SAGA
Pendonor Darah Rhesus Negatif Membantu Sesama (2)
"Tujuan dibentuknya komunitas ini untuk membantu masyarakat yang ingin mendonorkan darahnya di Palang Merah Indonesia (PMI)."
Indra Nasution
Kiprah Komunitas RNI
Komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI) adalah wadah bagi pemilik golongan darah langka atau rhesus negatif. Ketua RNI Lici Murniati menjelaskan, “Rhesus negatif itu sendiri merupakan suatu jenis golongan darah jadi bukan hal yang aneh kalau dipahami benar oleh masyarakat luas, sebenarnya sama saja seperti golongan darah biasa hanya ini variasi saja salah satu jenis.”
Tujuan dibentuknya komunitas ini untuk membantu masyarakat yang ingin mendonorkan darahnya di Palang Merah Indonesia (PMI). “Kenapa komunitas ini ada karena belum ada sosialisasi yang dari pemerintah mengenai rhesus negatif, kami justru menjadi mitra PMI bahu-membahu mensosalisasikan darah ini, hampir setiap bulan ada permintaan rhesus negatif, tambahnya.
Dia menambahkan,” Justru yang saat ini kami sayangkan, kenapa kebanyakan masyarakat tidak paham dengan rhesus negatif, mereka menilai rhesus negatif itu penyakit darah itu terjadi di berbagai lapisan masyakat dari bawah sampai level atas, mereka tidak perduli terhadap pahama tentang rhesus negatif, misalnya golongan darah orang tahu AB AB dan O nah itu didampingi dengan rheuss, rata-rata orang Indonesia rhesus positif, tetapi sebagian kecil ada yang rhesus negatif sebenarnya itu tidak heran karena itu hanya varisi namun kebetulan kita ini langka.”
Komunitas ini terang perempuan 30 tahunan tersebut terbentuk empat tahun silam. “Komunitas ini terbentuk 2009 oleh bapak almarhum Irwan Dani, beliau membentuk komunitas ini, karena dia tau dia rhesus negatif tetapi sulit untuk menemukan darah ini ketika diperlukan saat dia ingin operasi jantung, kemudian mencari sekian darah B negatif, di Lampung dan Jakarta tak terpenuhi, akhirnya dia batal operasi karena tidak tersedia darah tersebut akhirnya beliau berobat jalan dengan bertahan tidak operasi, beliau membetuk komunitas resus ini , “jelas Lici.
Interaksi antar anggota komunitas saat itu lebih sering dilakukan lewat dunia maya. “Waktu itu belum berkembang, karena yang terlibat masih sedikit beliau membuat website dan FB grup, kemudian 2011 kita membentuk pengurus, 12 november 2011 baru kita membentuk kepengurusan, sejak itu kita gencar mensosialisasikan dan megumpulkan member,” ungkapnya.
Kini anggota Komunitas RNI mencapai lebih dari seribu orang. Tapi baru separuhnya yang menjadi pendonor siaga yang siap kapanpun jika dibutuhkan. “Komunitas ini terdiri dari bermacam background sifatnya nasional kita sampai ke luar kota dan telah membentuk korodinator wilayah di masing-masing daerah yang sudah memang kelihatan membernya, anggota webnya sudah 1100 seluruh Indonesia, kita ada BBM gurup , terdiri dari berbagai macam wilayah fb grup dan twitter,” tambahnya.
Salah satu pendonor darah sekaligus anggota Komunitas Rhesus Negatif Indonesia adalah Rajinder Singh. Karyawan swasta di Karawang, Jawa Barat menceritakan salah satu pengalamannya membantu orang lain. “Saya ingat kelurga pasien aktif ke saya, artinya melalui telpon bukan ketemu langsung mereka minta tolong dan saya selama saya sehat saya siap kapan saja, Pada saat itu tahun 2012 april salah satu pihak keluarganya meminta saya untuk mendonor saya langsung berkoordiasi dengan PMI,” katanya.
Rajinder baru tahu ia memiliki darah rhesus negatif setelah melakukan transfusi darah. “Pertama kali sekitar 10 tahu yang lalu awal donor saya tidak mengetehaui saya rhesus negatif, tetapi sehabis saya donor, saya dihubungi dan dipanggil ke PMI dan informasikan bahwa saya rhesus negatif, dengan golongan AB,”katanya.
Lelaki empat puluh tahunan ini mengaku saban tahun mendonorkan darahnya. “Saya hampir setiap tahun pasti ada panggilan yang emergency untuk PMI ada yang luar dan dalam kota tetapi lebih kebanyak dari pusat,”timpalnya.
Dia menambahkan, “Kalau saya ada waktu saya yang datang ke PMI, tetapi ketika saya tidak bisa datang mereka yang jemput bola, datang di mana saya berada mereka dengan mobil transfusi dan diambil di tempat di mana saya berada,”
PMI membenarkan jika stok darah rhesus negatif sangat terbatas jumlahnya. Bahkan untuk golongan AB negatif misalnya. Lembaga penampung dan penyalur darah tersebut mengaku tak memiliki stok. Kepala Bidang Penyediaan Darah Unit Transfusi Darah PMI, Ulfa Suryani menuturkan,”Stok di PMI di DKI biasanya kita menyediakan stok darah resus negatif A,B dan O saja, sementara yang Ab tidak kita siapkan karena jarangnya permitaan dari golongan dara AB yang resus negatif,kalau permintaan lebih dari stok kita minta ke komunitas.”
Menurut Ulfa, saban bulan PMI hanya menerima puluhan permintaan darah jenis rhesus negatif. ”Sangat kecil ya mungkin 0,01 persen, karena memang 99 persen orang indonesia bergolongan daerah rhesus positif, dan rhesus negatif ini sangat jarang sekali, itu biasanya (permintaan) banyak di wilayah Sumatera, Aceh Sumatera Selatan, “ jelasnya.
Jika masyarakat pemilik darah rhesus negatif ingin lakukan donor, PMI siap membantu. “Kalau dia donor baru dan rhesus negatif kita akan beri formulir dan ikut dalam rhesus negatif jika sesuatu saat dibutuhkan dia bersedia diambil darahnya, misalnya kita ada permintaan rhesus negatif kita akan kontak dia, dan kita akan datang ke tempat dia untuk diambil darahnya,” ungkapnya.
Ulfa Suryani berharap masyarakat di luar Jakarta ikut membudayakan donor darah. “Rasa untuk mendonorkan darah tidak seperti di Jakarta, kalau di Jakarta sudah seperti gaya hidup, kalau di daerah sangat sulit, jangankan rhesus negatif yuang rhesus postif saja itu susah sekali mendonorkan darah ,masih ada yang iming-iming isitilahnya bukan sukarela tetapi dibayar itu yang sulit kami berantas, " timpalnya. ***
Editor: Taufik Wijaya
- donor darah
- PMI
- rhesus negatif
- komunitas rhesus negatif
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!