KBR, Semarang - Remaja era 1980-1990-an pasti tak asing dengan karya Enny Arrow. Sebut saja Puncak Bukit Kemesraan, Selembut Sutra, atau Noda-Noda Cinta. Judulnya yang agak ‘panas’ dengan sampul depan bergambar perempuan berpakaian minim atau sepasang kekasih berciuman, jadi bacaan yang mustahil terlewat.
Dan karena ukurannya relatif kecil dan tebalnya tak sampai 30 lembar, sangat mudah diselipkan di antara buku pelajaran para remaja kala itu. Cara mendapatkannya pun tak terlampau sulit, lantaran kerap dijajakan di antara tumpukan Teka-Teki Silang (TTS) –yang diedarkan pedagang asongan di bus.
Kalau anda membaca karya-karya Enny Arrow –atau bernama asli Enny Sukaesih Probowidagdo, sebetulnya tak melulu berbau erotisme, tapi ada kalanya komedi. Meski ada pula yang mempertanyakan, pantaskah karya Enny Arrow disebut karya sastra?
Hal ini lah yang hendak didiskusikan Dewan Kesenian Semarang –sejatinya pada 25 Juli lalu. Tapi sial, karena dilarang Kepolisian Jawa Tengah dengan alasan ada masyarakat yang keberatan.
“Kita tidak bisa membayangkan ketika sekarang ini, Enny Arrow itu terbit membabi buta tapi tidak akan ada tempat. Nah ini yang akan kita kupas,” ujar Ketua Dewan Kesenian Semarang, Handry TM kepada KBR di Taman Budaya Raden Saleh.
Gelaran berjudul “Diskusi Sastra Erotika: Bedah Buku Enny Arrow” itu rencananya dilakukan di Suraukami/Kopium Kafe. Terletak di tengah pemukiman penduduk.
Dan karena saban bulan menggelar diskusi tanpa hambatan, maka Handry, menganggap takkan ada penolakan ketika membicarakan Enny Arrow pun tak perlu meminta izin ke polisi. “Selama ini aman-aman saja, apalagi ini karena ranahnya kesenian kadang-kadang jalan gitu saja,” sambungnya.
Hanya saja, 19 Juli –atau lima hari sebelum acara terselenggara, Kepolisian Jawa Tengah mendatangi Suraukami/Kopium Kafe. Tujuan polisi meminta kegiatan ditunda. Kapolda Condro Kirono, mengatakan ada keberatan dari masyarakat sehingga berpotensi muncul kegaduhan.
“Kami mendapat laporan dari masyarakat bahwa akan ada diskusi bedah buku roman. Tapi selama ini belum ada pemberitahuan kepada pihak kepolisian,” kata Kapolda Jawa Tengah, Condro Kirono, saat ditemui KBR di Gedung Borobudur Mapolda Jawa Tengah, Jumat (21/7/2017).
Keberatan itu rupanya datang dari Lurah setempat Nanik Kusrini. Dia ingin pihak panitia menjelaskan isi diskusi untuk menjaga kenyamanan warganya. Sebab, lokasi diskusi persis berdempetan dengan kantornya. “Saya juga agak keberatan untuk diadakan diskusi itu karena saya belum mendalami persis di dalamnya,” tutur Nanik di Kantor Kelurahan Pedalangan Jumat (28/7/2017).
Tapi betulkah diskusi yang digagas Dewan Kesenian Semarang berpotensi menimbulkan kericuhan?
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Purwono Adi Nugroho –pembicara diskusi, mengatakan gelaran ini didasari penelitian Henry Gib yang menyebut pulp fiction atau yang biasa dikenal dengan stensilan, sebenarnya revolusi tersendiri dalam sebuah pergerakan terhadap kritik sastra saat itu.
“Karena erotika sastra ini sebenarnya bukan di pornografi. Kita bukan berbicara kecabulan, tapi berbicara erotika,” terang Purwono ketika ditemui KBR di Taman Budaya Raden Saleh, Selasa (25/7/2017).
Purwono lantas mencontohkan salah satu penulis sastra erotika yang terkenal, Anais Nin –seorang penulis asal Eropa yang menceritakan perkawinan dan kehidupan seksualnya lewat buku harian. Namun, catatan itu bukan novel porno, melainkan bentuk perlawanan terhadap feminisme.
Dia juga bercerita, sastra erotika bukan hanya berisi eksploitasi tubuh, tapi juga interpretasi diri ketika bersama lawan jenis. Selain itu, bagi Purwono, erotika adalah konsep budaya layaknya estetika karena dalam erotika tak hanya mengulas seksualitas namun ada unsur fantasi.
“Apakah Enny Arrow menjadi sastra erotika atau bukan. Nah nanti di situlah diskusinya. Bagi yang belajar dalam studi literatur, erotika yang sebenarnya itu bagaimana? Karena genre erotika itu tidak sembarang. Karena ada yang disebut dengan strategy of silent, jadi artinya bagaimana karya si penulis tidak jatuh kepada kecabulan,” papar Purwono.
Ia pun menegaskan, bahwa diskusi ini hanya mengkaji erotika dalam karya sastra, sehingga masyarakat diharapkan tidak menyamakannya dengan pornografi serta kecabulan.
Tertundanya diskusi Enny Arrow, mengecewakan pecinta sastra di Kota Semarang. Ketua Dewan Kesenian Semarang, Handry TM bahkan menyebut Arswendo Atmowiloto sempat mengontak dan menyampaikan rasa kesalnya.
“Mereka menyayangkan sekali kenapa tidak terwujud? Jadi mereka masih menagih kapan ini terwujud,” kata Handry TM.
Besarnya antusias terhadap diskusi tersebut membuat pihak penyelenggara bertekat mewujudkan hajatan bulannya. “Kami pun membuka peluang, siapa yang mau menggelar diskusi silahkan. Makanya kan ada komunitas-komunitas literasi yang ‘mas ning nggonku wae’ (mas, di tempat saya saja). Silahkan bikin di tempatmu sendiri,” tutup Handry.
Editor: Quinawaty
[SAGA] Enny Arrow, Karya Sastra atau Pornografi?
Sastra erotika bukan hanya berisi eksploitasi tubuh, tapi juga interpretasi diri ketika bersama lawan jenis.

Senin, 31 Jul 2017 15:35 WIB

![[SAGA] Enny Arrow, Karya Sastra atau Pornografi? [SAGA] Enny Arrow, Karya Sastra atau Pornografi?](https://kbr.id/media/?size=730x406&filename=Agenda+diskusi+sastra+erotika+Enny+Arrow+di+Semarang+-+Foto+Dekase.jpg)
Agenda Diskusi Sastra Erotika Enny Arrow. Foto: Dewan Kesenian Semarang.
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Pandemi dan Kesejahteraan Jurnalis dalam Krisis
Kabar Baru Jam 8
Seperti Apa Tren Wisata 2021?
Kabar Baru Jam 10