KBR, Balikpapan - Di rumah berlantaikan semen, seorang kakek beserta anak dan cucunya tinggal.
Pria berusia 72 tahun itu, Maman Sudana namanya.
Ia adalah korban peristiwa September 1965 yang ditahan tanpa proses pengadilan.
“Ketika itu tahun 1965, ketika lagi dirumah dijemput TNI pakaian dinas militer,” kata pria kelahiran 16 September 1943 ini pada KBR
Hingga kini, ia tak tahu mengapa ia sampai dibui.
Padahal kala 1964, Maman muda bermaksud mencari pekerjaan di Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Saya belum kerja (waktu ke Balikpapan). Saya merantau karena keadaan orang tua di bawah garis kemiskinan. Hidup susah. Saya merantau karena ingin punya kerjaan,” kata Maman Sudana.
Tapi nyatanya, ia dijemput paksa anggota TNI, di rumahnya dan dijebloskan ke kamp Sumber Rejo Balikpapan.
“Saya dua kali ditahan, pertama tahun 1965. Saya di rumah dijemput anggota TNI. Saya dengan Pak Untung ditahan di Kamp Sumber Rejo Balikpapan, hanya beda barak.”
Di kamp itu ada 14 barak. Maman ditempatkan bersama 2.500 tahanan lainnya; baik laki-laki dan perempuan.
Tapi menyedihkan, Maman melihat ada tahanan perempuan yang memboyong serta balitanya.
Mereka dipekerjakan.
“Ya namanya kita enggak punya kebebasan, disuruh kerja, ya sebagian lah.”
Hingga pada 1967, ia dibebaskan. Tapi itu tak berlangsung lama.
Pada 1968, Maman kembali ditangkap. Ia tak tahu apa alasannya dan tak bisa melawan.
“Zaman Pak Harto naik (jadi presiden), setahun kemudian pada 1968 saya dipenjara lagi. Saya ditahan selama kurang lebih dua tahun. Sampai sekarang saya enggak tahu alasannya apa, apa sebab gak tahu.”
Maman tak pernah tahu mengapa ia dijebloskan ke bui.
Ia hanya bisa menduga, lantaran pernah bergabung dengan Pemuda Rakyat; organisasi yang dituding terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pasalnya Pemuda Rakyat kerap menggelar kegiatan kesenian dari satu kampung ke kampung lain dengan mengajak remaja, termasuk orang tua.
“Saya dulu dari organisasi Pemuda Rakyat. Saya juga baru waktu itu. Saya anggota biasa, tidak punya kartu anggota. Dulunya saya juga belum memahami betul kemana arahnya. Hanya ikut-ikutan. Terus setelah saya ditahan baru ingat, oh ini karena itu.”
Pasca mendekam 19 tahun di kamp Sumber Rejo Balikpapan, Maman bebas untuk yang kedua kalinya.
Ia lantas ditawari menetap di Kampung Argosari Kampung Angosari, Kutai Kartanegara. Di sana, ia mendapat rumah dan lahan seluas 2,5 hektar.
“Siapa yang mau bermukim ditawari, banyak juga yang mau. Termasuk saya juga mau, waktu itu masih bujangan saya. Isi formulir, bebas dari penjara langsung ke sini. Dulu belum ramai begini, masih hutan. Terus yang mau bermukim (tapol) belum bawa keluarga. Waktu jumlahnya 165 orang (tapol) kalau enggak salah.”
Maman tak banyak berharap pada pemerintah. Meski sempat menelan pil pahit; mendekam selama 19 tahun di penjara.
“Kalau saya pribadi enggak mau banyak berharap. Saya punya patokan begini, siapa pun presidennya, siapa pun yang berkuasa sami mawon (sama saja). Itulah masa lalu ya masa lalu, mungkin begitulah garisnya. Ya sekarang, apa yang ada terima syukuri,” ujarnya.
Untung Suyanto dan Maman Sudana, adalah bagian dari puluhan ribu orang yang ditahan tanpa proses pengadilan pada pertengahan 1970an.
Dan hingga setengah abad berlalu, tak ada pemulihan nama baik terhadap mereka.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Tragedi 65, Maman Sudana: Saya 2 Kali Ditahan, Tahun 1965 dan 1968
“Saya dulu dari organisasi Pemuda Rakyat. Saya juga baru waktu itu. Saya anggota biasa, tidak punya kartu anggota. Dulunya saya juga belum memahami betul kemana arahnya. Hanya ikut-ikutan."

Maman Sudana, eks tahanan politik peristiwa September 65. Foto: Teddy Rumengan
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Pandemi dan Dampak Pada Kesehatan Mental Siswa
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Menanti Perhatian pada Kesehatan Mental Pelajar
Kabar Baru Jam 10