ton," kata Arief saat rapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (13/3/2024).


Editor: Rony Sitanggang

  • stok beras
  • BPS
  • Harga Beras
  • Bulog
  • Bapanas

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!