Article Image

SAGA

Ketika Burgermu Memanaskan Bumi

Jumat 23 Okt 2020, 07.00 WIB

Foto: Jonathan Borba/Unsplash

Suka burger? Atau makan di resto cepat saji? Ini kebiasaan yang lekat dengan kehidupan kita. Tapi tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim? Podcast Climate Tales mengajak kita berpikir ulang soal pilihan-pilihan makanan tanpa merusak bumi.

KBR, Jakarta- Sekitar 20 burger terjual selama saya duduk selama 1 jam di restoran cepat saji di Jakarta Pusat. Itu baru dari pergerakan transaksi lewat ojek daring.

Saya pesan burger juga. Plus, sejarahnya.

Kita mundur sejenak ke tahun 2015-2016-2017.

Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, ini adalah tahun terpanas dalam sejarah.

Salah satu penyebab bumi yang kian panas adalah gas rumah kaca yang membuat panas bumi terperangkap. Di antaranya, metana.

Dan penghasil terbesar gas metana adalah...

Sapi.

Gas metana keluar lewat kentut sapi.

Dari seluruh sapi di bumi, kontribusi kentut metana mereka sampai 3,1 gigaton per tahun.

65 persen total emisi Gas Rumah Kaca.

Foto: Amirali Mirhashemian/Unsplash

Foto: Leon Ephraim/Unsplash

Duh.. tapi burger kan enak ya...

Tapi dampaknya ke perubahan kok besar...

Bisakah kita makan burger tanpa rasa bersalah pada bumi?

“80% dari climate change itu bisa kita solve hanya dengan mengganti pola hidup”

Aha, mengganti pola hidup.

“Jadi teknologi solar, teknologi macam-macam yang mahal-mahal itu. Nggak semuanya mahal lah, teknologi electrical yang lebih mahal. Itu hanya menyelesaikan 20% climate change problem. 80 persennya life in individual choice”

Pandemi Covid-19 membuat kita harus berpikir ulang soal pilihan-pilihan hidup kita nih..

Mungkin ini saatnya juga untuk mengubah diet alias pola makan kita.

Hitung-hitung, ikut memperpanjang umur bumi.

“Plant-based diet itu carbon footprint-nya 40 % dari animal based diet. Jadi kita bisa cut kurang lebih setengah dari carbon footprint kita secara individual, hanya dengan mengganti pola makan. Kalau kamu nggak bisa fully plant based, at least pastikan kamu mungkin dalam seminggu sebagian besar plant-based. Jadi misalnya 5 hari kamu plant-based, 2 hari kamu mau makan animal product silahkan. Tapi at least start reducing your meat and chicken change it to plant protein”

Plant protein alias protein nabati memang masih diragukan sebagian orang karena dianggap tak memenuhi gizi dan membuat badan lemas.

Karena itu orang memilih pakai susu ketimbang santan. Untuk membuat berbagai kue misalnya, bisa ganti susu dengan santan. Karena santan dianggap punya kolesterol tinggi Itu cuma mitos.

“Kolesterol itu tidak pernah ada di dalam sumber nabati. Jadi kolestrol itu adalah hanya ada dari sumber hewani.  Santan tidak mengandung kolestrol. Tapi santan itu kalau dipanaskan berlebihan, dia tuh memang jadi berubah. Fat-nya yang tadinya fat baik jadi fat jahat. Nah untuk membuat meminimasi itu, jadi pastikan kalau misalnya pakai santan tuh sebisa mungkin panasinnya bentar”

“Mas, pesan burgernya satu ya!”

Eh, masih boleh kan?

“Nggak mungkin ada orang yang bisa kayak 0% carbon footprint. Itu nggak pernah gitu kan. Tapi gimana caranya kita leaving carbon, minimum carbon footprint lifestyle lah gitu”

Gaya hidup dengan jejak karbon minimal.

Penting nih supaya kita, konsumen, tahu persis apa yang kita pakai atau kita masukkan ke tubuh.

Serta bagaimana dampak pilihan-pilihan kita itu terhadap lingkungan dan perubahan iklim... terhadap bumi kita.

Reporter: Siti Sadida

Editor : Friska Kalia