SAGA

Jejak Peretas di Dunia Maya (Bagian 3)

Jejak Peretas di Dunia Maya (Bagian 3)

Etika Peretas

Sore itu Angga mengajak KBR68H, menuju ruang kerjanya di lantai tiga di Bilangan, Kalibata, Jakarta Selatan.  Angga adalah seorang hacker atau peretas. Dia belajar soal peretasan situs secara otodidak, sejak awal tahun 2000an lalu. Lelaki 20 tahunan  ini juga menyambi menjadi moderator  di komunitas peretas, “Indonesian Hacker Team”.

“Saya ngebangun Indonesian Hacker itu tahun 2007. Sampai sekarang masih. Tahun 2010 sempat off. Sampai tahun 2011. 2012 awal saya aktifin lagi. Yang buat kita ada tim. Kalau ide itu ada teman saya yang di Aceh dan di Jakarta. Kita sharing, kumpul-kumpul biar bisa belajar sama-sama,” ungkapnya.

Anggota di komunitas itu diklaim mencapai 200 ribuan peretas  dengan anggota aktif mencapai dua ribuan. Sebagai seorang moderator di komunitas tersebut, dia bertugas untuk mengatur anggotanya. Selain itu dia juga menjadi guru bagi anggota peretas pemula.

Saat ini Angga bekerja di salah satu perusahaan jasa internet. Uniknya, dia bekerja di perusahaan yang pernah ia retas situs internetnya.   “Saya dapat sih satu server di kantor ini. Kemudian saya coba-coba lalu dapat akses servernya. Lalu saya scan dan dapat yang lain. Sehabis itu saya bagikan, tapi tidak ke umum. Saya bagikan dan informasikan ke kantor yang bersangkutan bahwa ada kelemahan di jaringan. Saya dapatkan database dan servernya. KBR68H: “Kalau misalkan Anda jahat, lalu apa yang terjadi dengan data-data itu?” “Kalau saya jahat, itu bisa dicolong datanya. Ada kartu kredit bisa saya gunakan untuk belanja. Kemudian ada payment buat belanja juga. Lalu databasenya juga bisa saya jual.”

Sebagai seorang peretas Angga mengaku  punya prinsip dan etika kerja. Dia lebih memilih untuk menginformasikan kepada si pemilik situs jika sudah berhasil meretas, bukan menyalahgunakan data-data yang berhasil diretas.  Menurutnya, ini adalah tugas peretas sesungguhnya. “Sebenarnya dia gak ingin ketahuan. Rata-rata gak mau dia diketahui. Tapi ada juga yang mereka sengaja mencari celah untuk dikasih tau. Kalau saya sih cari kelemahan kemudian saya coba kasih tau mereka, di sini loh kelemahannya.”

Menurut Angga, apa yang dia lakukan sebagai pembuktian bahwa aktivitas meretas tidak selamanya buruk dan bisa dijadikan pekerjaan yang halal.  Hal yang sama juga dilakukan Virgi. Dia adalah pasangan Angga dalam mengelola komunitas “Indonesian Hacker Team.”

Berkat kemampuannya itu, dia membuka jasa pembuatan laman internet.“Kalau aku lebih spesifik ke wirausaha. Aku sudah wirausaha dari kelas 3 SMK. Jadi buat web. Dapat klien pertama kali dari Arkansas Amerika Serikat. Kan ada website agen yang ngadain tender. Saya ikut itu. Lama-lama ya terus. Udah keenakan kerja di situ, bebas, gak ada yang nyuruh-nyuruh. Cuma ya lama-lama saya mikir, ternyata title itu perlu juga. Masalahnya harga pasti tinggi karena ada title,” jelas Virgi.

Titel yang dimaksud adalah gelar sarjana. Dan sekali lagi, berkat aktivitas meretasnya Virgi bisa meneruskan kuliahnya secara gratis. Virgi juga dipercaya mengelola jaringan internet kampusnya di Jakarta. Virgi menegaskan apa yang dilakukan bersama Angga, bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap hacker atau peretas yang selalu diidentikan dengan aktivitas yang merusak.

Angga dan Virgi berharap, para peretas, baik anggota komunitas maupun bukan, bisa mengikuti jejak positif mereka. 

Angga: “Ya itulah hasil karya kita. Kita bisa, kita dihargain, kita dibayar. Begitu cara cari uang. Gak Cuma ambil data terus dipake. Itu kan jatuhnya sudah kriminal.”

Virgi: “Dia tandanya sudah bisa  menyerang, bertahan, mengembangkan skrip dan jaringan, menciptakan teknologi baru. Itu namanya hacker sejati. Dia eksis.”

Angga: “Yang penting kita bisa menempatkan dirinya. Jangan sok-sokan bisa. Soalnya ada yang lebih kemampuannya dari apa yang kita punya.”

Virgi: “Makanya kalau orang-orang lama, rata-rata gak mau dibilang hacker. Kalau orang baru, justru malah senang. Padahal mereka bukan hacker karena masih baru kenal.”

Editor: Taufik Wijaya

  • peretas
  • hacker
  • Angga
  • Jakarta
  • internet

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!