KBR, Jakarta - Rambutnya disanggul, lipstiknya merah, senada dengan kebaya dan songket Palembang yang ia kenakan dibalik toga.
Sembari memegang buket bunga dan ijazah, senyum Yulianus Rettoblaut atau biasa disapa Mami Yulie, terus mengembang.
"Saya atas nama waria Indonesia, kami mampu untuk bisa berkiprah, duduk sama tinggi dan sama rendah di antara masyarakat yang ada di Indonesia," ungkapnya di hari wisudanya di Jakarta.
"Selama ini stigma dan diskriminasi selalu ada dalam komunitas kami. Saat ini saya datang sebagai orang yang ingin membuktikan kepada masyarakat dan negara bahwa komunitas waria juga bisa maju dan bisa mengenyam pendidikan."
Mami Yulie lulus cum laude dengan IPK 3,85 dan tesisnya dianugerahi sebagai yang terbaik.
Nur Syamsudin, dosen pembimbing tesis Yuli mengatakan, tesis yang diangkat anak didiknya itu belum pernah ada di Indonesia.
"Dari cara penulisan dan materi di dalamnya sesuai petunjuk. Ini satu-satunya yang mengangkat HAM dari transgender. Mungkin belum pernah ada di Indonesia," kata Syamsudin.
Kisah Yulianus Rettoblaut
Yulianus Rettoblaut lahir 54 tahun lalu sebagai laki-laki. Dia lahir juga besar di Papua.
Ketika remaja, ia mulai merasakan perbedaan identitas seksual dalam dirinya. Tapi keluarga tak menerima, hingga kemudian ia ditelantarkan di Jakarta. Padahal saat itu Yulie muda, tengah kuliah.
Putus kuliah, ia terpaksa menjadi pekerja seks selama 17 tahun demi menyambung hidup.
Tapi, jalan hidupnya berubah: dia menjadi aktivis hak-hak waria, membentuk Forum Waria dan rumah singgah bagi waria berusia lanjut.
Yulie lantas mencalonkan diri sebagai anggota Komnas HAM pada 2007 dan 2012 – namun keduanya gagal. Sebab kala itu, dia hanya memegang ijazah SMA.
Kegagalan itulah yang membuatnya bertekad kuliah.
"Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membalas itu adalah pendidikan. Dengan intelektualitas ini kita bisa melawan. Kita buktikan dulu hal positif kepada masyarakat bahwa kita ini mampu."
Dia kuliah S1 hukum dan lanjut ke S2 untuk jurusan yang sama.
"Saya memilih hukum karena itulah masalah yang kami setiap hari di komunitas. Mereka hampir setiap hari mengalami kekerasan, pemukulan, pembunuhan yang kasusnya tidak pernah selesai."
Dan tekadnya berbuah manis; ia menjadi salah satu lulusan S2 terbaik di Universitas Tama Jagakarsa.
Wisuda Mami Yulie
Di luar gedung, belasan waria menunggu Mami Yulie. Salah satunya, Miss Waria Lucky Diah Pithaloka.
"Bangga, kami bangga sekali. Kalau pendidikan kita utamakan, ke depan pasti akan lebih baik. Saya ingin, dengan Mami wisuda, pemerintah melihat. Saya ingin setidaknya setiap tahun ada berapa teman kita yang dikuliahkan."
Belakangan, Yulie memilih melanjutkan kuliah S3 dan sudah mulai sejak 26 September ini.
Baginya, waria harus sekolah.
Dengan prestasi, orang-orang, keluarga, dan lingkungan akan mengakui keberadaan mereka. Sehingga hidup mereka nyaman. Kalau mereka hidup di pinggir jalan sebagai pengemis atau pengamen, orang akan melihat waria tetap terpuruk."
Ia pun memperkirakan, ada 1200 waria yang kini menempuh S1.
"Sekarang kami tidak bisa ngomong karena 85 persen waria miskin karena tidak punya pendidikan. Saya harapkan 10-15 tahun mendatang ada 3000 waria yang S2 dan S3, orang melihat kami berbeda karena punya posisi."
Dan kata Yulie, di pundak merekalah stigma waria akan dipatahkan.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Mami Yulie: Saya Ingin 'Membalas' dengan Pendidikan
"Saya memilih hukum karena itulah masalah yang kami setiap hari di komunitas. Mereka hampir setiap hari mengalami kekerasan, pemukulan, pembunuhan yang kasusnya tidak pernah selesai."

Foto wisuda Yulianus Rettoblaut atau Mami Yulie. Foto: Rebecca Henschke/KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Pandemi dan Dampak Pada Kesehatan Mental Siswa
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Menanti Perhatian pada Kesehatan Mental Pelajar
Kabar Baru Jam 10