CERITA

Menguak Kematian Bocah Angeline

Menguak Kematian Bocah Angeline

KBR, Bali - Hamidah, ibu kandung Angeline, terus menangisi kematian anaknya.

Angeline dilaporkan hilang pada 16 Mei lalu oleh kakak angkatnya, Christina dan Ivon. Lewat situs pertemanan Facebook, mereka kemudian memasang sejumlah foto sang bocah.


"Sebagai seorang ibu, saya enggak tega melihat anakku diperlakukan begini. Tidak ada ibu yang tega melihat anak terbaring dengan kondisi begini. Aku mau siapa pun pelakunya harus dihukum gantung. Saya sebagai seorang ibu tidak terima," ungkap Hamidah.


Tiga hari setelahnya, keluarga angkat Angeline melapor ke Polsek Denpasar Timur. Tiga kali kepolisian memeriksa rumah Margareith dan kerap dihalangi pemilik rumah. Bahkan kedatangan Menteri Yudy Chrisnandi dan Yohana Yambise ditolak keluarga.


Dan, Rabu lalu, polisi menemukan jasad Angeline di pekarangan rumah Margareith dengan kondisi pakaian lengkap dan tangan memeluk boneka. Sementara tubuhnya dililit dengan seprai dan tali.



Tak Ada Luka pada Alat Genital


Kepala forensik Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Dudut Rustyadi membeberkan hasilnya.


“Kekerasan tumpul di kepala, benturan itu yang menimbulkan pendarahan di dalam otaknya. Ya kalau dari proses pembusukannya tiga minggu. Ya kalau dikatakan sebulan, rambutnya lepas, ini kan belum. Jadi perkiraan kami, tiga minggu karena itu dipengaruhi lingkungan juga, karena korban dikubur di tempat yang berair,” ucap Dudut.


Hingga saat ini, Kepolisian Denpasar baru menetapkan satu tersangka, yang merupakan pembantu rumah Margareith. Kapolda Bali, Ronny Sompie menduga, bocah malang itu dibunuh untuk menutupi kejahatan pemerkosaan si pelaku.


“Sudah memeriksa tujuh orang, bahwa posisi mereka sangat dekat hubungannya dengan Angeline. Karena ada hubungan keluarga, ibu angkat, kakaknya, pembantu rumah tangga, satpam, dan dua orang yang kos. Kita mengerucut pada satu tersangka, yaitu AG sebagai pembantu yang baru sebulan bekerja,” kata Ronny.


Hanya saja, sangkaan adanya pemerkosaan itu disangkal hasil forensik. Kembali Dudut Rustyadi.


“Untuk persetubuhan itu yang dicari tanda pastinya sperma, yang lain luka-luka. Untuk penentuan sperma pada kondisi mayat yang membusuk tidak bisa ditentukan. Ya kalau di sekitar alat genital, tak ada luka. Di kepala yang banyak luka, di punggung, di bokong, di kedua kakinya. Leher juga ada jeratan,” ucap Dudut.



Margareith Pelaku?


Kini telunjuk mengarah pada ibu angkat Angeline, Margareith Mewage. Perempuan yang mengadopsi bocah delapan tahun itu sejak usia tiga hari, kerap menyiksa siswa kelas II SDN 12 Sanur tersebut.


Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait bahkan bercerita, ketika akhir Mei lalu mengunjungi rumah itu, sangat tidak layak huni; kotor, aca-acakan, bau kotoran hewan ayam dan anjing. Ini karena Margareith memelihara puluhan anjing dan ayam.


“Sepengetahuan Komnas PA ketika melakukan investigasi awal, orangnya temperamental, tertutup, bahkan ibunya orang yang mendidik anak itu dengan kekerasan,” tutur Arist.


Sementara, Kepala Sekolah Angeline, I Ketut Ruta bercerita, beberapa kali melihat tubuh Angeline penuh dengan tanah saat datang ke sekolah. Sampai-sampai, salah satu guru memandikan Angeline.


“Memang saya sangat merasa kehilangan terhadap anak didik, karena kami di sekolah sangat peduli. Kami sangat merasa kehilangan sekali dan tidak bisa kami utarakan dengan kata-kata dengan menemukan anak didik kami dengan kondisi yang tidak sewajarnya,” tutupnya.


Kematian Angeline, menggugah hati masyarakat Indonesia. Sebuah gerakan bernama 1000 Lilin untuk  Anak Indonesia digelar di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.





Editor: Quinawaty Pasaribu

  • kasus angeline
  • Bali
  • Margareith Mewage
  • Hamidah
  • kejahatan anak
  • Ronny Sompie

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!