Tanam Mangrove
Pegiat konservasi lingkungan, Guntur tampak sibuk di pinggir pantai. Kakinya terhempas ombak deras. Jemari lelaki berkulit gelap itu menggaruk pasir lumpur hitam. Dia tengah menanam mangrove jenis api-api dan rizopora.Kebetulan pasokan bibit mangrove tengah berlimpah. Sekolah Santa Ursula Serpong Tangerang Selatan, baru memberikan ratusan bibit untuk ditanam. Puluhan guru dan murid sekolah itu ikut turun menanam mangrove. Dengan telaten Guntur menjelaskan kepada mereka cara menanam dan pentingnya mangrove.
“Tumbuhnya mudah di lokasinya, cuma yang menjadi persoalan. Persoalannya, dia ada yang ganggu nggak. Misalnya tumpukan sampah yang membelit tanaman mangrove,” jelas Guntur.
Sampah yang berserakan di sekitar perairan jadi masalah sekaligus ancaman bagi bibit mangrove yang baru di tanam. “Persoalanya, apakah area yang terkena ombang itu tidak sampai ke situ juga karena abrasi. Kalau hari ini kita tanam, maka sebulan dua bulan berikutnya abrasinya nambah nggak ke daratan. Kalau abrasinya nambah ke tanaman yang baru. Jadi rusak lah,” ungkapnya.
Akibat sampah, dari ratusan bibit mangrove yang ditanam tiap bulan, hanya puluhan yang berhasil hidup. Lainnya mati terhempas ombak . Itu juga yang membuat masyarakat setempat malas melestarikan mangrove.”Makanya ketidakpeduliannya itu, karena mereka tidak sempat berpikir. Mungkin, ah ini udah abrasi, biarkanlah, gue cari kuli, kerja apa. Biar dapur gue ngebul. Sama itu saya rasain. Merawatnya butuh energi. Bisa nggak, dia merawat tidak bekerja yang lain, tapi kemudian dapurnya bisa ngebul. Itu soalnya,” kata dia.
Lantas adakah upaya pemerintah setempat membantu Guntur dan warga Pulau Cangkir? Minimya anggaran jadi alasan klasik, Pemkab Tangerang kurang optimal membantu program pelestarian lingkungan. Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan setempat Herry Wibowo dana yang dialokasikan untuk penanaman mangrove hanya Rp 50 juta pertahun. “Walaupun demikian, LSM-LSM yang concern terhadap bibir pantai, kaitan dengan abrasi kan banyak itu. Mereka juga ada, yang dananya dari mereka. (Ini mendorong pihak luar untuk menanam?) Iya betul,” ungkapnya.
Masalah abrasi dan kerusakan pantai di pesisir Tangerang sempat mencuri perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat datang ke sana Januari lalu. Dia menjanjikan membiayai pembangunan tembok penghalang ombak atau breakwater. Namun janji itu belum terlaksana jelas Guntur. “Salah satu instruksi beliau kepada semua, termasuk kepada Kabupaten Tangerang adalah agar ada breakwater di Tanjung Pasir. Kalau breakwater itu di atas 200 meter panjangnya, itu harus ada amdal dulu. Kami yang di Tanjung Pasir itu belum ada amdal. Tanjung Pasir dan lainnya. Karena breakwater itu kegiatan yang memerlukan dana banyak, dek Eby. Puluhan miliar lah,”
Tapi nilai Guntur, pembangunan tembok penghalau ombak hanya selesaikan masalah abrasi. Sementara menanam mangrove bisa menyelamatkan ekosistem pesisir. Dari segi biaya program penanaman mangrove lebih murah. “Kalau permeter kita tanam itu 2-3 batang, sudah ketahuan berapa areal yang kita perlukan. Satu batang itu cukup dengan 2 ribu. Kalau kita hitung dengan jumlah penduduk, ketutup lah itu pulau dengan mangrove. Masalahnya orang itu perduli nggak, mangrove yang kita tanam itu untuk kita semua. Dia bisa sangat sederhana, dari biji kita tanam. Asal jangan terganggu oleh ombak, sampah, ya sudah dia akan hidup, 99 persen dia akan hidup,” katanya.
Masyarakat seperti Junaedi dan Adi hanya bisa berharap tanah tempat mereka tinggal tidak tenggelam. Mereka juga berharap upaya menyelamatkan Pulau Cangkir dari kerusakan lingkungan mendapat dukungan pemerintah dan masyarakat. “Makannya kita sosialisasi sama pak camat soal kebersihan sungai. Sungai juga banyak sampahnya. Dampaknya sekarang akibat buang sampah sembarangan. Abrasi merajalela. Sampah-sampah menumpuk,” kata Adi.
Sementara Guntur meminta Pemerintah Kabupaten Tangerang lebih peduli pada persoalan lingkungan. “Orang-orang yang peduli dan menyediakan waktunya untuk mangrove, itu kan orang yang nuraninya tergerak. Caranya bagaimana? Sosialisasi, jangan lagi duduk di ruang ber-AC. Harus di pantai kita,” harapnya.
Editor: Taufik Wijaya
Menyelamatkan Pulau Cangkir dengan Mangrove (2)
Akibat sampah, dari ratusan bibit mangrove yang ditanam tiap bulan, hanya puluhan yang berhasil hidup. Lainnya mati terhempas ombak . Itu juga yang membuat masyarakat setempat malas melestarikan mangrove.

Senin, 30 Des 2013 16:12 WIB


mangrove, pulau cangkir, pemanasan global, abrasi
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampanye Anti Kekerasan Seksual Melalui Seni
Kampanye ini menampilkan berbagai instalasi mulai dari pakaian para korban kekerasan seksual, bentuk vagina dan payudara perempuan hingga beragam lukisan bertema perempuan.
Upaya Perempuan Nahdlatul Ulama Melawan Rokok
Nahdlatul Ulama (NU) dikenal akrab dengan rokok. Namun perempuan NU yang tergabung dalam Fatayat NU memilih jalan berbeda
Tanpa Regulasi, Rokok Elektronik Serbu Indonesia
Ditolak di berbagai negara, termasuk di negara pembuatnya yaitu Amerika Serikat, BPOM menyatakan ini barang ilegal, toh tetap mudah dibeli di minimarket
Bagaimana Mereka Mengenang Munir Setelah 15 Tahun Berlalu
Setelah 15 tahun, aku tahu, Munir tidak sendiri. Aku bersamamu Munir. Bersama teman-teman seperjuangan kita
Menggusur Gang Setan, Menanam Asa di Tanah Ombak
Kawasan ini semula sangar dan dikenal rawan kriminalitas
Studio Dapur, Upaya Mendongkrak Derajat Anyaman Bambu
Studio Dapur berusaha mengangkat derajat anyaman bambu itu ke level lebih tinggi, bahkan di jual ke luar negeri
Tani Muda Santan: Melawan Tambang, Menjaga Lingkungan
Tatanan lingkungan di Desa Santan berubah sejak 1997, seiring masuknya perusahaan tambang
Belajar Damai di Kota Bandung
Dulunya, Ary kerap mengejek kawannya yang berbeda agama. Bahkan tak jarang ia memberi label kafir pada yang berbeda pandangan dengannya.
Cerdaskan Petani dengan Rumah Koran
Mereka harus melanjutkan pendidikan mereka, tidak menikah dini, mereka mampu kuliah, kemudian mereka menjadi generasi petani yang berpendidikan
Melawan Sampah Plastik di Samarinda
Sejak awal tahun ini, Pemkot Samarinda mulai memberlakukan aturan yang mendukung gerakan ‘diet plastik’
Zero Waste, Ubah Salak Jadi Aneka Rupa
Mengusung konsep zero waste atau pengolahan tanpa limbah, Abian Salak mengubah paradigma pecinta salak
Gede Artha Pioneer Jamur dari Timur Bali
"Jadi petani itu seksi"
Silek Lanyah, Menggali Tradisi Mengundang Wisatawan
"Kalau untuk penolakan emang ada dari beberapa pihak. Ada yang bilang potong kuping saya kalau jadi desa wisata"
Paccoo, Menyulap Tanaman Liar Jadi Makanan Sehat
Jargon kue kering Pacco ini adalah ‘alms in every bite’ atau sedekah dalam setiap gigitan.
Komunitas Anak Muda Lestarikan Budaya Batak
Perubahan dunia yang serba cepat mengancam keberadaan budaya lokal. Di Sumatera Utara, ada Ishak Aprianto Aritonang yang giat menghidupkan budaya dan tradisi Batak
Merawat Kerukunan dengan SADAP
Komunitas Satu dalam Perbedaan (SADAP) berupaya merawat kerukunan warga di Pontianak
Ngobrol Psikologi, Ubah Stigma Buruk Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan melulu soal sakit jiwa atau depresi. Bertemu psikolog pun bukan berarti ‘gila’ atau ‘aib’
Pembalak Jadi Pemandu Wisata Nyarai
Ratusan penebang liar meninggalkan gergaji mesin, beralih menjadi pemandu wisata.
Pengetahuan Dari Lembaran Lontar
Di Bali, ada seorang anak muda yang dengan suka rela mempelajari isi pengetahuan yang ditulis di lembaran-lembaran lontar.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 19
Kabar Baru Jam 18
Kabar Baru Jam 17
DPR Desak Menteri BUMN Evaluasi Total BUMN
Perempuan dan Anak Dalam Pusaran Terorisme