KBR, Jakarta - Tak mudah bergabung dengan Jamaah Islamiyah. Ada banyak proses yang mesti dilalui. Salah satu anggota JI, Joko Santoso bercerita.
“Ada setiap materi-materi dan pertanyaan yang membekas, apa itu Islam. Jawabannya beragam, ada yang bilang Islam itu adalah singkatan dari Isak, Subuh, Lohor dan seterusnya. Kemudian, ada tahap materi namanya Ghazwul Fikri atau perang pemikiran, ada pengantar ideologi, kemudian terakhir pasti jihad. Di situlah motivasi saya untuk berislam itu terbangun," ungkap Joko Santoso pada KBR.
Kader Jamaah Islamiyah disiapkan sedari dini. Bahkan sedari bangku sekolah menengah atas. Sedikit demi sedikit ditanamkan semangat jihad.
“Waktu itu saya tinggal di mesjid, namanya mesjid Al-Islah. Itu awal terbentuknya Jemaah Islamiyah di Palu. Saat itu kenal dengan perintis JI di Sulawesi Tengah, namanya Ustad Firmansyah. Kita tertarik ikut dan saya masuk ke perusahaan roti yang dipimpin Ustad Firman. Mulai lah taklim, per pekan sampai bertahun-tahun sampai tamat STM.”
Setelah kader dianggap siap. Lantas diambil sumpah menjadi anggota Jamaah Islammiyyah.
“Saya pribadi termasuk orang yang lambat, karena saya termasuk orang yang nakal. Kalau saya sering membantah, diskusi. Akhirnya dalam tanda kutip dianggap nakal, tidak layak lah. Kalau yang layak langsung lebih cepat seperti Abdul Muis itu langsung dibaiat, kalau baiat itu proses pengesahan sebagai muktazim JI waktu itu."
Joko pun dibaiat pada 2001 dan bersumpah setia pada pemimpin JI.
"Yang membaiat saya Nasir Abbas. Intinya kita bersumpah setia di jalan perjuangan ini, bahwa kita sumpah setia terhadap kepemimpinan ini. Pokoknya apa pun yang diucapkan imam harus diikuti."
Pada Sabtu, 12 Oktober 2002, bom Bali meledak. Jamaah Islamiyah dianggap bertanggungjawab. Sejak itu perang terhadap JI dimulai. Polisi memburu dan menangkapi siapa saja yang dianggap terlibat dalam JI. Termasuk Joko Santoso.
“Waktu itu sama-sama, dibarengkan ada 17 orang, cuma beliau di sel sebelah, saya di sebelahnya. Cerita penangkapannya, waktu itu sholat dzuhur pulang lalu menyelesaikan pekerjaan bungkus roti. Sambil nyanyi-nyanyi, tahu-tahu masuk orang langsung bawa pistol, langsung todong di perut.”
Di Poso, Sulawesi Tengah, Joko ditangkap bersama 11 anggota JI lainnya. Ia kemudian diterbangkan ke Jakarta. Beruntung, dia dianggap tak punya peran penting di JI sehingga tak harus berlama-lama di penjara.
“Saya dipulangkan setelah seminggu di Mako Brimob Kelapa Dua, terus dipanggil lagi. Lalu saya kabur saja.”
Pasca penangkapan, Joko mengubah pandangannya. Apa yang telah mengubahnya? Simak kelanjutannya di Serial Hikayat Jihadi episode Loyalis Jamaah Islamiyah bagian ketiga.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Loyalis Jamaah Islamiyah (Bagian 2)
"Yang membaiat saya Nasir Abbas. Intinya kita bersumpah setia di jalan perjuangan ini, bahwa kita sumpah setia terhadap kepemimpinan ini. Pokoknya apa pun yang diucapkan imam harus diikuti."

Bekas anggota Jamaah Islamiyah (JI), Muhajir. Foto: KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Menyoal Program Restrukturisasi Jiwasraya
Kabar Baru Jam 8
Kapan Kekebalan Terbentuk Usai Vaksinasi Covid-19?
Kabar Baru Jam 10