BERITA

Ketika 127 Ribu Kosakata Tak Cukup

"“Kukira, melupakan adalah hal yang mudah untuk aku yang mudah lupa. Tapi tidak perihal perasaan. Semakin aku coba melupakannya, bayangan tentangnya justru makin kuat menghantui pikiranku." "

Angelina Ginting

Dayat Piliang dan Kiky Saputri
Dayat Piliang dan Kiky Saputri, Perasaan yang tak pernah bisa ku lupakan (Ilustrasi: Bagja Reva Maulana)

KBR, Jakarta – Mengungkap perasaan tak selalu mudah. Ada peribahasa yang cocok untuk situasi ini “hati gatal, mata digaruk”, yang berarti sangat ingin, tetapi tidak kuasa menyampaikan keinginan. Karena itu meski di Bahasa Indonesia ada 127 ribu kosakata, di Indonesia ada lebih dari 650 bahasa daerah, itu semua belum cukup untuk membantu seseorang mengungkap perasaan. 

Padahal mengekspresikan emosi atau perasaan adalah hal yang penting, baik bagi kesehatan mental, juga fisik. Di dunia psikologi, kondisi di mana orang sulit mengungkap ekspresi disebut alexithymia

Psikiater Sifneos pada 1973 menjelaskan alexithymia sebagai kurangnya kata-kata untuk mengungkapkan emosi. Penyebabnya banyak, mulai dari kesulitan mengidentifikasi perasaan dan membedakan antara perasaan dan sensasi tubuh akan gairah emosi, juga karena kesulitan menjelaskan perasaan kepada orang lain. Penyebab lain misalnya keterbatasan dalam proses imajinasi. 

Dalam artikel yang ditulis PsychCentral  diurai 9 alasan umum mengapa orang sulit mengekspresikan emosi mereka kepada orang lain yaitu:

1.Fobia Konflik, kondisi di mana seseorang takut membuat orang lain marah atau menimbulkan konflik dengan orang lain. Ia bahkan meyakini kalau mengungkapkan perasaan akan mengakibatkan penolakan.

2.Emotional Perfectionism, atau memiliki pemikiran bahwa tidak seharusnya memiliki perasaan seperti amarah, cemburu, depresi atau cemas karena takut dianggap lemah atau rentan.

3.Takut mendapat penolakan, seperti takut orang lain tidak suka jika kamu mengungkapkan pikiran atau perasaan.

4.Perilaku pasif-agresif, yaitu mengungkapkan perasaan dengan cara mencibir/ menahan perasaan sakit dan membiarkan orang lain merasa bersalah.

5.Keputusasaan, kondisi di mana seseorang percaya bahwa hubungan tidak akan meningkat walaupun sudah mengungkapkan perasaan.

6.Rendahnya rasa percaya diri, sehingga merasa tidak berhak untuk mengungkapkan perasaan serta selalu berpikir untuk menyenangkan orang lain.

7.Spontanitas, atau engungkapan apa yang dirasa/ dipikirkan saat marah. Umumnya, perasaan paling baik diungkapkan saat kondisi sudah mulai tenang.

8.Anggapan dapat membaca pikiran, yaitu percaya bahwa orang lain harus tahu apa yang kamu rasa dan butuhkan meskipun kamu belum mengungkapkan keinginan.

9.Martyrdom alias takut mengakui kalau sedang marah, terluka ataupun kesal.

Cara berlatih mengungkap perasaan 

Dalam laman Psychology Today dijelaskan bagaimana cara mengungkapkan perasaan yang kita miliki. Dan untuk itu, kita bisa memilih seseorang yang dirasa nyaman untuk berlatih mengungkap perasaan. 

Pertama, kenali sensasi fisik dari emosi. Apakah terasa dada sesak, rahang tegang, mata berat, perut mual atau jantung yang berdebar kencang? 

Kedua, luangkan beberapa menit dan masuk ke dalam diri untuk mengidentifikasi perasaan apa yang sedang dialami. 

Ketiga, yakinkan diri sendiri bahwa tidak apa-apa memiliki perasaan ini karena nyatanya, perasaan yang muncul itu normal. 

Keempat, tentukan seberapa kuat perasaan tersebut. 

Kelima, identifikasi intensitas perasaan yang sedang dialami. 

Terakhir, komunikasikan apa yang dirasakan dengan cara yang akurat untuk mewakili intensitas tersebut sehingga dapat menjelaskan dan memenuhi kebutuhan kita. Katakan apa yang perlu dikatakan.

Surat Dayat Piliang di Podcast Dear Dearest

Dalam episode terbaru podcast Dear Dearest yang tayang hari ini, Rabu (12/8/2020), penulis Dayat Piliang mengurai kenapa dia begitu sulit mengungkap perasaan kepada seorang yang sudah ia cintai meski sudah 6 tahun berlalu. Dia memilih untuk menyimpannya sendiri. 

Menurut Dayat, ia sulit melupakan perasaannya sampai hari ini. 

“Kukira, melupakan adalah hal yang mudah untuk aku yang mudah lupa. Tapi tidak perihal perasaan. Semakin aku coba melupakannya, bayangan tentangnya justru makin kuat menghantui pikiranku. Bahkan, sampai detik aku menuliskan surat ini,” begitu tulis Dayat Piliang dalam surat berjudul “Perasaan yang Tak Pernah Bisa Kulupakan”. 

Surat itu dibacakan oleh komika Kiky Saputri dalam podcast Dear Dearest, sebuah podcast original Spotify yang diproduksi KBR Prime. Ikuti informasi terkait episode-episode baru Dear Dearest di akun media sosial @deardearestpod Episode baru hadir setiap hari Rabu, dengarkan gratis hanya di Spotify. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

 

  • deardearest
  • spotify
  • dayat piliang
  • kiky saputri

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!