KBR, Jakarta - Kesaksian seorang perempuan korban kekerasan seksual dan penyiksaan tragedi 1965, menyingkap betapa kejamnya pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Semua orang yang terlibat di Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mereka yang dituduh simpatisan PKI, ikut jadi korban.
Kingkin Rahayu, saksi dalam Sidang Rakyat Internasional di Den Haag, Belanda, menceritakan kekejian itu dari balik tirai.
Ruang sidang pun hening, para hakim dan jaksa tak sanggup berkata-kata.
“Saya dipanggil diperiksa berkali-kali, dan pada suatu saat saya dipanggil lagi tapi saya heran kok malah tak ada yang diperiksa lain. Akhirnya saya menemukan jawabannya, memang hanya saya sendiri yang ditanyakan berapa lama kau melakukan gerilya politik? Berapa orang gerilya politik? Saya jawab, saya ini tak melakukan gerilya politik saya punya posisi yang mapan sebagai guru. Buat apa saya gerilya. Adik dan ibu saya membutuhkan saya. Tapi saya malah dipukuli dan ditelanjangi dan saya dipegangi dua orang.”
Rahayu, kembali diinterogerasi tentara. Berkali-kali ia ditanyai gerakan gerilya politik –yang tak ia tahu. Tapi jawaban itu tak memuaskan, hingga akhirnya ia diinjak, dipukuli, digunduli.
“Setelah selesai, mereka semua yang ada di situ, saya ditanya lagi tentang hal yang sama, saya tak bisa menjawab. Saya lalu dimaki-maki kenapa kamu diam. Lalu saya ditengkurapkan dan saya diinjak-injak. Rambut saya digunduli dan entah bagaimana saya tak ingat lagi, saya merasa gelap.”
Delapan bulan disiksa, Rahayu merasa hidupnya sudah berakhir.
“Katanya ibu-ibu, saya digotong karena badan saya penuh luka dan tak bisa jalan. Setelah itu saya tak mau ngomong dan tak mau makan lagi. Saya merasa hidup saya sudah berakhir. Sampai 8 bulan saya mengalami hidup stress dan akibat stress selama 8 bulan saya tidak menstruasi. Menurut dokter pikiran saya harus tenang.”
Ia pun masih ingat betul, siapa penyiksanya.
“Yang menangkap saya adalah CPM dan tentara yang menyiksa saya yang paling kejam, namanya Lukman Sutrisna. Apakah selama ditahan, pernah dengan ada tahanan perempuan serupa? Ketika saya di Plantungan, hal seperti itu banyak dirasakan teman-teman muda SMP dan SMA diperlakukan seperti itu.”
Lukman Sutrisna adalah Guru Besar di Universitas Gajah Mada (UGM).
Pindah satu penjara ke penjara lain, Rahayu bersama 500an tahanan politik perempuan lainnya diboyong ke Kamp Plantungan di Kendal, Jawa Tengah.
“Tetapi di Plantungan ini bentuk penderitaannya lain, kami didatangkan ke Plantungan, lembah bekas pembuangan lepra pada jaman Belanda. Karena pasien sudah bersosialisasi dengan masyarakat dan sembuh sehingga daerah itu kosong dan banyak semak belukar, hutan dan waktu kami dibawa ke situ gedungnya dari papan dan belum ada penerangan masih gelap. Tidak jarang dari kami digigit kalajengking, ular karena di situ banyak ular. Pertama kali yang kami hadapi, kami harus kerja paksa mengubah semak belukar dan membuat lahan pertanian dan kolam untuk perikanan dengan tangan kosong, tangan telanjang.”
Sebelas tahun lamanya, Rahayu dipenjara tanpa bukti dan proses pengadilan.
Dan, luka itu tak akan ia lupa, meski sudah 50 tahun berlalu.
“Jadi ibu total ditahan selama berapa lama? Saya ditahan selama 1 tahun dan 10 tahun. Yang masuk penjara 10 tahun. Apakah sampai sekarang ibu merasakan akibat dari penahanan itu? Ya sakit, tubuh tertentu digilas pakai kayu lalu yang dipukuli pakai sepeda itu dampaknya pendengaran saya berkurang. Yang berfungsi hanya satu telinga. Saya juga menderita darah tinggi.”
Dari Kingin Rahayu, kesaksian tentang tragedi 1965 berlanjut ke seorang perempuan, Intan. Ia harus kehilangan tujuh keluarganya sekaligus. Bahkan ibunya, menjadi tahanan rumah. Simak kisah bagian kelima .
Editor: Quinawaty Pasaribu
IPT 1965, Kingkin Rahayu: Yang Menyiksa Saya Namanya Lukman Sutrisna
“Katanya ibu-ibu, saya digotong karena badan saya penuh luka dan tak bisa jalan. Setelah itu saya tak mau ngomong dan tak mau makan lagi. Saya merasa hidup saya sudah berakhir."

Anggota Komnas HAM, Dianto Bachriadi hadir sebagai saksi ahli di IPT 1965. Foto: KBR
Berita Terkait
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampanye Anti Kekerasan Seksual Melalui Seni
Kampanye ini menampilkan berbagai instalasi mulai dari pakaian para korban kekerasan seksual, bentuk vagina dan payudara perempuan hingga beragam lukisan bertema perempuan.
Upaya Perempuan Nahdlatul Ulama Melawan Rokok
Nahdlatul Ulama (NU) dikenal akrab dengan rokok. Namun perempuan NU yang tergabung dalam Fatayat NU memilih jalan berbeda
Tanpa Regulasi, Rokok Elektronik Serbu Indonesia
Ditolak di berbagai negara, termasuk di negara pembuatnya yaitu Amerika Serikat, BPOM menyatakan ini barang ilegal, toh tetap mudah dibeli di minimarket
Bagaimana Mereka Mengenang Munir Setelah 15 Tahun Berlalu
Setelah 15 tahun, aku tahu, Munir tidak sendiri. Aku bersamamu Munir. Bersama teman-teman seperjuangan kita
Menggusur Gang Setan, Menanam Asa di Tanah Ombak
Kawasan ini semula sangar dan dikenal rawan kriminalitas
Studio Dapur, Upaya Mendongkrak Derajat Anyaman Bambu
Studio Dapur berusaha mengangkat derajat anyaman bambu itu ke level lebih tinggi, bahkan di jual ke luar negeri
Tani Muda Santan: Melawan Tambang, Menjaga Lingkungan
Tatanan lingkungan di Desa Santan berubah sejak 1997, seiring masuknya perusahaan tambang
Belajar Damai di Kota Bandung
Dulunya, Ary kerap mengejek kawannya yang berbeda agama. Bahkan tak jarang ia memberi label kafir pada yang berbeda pandangan dengannya.
Cerdaskan Petani dengan Rumah Koran
Mereka harus melanjutkan pendidikan mereka, tidak menikah dini, mereka mampu kuliah, kemudian mereka menjadi generasi petani yang berpendidikan
Melawan Sampah Plastik di Samarinda
Sejak awal tahun ini, Pemkot Samarinda mulai memberlakukan aturan yang mendukung gerakan ‘diet plastik’
Zero Waste, Ubah Salak Jadi Aneka Rupa
Mengusung konsep zero waste atau pengolahan tanpa limbah, Abian Salak mengubah paradigma pecinta salak
Gede Artha Pioneer Jamur dari Timur Bali
"Jadi petani itu seksi"
Silek Lanyah, Menggali Tradisi Mengundang Wisatawan
"Kalau untuk penolakan emang ada dari beberapa pihak. Ada yang bilang potong kuping saya kalau jadi desa wisata"
Paccoo, Menyulap Tanaman Liar Jadi Makanan Sehat
Jargon kue kering Pacco ini adalah ‘alms in every bite’ atau sedekah dalam setiap gigitan.
Komunitas Anak Muda Lestarikan Budaya Batak
Perubahan dunia yang serba cepat mengancam keberadaan budaya lokal. Di Sumatera Utara, ada Ishak Aprianto Aritonang yang giat menghidupkan budaya dan tradisi Batak
Merawat Kerukunan dengan SADAP
Komunitas Satu dalam Perbedaan (SADAP) berupaya merawat kerukunan warga di Pontianak
Ngobrol Psikologi, Ubah Stigma Buruk Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan melulu soal sakit jiwa atau depresi. Bertemu psikolog pun bukan berarti ‘gila’ atau ‘aib’
Pembalak Jadi Pemandu Wisata Nyarai
Ratusan penebang liar meninggalkan gergaji mesin, beralih menjadi pemandu wisata.
Pengetahuan Dari Lembaran Lontar
Di Bali, ada seorang anak muda yang dengan suka rela mempelajari isi pengetahuan yang ditulis di lembaran-lembaran lontar.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 19
Kabar Baru Jam 18
Kabar Baru Jam 17
DPR Desak Menteri BUMN Evaluasi Total BUMN
Perempuan dan Anak Dalam Pusaran Terorisme