KBR, Jakarta - Lima tahanan politik Papua telah dibebaskan pada 9 Mei lalu. Kelimanya merupakan pelaku pembobolan senjata Kodim Wamena pada April 2013.
Mereka yang menerima grasi atau pengampunan itu adalah Apotnalogolik Lokobal yang dihukum 20 tahun penjara, Numbungga Telenggen serta Jefrai Murib yang divonis seumur hidup, juga Kimanus Wenda dan Linus Hiluka yang dibui 19 tahun penjara.
Tapi rupanya, dibalik pembebasan tahanan politik itu, ada bau tak sedap, rekayasa! Tokoh Papua, Benny Giay bercerita, jauh hari sebelum Presiden Jokowi memberikan grasi, ada satu staf dari Kepresidenan di bawah pimpinan Luhut Panjaitan mendatangi Lapas Abepura. Ia adalah Judith Dipodiputro.
“Langkah Presiden Jokowi untuk membebaskan para tapol ini sendiri menambah masalah. Karena presiden rupanya punya agenda tersendiri dengan pembebasan tapol itu. Para tapol ini berpikir ini amnesty tapi ada pihak lain yang menyiapkan surat permohonan tanpa ada penjelasan kepada mereka. Jadi saat mereka keluar, ada yang tidak bisa baca tulis para tapol ini. Jadi mereka hanya sidik jari dan keluar, dan saat keluar ada yang menyesal. Nah ini tidak benar,” ucap Benny kepada KBR.
Benny juga bercerita, Judith memaksa para tapol termasuk Filep Jacob Samuel Karma menandatangi surat permintaan grasi.
“Jadi mereka seperti dipaksa dan ditekan untuk membuat surat grasi supaya presiden ada sesuatu. Kalau tanggal 5 Mei saya ada di dalam penjara. Dan dia, ibu Judith sedang paksa terima saja, buat surat grasi. Nanti kamu keluar akan baik. Saya juga dengar ada tawar jabatan. Saya kasih tahu Filep karena kuasai pembicaraan,” ungkapnya.
Bahkan kata Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Tanah Papua ini, suasana Jayapura jelang kedatangan Presiden Jokowi, begitu mencekam. Polisi dan tentara berjaga di tiap sudut Kota Jayapura.
90 Tapol Masih Mendekam di Bui
Salah satu tahanan politik Papua, Linus Hiluka mengamini pernyataan tokoh Papua itu. Hanya saja, ia menilai, grasi yang ia dan empat tapol lainnya terima berbeda.
"Kalau teman-teman yang lain memiliki pemikirian grasi itu sebagai permohonan ampunan itu boleh-boleh saja. Tapi grasi yang kami terima kemarin itu beda. Proses grasi biasanya diawali dengan permohonan yang kami ajukan. Tapi ini diberikan tanpa permintaan, tapi mereka yang memberikan. Jadi saya pikir ini luar biasa. Saya menghargai karena ini merupakan pemberian cuma-cuma," ucap Linus Hiluka kepada KBR lewat sambungan telepon.
Meski kini telah menghirup udara bebas, toh ia tak leluasa bergerak. Laki-laki 44 tahun itu mengaku kerap dikuntit aparat keamanan tak berseragam. Ia khawatir sewaktu-waktu bakal kembali dicokok dan dijebloskan ke penjara.
Ia juga bercerita, saat ini masih ada 90 tahanan politik, di mana 75 berada di penjara Papua, dan 15 orang lagi di Maluku.
Menanggapi tudingan rekayasa itu, Staf Khusus Sekretaris Kabinet Jaleswari Pramodhawardani ogah berkomentar. Pesan singkat atau telepon KBR tak kunjung berbalas.
Ketika grasi diberikan kepada lima tahanan politik Papua, ia justru mengatakan, pembebasan para tapol itu sudah dipikirkan masak-masak Presien Jokowi.
"Bapak Jokowi juga bilang grasi ini baru langkah awal. Beliau menginginkan membebaskan semua tahanan politik yang bukan hanya berada di Papua saja. Tapi ini juga butuh waktu. Kebetulan mengapa grasi dan hanya lima orang? Ini tentu menyangkut masalah waktu. Namun pada prosesnya Pak Jokowi juga mengatakan ada proses amnesty yang itu bakal meminta pertimbangan DPR. Tahapan-tahapan ini harus dilihat tidak hanya dalam waktu semalam. Ada persoalan yang bisa diselesaikan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang," jelas Jaleswari.
Pesimistis Terhadap Jokowi
Meski pemberian grasi itu diapresiasi banyak kalangan, tapi bagi Tokoh Papua, Benny Giay hal itu tak berpengaruh apa pun. Justru rakyat Papua kian pesimistis terhadap Jokowi.
“Orang Papua itu tidak akan keluar, tidak akan lebih senang tinggal di penjara karena di luar sama saja. Kekerasan terus terjadi setiap hari. Jadi orang Papua bilang, keluar penjara kecil, masuk penjara besar. Kalau dengan Aceh, pemerintah bisa berdialog, kenapa dengan Papua tidak? Kemarin tambah parah, Jokowi bilang lupakan masa lalu. Wah ini tambah bikin kabur. Jadi kita pikir, ini presiden yang harus kami percaya atau….kami harus berdoa untuk presiden lain kah?” ucap Benny Giay.
Sementara itu, aktivis kemerdekaan Papua Filep Jacob Samuel Karma punya pesan untuk Presiden Jokowi. Aktivis perempuan asal Papua, Rika Korain ketika mengunjungi Filep menceritakan pertemuan itu.
“Kalau negara betul-betul menghargai upaya dia yang dinyatakan makar sebagai upaya pengungkapan pendapat, mesktinya dari awal 11 tahun lalu. Ketika dia ditahan dia dibebaskan. Tapi dia sudah menjalani sebagian besar masa hukuman dan tinggal empat tahun lagi. Kedua, dia juga minta upaya negara untuk membebaskan mereka harus disertai dengan perbaiki situasi di papua. Itu satu paket,” tutupnya.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Benny Giay: Para Tapol Ini Dipaksa Buat Surat Grasi
"Para tapol ini berpikir ini amnesty tapi ada pihak lain yang menyiapkan surat permohonan tanpa ada penjelasan kepada mereka. Jadi saat mereka keluar, ada yang tidak bisa baca tulis para tapol ini."

Filep Karma (kiri) bersama Benny Giay (kanan) di Lapas Abepura, Jayapura. (Foto: KBR)
Berita Terkait
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Pandemi dan Dampak Pada Kesehatan Mental Siswa
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Menanti Perhatian pada Kesehatan Mental Pelajar
Kabar Baru Jam 10