BERITA

Mulai Sekarang, Jangan Biarkan Makanan Anda Terbuang!

Mulai Sekarang, Jangan Biarkan Makanan Anda Terbuang!

KBR, Jakarta – Survei YouGov menyebutkan sekitar 91 persen orang di dunia tak paham bahwa cara manusia mengonsumsi, memproduksi dan, membuang makanan merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan planet. Pada peringatan Hari Pangan Sedunia 16 Oktober lalu, organisasi lingkungan dunia World Wild Fung (WWF) merilis hasil survei ini.

Direktur Komunikasi WWF Indonesia, Elis Nurhayati menuturkan, di Indonesia terdapat sebuah doktrin bahwa kita hidup di negara dengan kekayaan alam tidak terbatas. Hal ini menurutnya mendorong perilaku masyarakat enteng saja membuang sisa makanan yang mereka konsumsi. Laku ini dikenal dengan istilah food waste. Padahal, kebiasaan ini berbahaya jika tak segera dihentikan.

"Populasi dunia semakin bertambah, namun daya dukung alamnya juga terbatas. Tahun 2050 nanti akan ada 9 milyar orang di dunia. Artinya ada 9 milyar mulut yang harus disuapi. Kalau pola konsumsi kita masih bertahan seperti saat ini, apakah nanti di masa depan alam masih sanggup memenuhi kebutuhan pangan kita?" kata Elis seraya bertanya.

Hal lain juga disayangkan oleh Elis, jumlah orang di Indonesia yang berpandangan food waste sebagai sesuatu yang tidak mengancam mencapai 41 persen, dan hanya 9 persen yang menggangap ini ancaman serius. Secara demografi, angka 41 persen tersebut berasal dari kalangan anak muda, berusia 18 sampai 24 tahun.

"Mereka tidak mengetahui kaitan antara makanan dan keberlangsungan bumi. Jika tidak ada perubahan, pada masa depan mereka terancam akan mengalami kesulitan ketahanan pangan," ungkap Elis dalam perbincangan di program Ruang Publik KBR.

Memang apa dampaknya? Kata Elis, dampak dari food waste ini sebetulnya sedikit demi sedikit sudah dirasakan masyarakat. "Dampak paling nyata yang sering kita rasakan itu hawa panas. Karena untuk memproduksi makanan kita, alam itu menghasilkan produksi emisi gas rumah kaca yang tinggi dan itu diperparah dengan kebiasaan food waste selama ini," terang Elis.


Gifood, Langkah Baru Mengatasi Food Waste

Lalu, adakah cara untuk menangani masalah Food Waste?

Sebuah platform dibikin untuk menghubungkan orang-orang yang punya makanan berlebih dengan mereka yang sedang membutuhkan. Namanya, Gifood. Sheila Noor Baity, Chief of Social Impact di Gifood menjelaskan platformnya menjadi ruang yang mempertemukan antara pengguna yang punya makanan lebih dan pengguna lain yang bersedia menyalurkan atau sedang memerlukan itu.

"Jadi cara kerja Gifood ini, bagi orang-orang yang mempunyai info makanan berlebih tinggal unggah ke website kami. Nanti akan ada pengguna aplikasi lainnya yang akan mengambil makanan untuk dibagikan," jelas Sheila melalui sambungan telepon kepada KBR.

Ia pun menjelaskan, dalam Gifood terdapat 3 istilah dengan tugas masing-masing. Pertama, ada giver yakni orang yang memberikan informasi jika memiliki makanan berlebih. Kedua, transporter merupakan orang yang mengambil makanan yang telah diberikan dari giver, dan selanjutnya akan dibagikan ke orang yang membutuhkan. Terakhir ada istilah receiver untuk orang yang menjadi penerima dari makanan berlebih tersebut.

"Untuk terlibat dalam Gifood, orang-orang harus log in dan terdaftar dalam aplikasi kami. Saat ini, Gifood sendiri telah memiliki 119 pengguna aplikasi," ungkap Sheila.

Bukan saja orang per orang, menurut Sheila, kini Gifood tengah berupaya merangkul restoran atau hotel-hotel yang setiap hari pasti memiliki makanan berlebih. Namun usaha ini belum membuahkan hasil, sebab masih terbentur regulasi dan SOP dari beberapa perusahaan.

Platform ini dibiuat sejak Mei 2017 dan baru pada Juli 2018 diluncurkan dalam bentuk aplikasi. Menurut Sheila, hingga saat ini Gifood tercatat telah sukses menyelamatkan 480 kg makanan. Jumlah makanan tersebut diperuntukan bagi sekitar 2.400 orang.



Editor: Nurika Manan

  • Food Waste
  • Lingkungan
  • World Widlife Fund
  • Gifood

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!