KBR, Solo - Miko, bukan nama sebenarnya, sedang bermain balok susun. Saya mencoba menyambanginya. Tapi bocah itu diam saja. Saya lalu bertanya, apa yang sedang kamu mainkan? Tapi ketika seorang fotografer mendekat lengkap dengan lensa tele, Miko berlari. Masuk ke dalam ruangan dengan wajah ketakutan.
Seorang guru menghampiri kami dan akhirnya melarang para jurnalis mendekat, pun mengambil gambar mereka. Trauma, begitu kata sang guru.
“Mohon pengertiannya teman-teman wartawan. Anak-anak masih trauma. Jadi, kemarin ada wartawan yang ke sini meliput sambil membawa kamera yang lensanya agak panjang, anak-anak masih takut. Dikira senjata, masih trauma dengan penggerebekan. Mereka ada yang pulang dan masuk kolong tempat tidur kan kasihan. Jadi mohon kalau meliput di lokasi ini, jangan terlalu dekat, takut kalau trauma lagi,” ungkap Juru Bicara PAUD Amanah Ummah, Wahyudi.
Penggerebekan yang disebut itu, adalah penangkapan Siyono, warga Dusun Brengkungan, Klaten, yang dituding teroris pada Rabu, 9 Maret lalu oleh Densus 88.
Kala itu, hari masih sore. Siyono dan ayahnya baru saja menuntaskan shalat. Begitu beranjak keluar masjid, Siyono yang sudah ditunggui anggota Densus, langsung diboyong ke dalam mobil.
Keesokannya, rumah Siyono yang juga menjadi PAUD Amanah Ummah, digeledah Densus. Jumatnya, Siyono dikabarkan mati.
Penggerebekan dan penggeledahan secara serampangan itu, menurut salah satu orangtua siswa, Agus Sunaryo, meninggalkan trauma. Anaknya, selama sepekan merasa ketakutan.
“Awalnya anak saya itu kalau lihat banyak orang itu takut, karena pas penggerebekan itu kan banyak orang bawa senjata. Dia takut. Setiap malam kalau tidur tak nyenyak, sering mengigau. Anak saya sering teriak Abi, polisi bawa tembak (senjata). Kata tembaknya itu yang selalu dia ingat terus sambil gemetar. Teman anak saya juga begitu, malah ada yang pulang ke rumah langsung tengkurap terus lari-lari sendiri.”
Juru bicara yayasan sekolah itu, Wahyudi, tak pernah menyangka sekolah sederhana itu bakal digerebek Densus. Ia bercerita, sebelum akhirnya menggunakan rumah Siyono, PAUD Amanah Ummah kerap berpindah lokasi. Tapi akhirnya, mereka memutuskan untuk menetap di rumah kepala sekolah yang juga istri Siyono, Suratmi.
“Ini TK Amanah Ummah, sudah berizin dari Kementerian Agama sejak tahun 2005, kenapa kemarin Tk ini menggunakan rumah ibu kepala sekolah, karena awalnya kita memang menggunakan masjid untuk dipakai sekolah, kemudian kita mengontrak rumah di sekitar sini, milik tetangga, ruangannya kurang memenuhi atau tidak cukup untuk ruang kelas dan mau dijual, sehingga dipindah ke rumah Kepala sekolah untuk sementara ternyata di situ terjadi penggerebekan polisi."
Trauma yang dialami bocah-bocah itu membuat sejumlah relawan hingga pendongeng, turun tangan; mengusahakan pemulihan psikis mereka. Pemerhati anak, Seto Mulyadi pun datang ke sana.
“Kita harus kritisi tindakan polisi ini, di manapun juga. Ya apakah demi keamanan negara, saya kira penting untuk melakukan itu. Saya mohon untuk aparat keamanan untuk melihat secara serius kondisi setiap anak. Apakah itu terduga teroris kasus terorisme, terduga koruptor dalam kasus korupsi atau kasus kriminal lainnya anak-anak harus dipisahkan," ucap Seto Mulyadi.
Kini, pihak Yayasan sekolah memilih meliburkan para siswa selama proses pemulihan. Sementara itu, ia tengah memikirkan untuk pindah lokasi sekolah demi menghindari kejadian serupa.
Sementara Agus Sunaryo, ayah Miko menceritakan bagaimana insiden itu masih membayangi anaknya. “Anak saya sempat tidak mau sekolah. Sekitar satu minggu down. Setiap saya mengantar ke sekolah, saya putar-putar dulu, keliling desa sini jalan-jalan. Saya juga terus tunggu di sekolah sampai selesai. Kalau ada patroli polisi berseragam atau bawa senjata, saya cari jalur jalan lain. Saya hindari dulu, anak saya masih takut.”
Editor: Quinawaty Pasaribu
Sekolahku Digerebek Densus 88
“Anak saya sempat tidak mau sekolah. Sekitar satu minggu down. Setiap saya mengantar ke sekolah, saya putar-putar dulu, keliling desa sini jalan-jalan."

Sabtu, 07 Mei 2016 13:00 WIB


PAUD Amanah Ummah, sekolah yang sempat digerebek Densus 88. Foto: Yudha Satriawan/KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Terus Menginspirasi
Peran Wadah UMKM di Masa Pandemi
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Sampah Sungai Bekasi Ditangani Perahu Pembersih dari Jerman