OPINI ANDA

Tak Ada Alasan Untuk Berkonflik

Ilustrasi.

Sewaktu kecil saya sering merasa bahwa kita hidup di dunia yang orang-orangnya sama dengan kita. Sama dalam hal apapun, baik agama, suku, kesukaan, hobi. Semakin beranjak besar saya pun menyadari bahwa ternyata sangat banyak perbedaan di sekeliling kita, termasuk kepercayaan (agama) yang dianut.

Keluarga saya yang kebetulan menganut agama Islam pun tidak pernah melarang bergaul dengan teman-teman selain Islam. Saya pun tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada. Tetapi sebenarnya saya pun banyak menyimpan pertanyaan di dalam hati saya seperti, “Mengapa kepercayaan kita berbeda?,” “Apa yang membedakan kepercayaan saya dengan yang lain?,” dan “Seperti apakah kepercayaan itu?

Mungkin tiga hal itulah yang selama ini sering saya tanyakan kepada diri saya. Hanya saja saya tidak pernah berpikir untuk menanyakan langsung kepada teman yang memiliki kepercayaan berbeda itu. Keluarga saya berpesan bahwa kepercayaan adalah suatu hal yang sensitif selain uang. Saya rasa kalau saya menanyakan hal ini kepada keluarga saya, akhirnya data yang saya dapatkan hanya berdasarkan satu pihak saja.

Intinya, saya ingin tahu inti ajaran mereka. Saya percaya bahwa semua agama mengajarkan hal yang baik. Saya pun banyak mencari tahu hal ini melalui internet. Banyak informasi yang didapat, hanya saja belum memuaskan pertanyaan saya di atas. Terlalu banyak asumsi-asumsi satu pihak yang tidak dijelaskan, sehingga menyebabkan banyak konflik berdasarkan agama.

Entah kenapa saya mempunyai impian untuk mengumpulkan semua pemuka agama untuk berkumpul dalam satu acara, yang merupakan wadah untuk kita berkumpul menjadi satu dalam perbedaan dan terutama untuk mematahkan asumsi-asumsi yang banyak menyebabkan perpecahan.

Dan impian saya pun terwujud ketika tidak sengaja saya mendaftar ke sebuah acara bernama CINTA Interfaith. Awalnya saya melihat pendaftaran ini di salah satu social media yaitu twitter. Disitu saya sangat tertarik karena memang konsep acara yang berdasarkan isu agama ini memang belum ada sebelumnya. Ternyata saya mendapat pengumuman bahwa saya diterima menjadi salah satu peserta. Tidak terbayangkan bakal seperti apa acaranya, tetapi entah kenapa saya merasa harus mengikuti acara ini.

Di awal, sempat tersirat ketidakyakinan dan kekecewaan terhadap pihak penyelenggara karena acara tidak mulai tepat waktu. Tetapi yang menyenangkan dan menghibur hati saya adalah saya banyak bertemu dengan teman-teman yang dulu pernah mengikuti acara yang sama.

Acara tersebut dilaksanakan di America, Pacific Place, Jakarta. Setelah peserta diperbolehkan masuk, betapa terkejutnya saya bahwa yang mengadakan acara tersebut adalah anak-anak muda yang tergabung dalam SUSI (Student of US Study). Mereka mendapat kesempatan untuk belajar di Amerika khusus mempelajari pluralisme (keberagaman) dan bertujuan kembali ke Indonesia untuk menyebarkan salam perdamaian di tengah banyaknya konflik yang berdasarkan alasan agama.

Di sana, kami tidak hanya disadarkan bahwa keberagaman dalam memeluk agama adalah hal yang tidak seharusnya menjadi alasan untuk sebuah konflik, tetapi juga turut pula dihadirkan pemuka agama dari lima agama di Indonesia.

Esoknya diisi dengan agenda mengunjungi rumah ibadah dari masing-masing agama, dan bertemu kembali dengan pemuka agama yang ada di sana. Acara tersebut benar-benar menjawab pertanyaan saya selama ini, dan makin membuat saya yakin bahwa kita tetap bisa bersama dalam perbedaan, tidak perlu dibuat menjadi alasan sebuah konflik. Anggaplah bahwa perbedaan ini semakin memperkaya kita.


Diambil dari buku “Dialog 100: 100 Kisah Persahabatan Lintas Iman” (penerbit: Jakatarub & Interfidei, 2013). 

  • toleransi
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!