KBR, Jakarta - Hanya sekira sepekan Joko Santoso ditahan Kepolisian lantaran keterlibatannya dalam Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang dituding bertanggungjawab atas peristiwa Bom Bali pada 2002.
Setelah dibebaskan, dia memilih bersembunyi. Saat itulah beragam pertanyaan muncul di benaknya.
“Kemudian saya putuskan untuk tinggalkan semua. Saya kecewa dengan JInya, termasuk orang-orangnya. Karena menurut saya, ajaran Islam yang seluas itu rahmatan ill alamin, apakah menyebarkan dakwah harus dengan mata merah menyala terus? Apakah begitu kakunya Islam cara mendakwahnya?” ungkap Joko Santoso pada KBR.
Tak mudah memutuskan keluar dari Jamaah Islamiyah. Risikonya, mulai dari dimusuhi hingga dianggap pengkianat dan dihalalkan darahnya.
“Dimusuhi sampai sekarang. Tidak mau komunikasi. Tapi dimusuhi sama orang bawah tanah tidak apa juga”
Begitupun dengan Muhajir. Meski tak menyatakan diri keluar dari JI, tapi pilihannya untuk menyerahkan diri pada polisi membuat orang tuanya menduga dia menjadi agen Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai.
“Bahkan yang terakhir saya disumpah sama bapak bahwa saya ini orangnya Ansyad Mbai. Saya bilang, saya demi Allah bertemu saja enggak pernah.”
Namun belakangan, keluarga Muhajir mendukung langkahnya. Tapi penyesalan timbul setelah bertemu dengan korban bom.
“Ini mereka enggak tahu apa-apa, enggak salah apa-apa kemudian kena bom kakinya putus. Cerita waktu pertama ketemu Ustaz Ali Fauzi, saya enggak terbayang sedikit pun korbannya begini. Nanti setelah kejadian baru kita lihat penyesalan itu.”
Bagi Muhajir kini, aksi mengebom tak sesuai dengan ajaran Jamaah Islamiyah.
“Ketika saya lihat tangannya, cacatnya. Coba kalau seandainya dia kehilangan ini itu, mungkin kemarin saya merasa betul-betul penyesalan dari hati. Memang sekarang kita belum mampu melaksanakan amaliyah di Indonesia, apalagi ngebom sana ngebom sini ndak cocok dengan ajaran JI yang dulu-dulu.”
Demikian akhir Serial Hikayat Jihadi episode Loyalis Jamaah Islamiyah.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Loyalis Jamaah Islamiyah (Bagian 3)
“Kemudian saya putuskan untuk tinggalkan semua. Saya kecewa dengan JInya, termasuk orang-orangnya. Karena menurut saya, ajaran Islam yang seluas itu rahmatan ill alamin,."

Peringatan tragedi Bom Bali, korban terbanyak dari Australia. Foto: KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Rumah Inspirasi Memupuk Toleransi dan Melawan Diskriminasi sejak Dini
Anak-anak diajarkan merayakan perbedaan dan keberagaman
Anak Muda Mataram Lawan Kekerasan Berlatar Agama
Anak muda dilibatkan dalam kampanye yang dikemas kreatif
Belajar Toleransi dari Kampung Sudiroprajan
Kehidupan harmonis antaretnis di Sudiroprajan dirawat sejak ratusan tahun
Rawat Lingkungan sambil Rekreasi di Kampus Tabalong
Taman Tabalong difungsikan sebagai ruang terbuka hijau sekaligus sarana edukasi lingkungan
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Upaya Kurangi Risiko Bencana Iklim
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Perkara Bukber Tahun ini
Kabar Baru Jam 10