BERITA

Polusi dari Pembakaran Sampah Ancam Wisata Gili Trawangan

Polusi dari Pembakaran Sampah Ancam Wisata Gili Trawangan

KBR, Mataram- Polusi berupa sisa pembakaran sampah yang menumpuk di tengah pulau mengancam keindahan objek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat yang terkenal karena bebas dari kendaraan bermotor.

Hal tersebut juga dikeluhkan Anggota Asosiasi hotel-hotel di Gili atau Gili Hotel Assosiation, Ilham, yang menyebutkan wisatawan justru terganggu dengan polusi udara di destinasi wisata unggulan tersebut, akibat dari pembakaran sampah yang dibakar oleh warga setempat untuk mengurangi volume sampah.


Asosiai hotel di Gili menyebutkan beberapa hotel merugi, karena akibat pembakaran sampah ini, sejumlah wisatawan membatalkan pemesanan hotel dan menuntut pengembalian uang kepada pelaku usaha.


“Untuk pembakaran sampah ini, sebenarnya ada peraturan yang mengatur, dan udara ini menjadi masalah yang utama sekarang. Kemarin kami sempat refund 11 juta Rupiah lebih, karena ada tamu yang mengeluh karena sampah ini. Dampaknya tidak hanya di penginapan saya, tapi di 50 penginapan lain. Bayangkan kalau dari 50 penginapan ada 10 orang yang kena, sudah berapa jumlahnya,” kata Ilham, di Mataram, Jumat (14/12/2018).


Ia mengatakan, produksi sampah di Gili Trawangan sekitar 9 ton setiap harinya. Saat akhir pekan atau hari libur, produksi sampah bisa mencapai 14 ton sehari.


Dalam pengelolaannya, sampah di Gili Trawangan sebagian dibuang ke luar pulau, sebagian lainnya diolah oleh Yayasan Gili Eco Trust.


Asosiasi Hotel di Gili juga telah meminta Pemerintah Daerah tegas melarang pembakaran sampah di sana, untuk mengecegah polusi udara di pulau yang terkenal akan wisata pantainya itu.


Baca juga:

Editor: Kurniati

  • sampah plastik
  • bakar sampah
  • Wisatawan asing
  • Gili Trawangan
  • Lombok

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!