KBR, Jakarta - Ketuk palu hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta akhir Juli lalu menjadi catatan penting bagi hidup Dedi bin Mugeni dan istrinya Nurohmah.
Ia dibebaskan dari status tersangka kasus pengeroyokan sopir taksi, pada 18 September 2014.
Cerita bermula ketika Dedi yang berprofesi sebagai tukang ojek, mangkal di salah satu mal di Cililitan, Jakarta. Tiba-tiba saja ia didatangi tiga pria dari Polres Jakarta Timur.
“Saya juga enggak tahu kenapa saya tiba-tiba ditangkap. Tiba-tiba datang tanpa surat penangkapan dan dijemput polisi berpakaian preman tiga orang. Saat itu saya di PGC,” cerita Dedi ketika ditemui KBR di rumahnya.
“Sampai di Polres, sama seorang penyidik saya ditendang. Saya dipaksa memberitahu siapa saja pelakunya. Akhirnya saya kasih tahu, karena saya ditekan,” sambungnya.
Saat itu, ia dipaksa mengaku ikut terlibat pengeroyokan.
Selama dua bulan di Polres Jakarta Timur, Dedi harus menahan sakit dan intimidasi.
Ayahnya, Mugeni bahkan nekad menyambangi Polres untuk meyakinkan polisi bahwa anaknya tak bersalah.
“Saya lalu dipanggil, sampai bapak saya marah-marah. Bapak saya bilang, kalau dia ikut pengeroyokan mending saya yang gebukin. Tetapi dia enggak. Sampai tetangga tahu kalau dia enggak ikut,” sambung Dedi.
Tapi polisi bergeming. Hingga akhirnya pada Desember 2014, Dedi menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Pada April lalu, ia divonis dua tahun penjara dengan sangkaan pengeroyokan.
Tapi Dedi tak terima, ia berkeras tak bersalah.
Pengacara Dedi dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Romy Leo Rinaldo mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Untunglah, hakim tak buta mengadili kasus Dedi. Ia pun dinyatakan tak bersalah dan dibebaskan pada 30 Juli lalu.
“Ada praperadilan iya. Tetapi kita ditolak. Terus perkara dilanjutkan, sampai ke pokok perkara. Pada eksepsi kita keberatan, kemudian putusan PN Jaktim Dedi bersalah. Kemudian kita mengajukan banding dan di sana Dedi tidak bersalah dan harus dibebaskan,” ungkap Leo.
Dalam putusannya, Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menyatakan, penangkapan Dedi tak cukup bukti. Polisi juga disebut memaksa dan mengancam Dedi untuk mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya.
Kini, Dedi menghabiskan hari-harinya bersama keluarga. Ia tinggal bersama keluarga istrinya di Tebet, Jakarta Selatan dan bekerja sebagai sekuriti perumahan.
Trauma. Ia pun memutuskan berhenti menjadi tukang ojek.
“Mungkin untuk ngojek, saya istirahat dulu. Saya akan menggantikan mertua saya saja dulu. Jadi kalau mau ngojek di PGC enggak dulu, karena trauma,” kata Dedi.
Meski begitu, Dedi belum puas. Ia menuntut Kepolisian memulihkan nama baiknya lantaran melakukan salah tangkap.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Dedi Mugeni: Saya Dipaksa Penyidik Mengaku Pelakunya
“Sampai di Polres, sama seorang penyidik saya ditendang. Saya dipaksa memberitahu siapa saja pelakunya. Akhirnya saya kasih tahu, karena saya ditekan.”

Dedi bin Mugeni, korban salah tangkap Polres Jakarta Timur. Foto: Eli Kamilah/KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Vaksinasi untuk Penyintas dan Fenomena Long Covid
Pendidikan untuk Semua
Kabar Baru Jam 8
Kabar Baru Jam 10