KBR, Jakarta - Piagam penghargaan dari para atlet paralympic tersimpan rapi di kantor National Paralympic Comite (NPC) DKI Jakarta.
Di ruang berukuran 2x3 meter itu, Ketua NPC Jakarta, Welly Ferdinandus menunjukkan lembaran dokumentasi prestasi para atlet binaannya.
"Itriadini dari DKI Jakarta tahun 1976, atlet Lempar Lembing. Yan Subianto dari Jawa Timur, atlet Sprinter. Ada juga pelari Asia Martin Lusu dari Riau, dapat medali emas," ungkap Welly.
Nama-nama yang disebut Welly mungkin, tak setenar atlet nasional non-difabel. Tapi ia bangga karena anak didiknya mampu mengharumkan nama bangsa.
"Kita bertanding ke luar negeri atas nama Indonesia. Kita tidak tahu paradigma soal disabilitas hanya perlu dikasihani dan seterusnya padahal bukan itu sebenarnya. Pemenuhan haknya apa yang bisa, itu secara universal kita ketinggalan. Banyak teman kita yang berbuat untuk bangsa dari tunanetra dan macam-macam disabilitas. Sehingga kalau UU Disabilitas yang bertanggungjawab hanya Kementerian Sosial sangat menyakiti."
Meski begitu, jalan mereka tidaklah mudah. Welly bercerita, atlet difabel baru dilirik pemerintah ketika mereka mendulang medali emas di kompetisi ASEAN Paragames 2012.
"Mata pemerintah baru melihat sejak 2012 Asean Paragames di Indonesia. Kita jadi runner up. Kemudian kita berangkat ke Thailand dan juara umum. Kemudian tahun 2015 hasil monitoring sangat siap mempertahankan juara umum. Sebelas cabang olahraga yang dijuarai Indonesia: Atletik, Renang, Tenis Meja Sitting Volly, Bowling, Menembak, Angkat Berat, Panahan. Kita ada unggulan baru cabang olah raga yang akan menambah emas."
Hingga kini, ia pun masih berharap perhatian pemerintah. Ia tak ingin atlet difabel seperti dianaktirikan. Itu terlihat dari minimnya anggaran untuk membeli alat-alat olahraga.
"Inventaris barang apa yang kita punya. Ada di gudang sebagian. Ada cakram 4, panahan 3 buah, kursi roda yang dari Amerika 2, kursi roda tenis ada 2, lembing ada 8 sebetulnya ini peralatan yang masih standar untuk internasional banyak yang nggak terpakai. Yang dikasih ke kita untuk latihan aja. Atlet panahan ada 6 atlet, atletik ada 7, bowling di kuningan ada 4. Kita butuh rekrutmen atlet baru tapi anggaran terbatas," kata Pengurus NPC Jakarta, Arofa Rizal.
Meski serba kurang, Rizal ingin terus menggali bakat para atlet-atlet muda.
"Selalu gembira kalau untuk kegiatan disabilitas selalu gembira. Saya kurang lebih 15 tahun karena awalnya orang tua saya disabilitas juga salah satu pengurus dulu BPOC Badan Pembina olah raga cacat sekarang NPC. Juga pengurus persatuan disabilitas Indonesia."
Hal itu menurut Welly, sejalan dengan tujuan awal dibentuknya National Paralympic Comite.
"NPC ini kan nggak kayak klub dengan kewajiban-kewajiban tertentu, ini wadah sifatnya mengajak teman-teman yang disabilitas untuk berolahraga, bagian rehabilitasi menurut saya karena bisa mengangkat harga diri dan mental serta tidak ada keterikatan latihan," ucap Welly.
Kini, mata para atlet difabel tertuju pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung, Jawa Barat dan ASEAN Paragames di Singapura.
Rizal yakin, atletnya mampu membawa pulang 100 medali emas.
"Kalau saya yang satu agak yakin yang kelas 9, dia yang berpeluang karena tryout di luar. Saingan Malaysia dan Singapura, mudah-mudahan bisa dapat medali satu."
Dan, harapan tak boleh putus demi mencapai cita-cita.
"Ya ke depan kita harus optimis. Apalagi kita badan olahraga yang punya spirit dan sportifitas."
Editor: Quinawaty Pasaribu
Ketua NPC DKI Jakarta, Welly Ferdinandus: Kami Tak Perlu Dikasihani
"Kita bertanding ke luar negeri atas nama Indonesia. Kita tidak tahu paradigma soal disabilitas hanya perlu dikasihani dan seterusnya padahal bukan itu sebenarnya."

Kantor National Paralympic Committee DKI Jakarta. Foto: KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Menyoal Program Restrukturisasi Jiwasraya
Kabar Baru Jam 8
Kapan Kekebalan Terbentuk Usai Vaksinasi Covid-19?
Kabar Baru Jam 10