Indonesia Peringkat Empat Dunia
“Bagaimana pendapat mas Aldi soal kebisingan di jalan sekarang-sekarang ini mas ? ya gimana ya, berisik banget sih. Kesel malah kadang-kadang. Apalagi sama suara bajaj, udah berisik, asepnya banyak. Motor-motor yang knalpotnya udah ga standar juga tuh suaranya berisik banget. Apa yang mas lakuin kalo udah ada ditengah-tengah kondisi kaya gitu ? ya mau gimana lagi, pasrah aja. Kalau mas Faisal gimana ? ya sama aja, berisik banget, bikin pusing. Trus apa yang dilakuin ? kalo sempet dan lagi berisik banget ya tutup kuping aja.”
Itu tadi pendapat tiga warga Jakarta tentang suara yang sangat bising dan upaya pencegahan yang mereka lakukan. Persoalan ini sebenarnya telah menjadi perhatian Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) yang dibentuk Departemen Kesehatan.
Lembaga yang berdiri empat tahun silam ini diberi mandat mengatasi tingginya angka gangguan pendengaran dan tuli di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Ketua Komnas PGPKT, Damayanti Soetjipto menuturkan,“WHO menyebutkan bahwa penduduk dunia yang terkena gangguan pendengaran itu 360 juta yah, gradasinya sedang dan berat. Itu 50 persennya ada di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pernah data-datanya dikumpulkan Indonesia itu nomor 4 setelah Myanmar, Bangladesh dan India. Kita juga punya survei nasional itu cukup tinggi angka-angkanya.”
Data ini dilansir organisasi kesehatan dunia, WHO pada 2012 lalu. Lantas seperti apa hasil penelitian komisi itu? Kembali Damayanti menjelaskan, “Banyak tempat publik yang tidak aman. Itu sebetulnya yang harus melindungi pemerintah jadi kita memberi masukan ke Kementerian Kesehatan. Kita sudah mengukur di 16 kota besar. Jangan kira di Sorong itu tinggi 96 decible, di Banjarmasin itu apa lagi. Kalau pemerintah tidak turun tangan, itu sebenernya mereka itu hanya tinggal volumenya dikurangi saja.”
Komnas PGPKT mengaku telah melakukan berbagai program pencegahan dampak buruk suara bising. “Kegiatan sehari-hari kita adalah memberikan awarnes kepada masyarakat luas terutama pada yang populasi beresiko tinggi. Para pemusik kemudian anak-anak yang sering pakai Ipod, kemudian pekerja-pekerja yang ga mau pakai alat pelindung telinga,” paparnya.
Termasuk pengobatan gratis. “Memberikan bakti sosial untuk membersihkan kotoran telinga pada anak-anak SD, karena kotoran telinga anak SD itu besar sekali bisa mencapai 50 persen. Setelah dibersihkan mereka bisa mendengar lebih baik dan jadinya lebih cerdas dan gak minder lagi. Sekarang kita prioritaskan SMK, karena mereka bengkel tempat latihannya itu bisa mencapai 100 decible, itukan bahaya yah, jadi mereka harus pake ear mup. Kalau 100 decible itu Cuma bole 15 menit. Sedangkan mereka bisa sampai 4 jam lebih tanpa penutup telinga. Itu bisa tuli, kasian kan jadi nyari kerja juga susah.”
Kotoran yang ada dalam telinga salah satu penyebab tuli.
Menjaga Telinga Hati dari Tuli (bagian 3)
Lembaga yang berdiri empat tahun silam ini diberi mandat mengatasi tingginya angka gangguan pendengaran dan tuli di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia

Selasa, 04 Jun 2013 15:43 WIB


Telinga Hati, Tuli, Jakarta, Atieq SS Listyowati, Bising
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Pandemi dan Kesejahteraan Jurnalis dalam Krisis
Kabar Baru Jam 8
Seperti Apa Tren Wisata 2021?
Kabar Baru Jam 10