KBR, Jakarta - Di sebuah rumah tingkat dua, Maria Catarina Sumarsih bercerita tentang kenangan bersama anak sulungnya, Bernadinus Realino Irmawan –atau kerap dipanggil Wawan. Saban pagi, percakapan keduanya selalu diisi dengan menu sarapan, kopi, atau sesekali mengenai ujian kampus.
Sumarsih lantas naik ke lantai dua, menuju kamar Wawan. Kata dia, kamar itu sudah lama tak dihuni. Dia sengaja membiarkan ruang itu apa adanya seperti terakhir kali Wawan gunakan. Selimut bergaris merah muda dengan tulisan huruf W terlipat rapi di atas ranjang. Sumarsih bercerita, selimut itu kesayangan anaknya. Jika pergi keluar kota, sudah pasti ikut diboyong.
Itulah penggalan film dokumenter berjudul W, besutan Yohanes Theo. Untuk kali pertama, film ini diputar di kantor LBH Jakarta, 14 November lalu. Ini bertepatan dengan peringatan 19 tahun tragedi Semanggi 1. Dimana Wawan yang merupakan mahasiswa Atma Jaya, meregang nyawa oleh timah panas aparat saat aksi demontrasi.
Perempuan berusia 65 tahun ini, menyimpan banyak kenangan bersama Wawan. Dia pun selalu merindukan saat-saat bersama anaknya. Misal, makanan kesukaannya yaitu ikan-tempe-kerupuk. Dia bercerita, sejak kecil Wawan gampang dibujuk dengan makanan favoritnya jika susasana hati sedang tak bagus.
“Saya sangat memperhatikan pertumbuhan Wawan sejak kecil. Itu memang hanya makanan, tapi sangat besar artinya. Bagaimana saya cinta Wawan walau hanya sekedar makanan,” ujar Sumarsih.
Memori tentang si sulung yang ia simpan adalah kaos putih dengan lubang di bagian dada dan membekas bercak darah. Kaos itu dipakai Wawan saat tertembak.
“Ini bajunya Wawan yang dipakai waktu ditembak. Baju ini saya dapatkan seminggu setelah pemakaman.”
Tragedi Semanggi 1 terjadi pada 13 November 1998. Ketika itu, mahasiswa berdemo menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI.
Siang sekitar pukul 15.30, aparat yang terdiri dari Brimob, Batalyon 305 Kostrad, dan Pasukan Anti-Huru-Hara (PHH) Kodam Jaya merapatkan barikade.
Tiba-tiba aparat merangsek maju. Ledakan gas air mata terdengar berdentum-dentum. Massa pun buyar. Panser menembakkan water canon. Lalu secara membabi buta aparat menembak dengan moncong senapan ditujukan ke arah massa.
Ketika demonstrasi 13 November 1998, Sumarsih sama sekali tak merasa firasat apapun. Tapi suatu kali, anaknya itu pernah mengatakan pada kawannya bahwa namanya akan diabadikan.
“Wawan pernah pulang dari gereja malam-malam. Dia bilang, 'bu tadi Wawan bilang sama temen entar namaku jadi nama taman gereja'.”
Kematian Wawan menyisakan duka mendalam di diri Sumarsih dan keluarga, teman sesama aktivis, gereja, dan civitas kampus. Sebab pemuda itu dikenal aktif dalam kegiatan kemanusiaan.
Sandyawan Sumardi, aktivis juga pendiri LSM Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuk), mengatakan Wawan adalah sosok sederhana. Baginya, Wawan begitu menginspirasi.
“Wawan adalah relawan muda yang sederhana. Dia bukan orang yang mudah berbicara namun ia berbicara melalui puisi-puisinya. Dia orang yang gelisah dengan keadaan, dengan ketidakadilan,” tutur Sandyawan.
Begitu pula dengan Patrisius Mutiara Andalas, teman Wawan. Dia mengaku begitu kehilangan.
“Sangat berat karena saya kira tidak ada dari kami membayangkan bahwa sebuah kerja kemanusiaan akan berakhir dengan kematian,” kenang Patrisius.
Tragedi Semanggi 1 sudah 19 tahun berlalu, tapi pemerintah tak pernah menyeret pelaku utamanya ke meja persidangan. Komandan ABRI kala itu, Wiranto, bahkan tak pernah mau dimintai kesaksiannya oleh Komnas HAM.
Karena itulah, sejak Januari 2007, Sumarsih mengaggas Kamis Hitam di depan Istana. Mengenakan pakaian serba hitam dan payung hitam –sebagai simbol suramnya penuntasan kasus pelanggaran HAM. Dan aksi itu, direkam sutradara Yohanes Theo.
Kata dia, butuh waktu lama untuk merampungkan film ini. Setidaknya 1,5 tahun untuk pengumpulan data.
“Proses pra produksi saya habiskan kurang lebih 1,5 tahun. Baca-baca buku filsafat, hak asasi manusia, ketemu sana sini,” jelas Theo.
Dia juga bercerita, mengapa judul film ini begitu singkat; W. Karena W bisa berarti banyak, bisa Wawan atau… Wiranto.
Kembali ke Sumarsih. Meski sudah hampir dua dasawarsa, ia akan tetap menuntut negara menyeret pelakunya ke meja hukum.
“Kalau Wawan tidak ketembak hidup saya penuh dengan suka cita, artinya saya bisa menikmati hari tua dengan baik. Kalau Wawan masih hidup rumah tangga kami utuh. Utuh sampai saya meninggal,” ucap Sumarsih lirih.
Editor: Quinawaty
[SAGA] Film Dokumenter Semanggi 1, Yohanes Theo: W Bisa Berarti Wawan atau… Wiranto
Mengapa judul film ini begitu singkat; W. Karena W bisa berarti banyak, bisa Wawan atau… Wiranto.

Jumat, 17 Nov 2017 16:35 WIB

![[SAGA] Film Dokumenter Semanggi 1, Yohanes Theo: W Bisa Berarti Wawan atau… Wiranto [SAGA] Film Dokumenter Semanggi 1, Yohanes Theo: W Bisa Berarti Wawan atau… Wiranto](https://kbr.id/media/?size=730x406&filename=kuburan-wawan-sumarsih-foto-facebook-sumarsih.jpg)
Maria Catarina Sumatsih (tengah) sedang berziarah ke makan anaknya, Bernadinus Realino Irmawan. Foto: Facebook Sumarsih.
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Pandemi dan Dampak Pada Kesehatan Mental Siswa
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Menanti Perhatian pada Kesehatan Mental Pelajar
Kabar Baru Jam 10