KBR, Lampung - Suasana haru menyelimuti malam di tengah Lapangan Merdeka Sribawono. Puluhan lilin dinyalakan. Sebuah foto bocah, diletakkan di tengahnya. Dan, sejumlah orang berebut menabur bunga persis di depan foto itu.
Ini adalah aksi solidaritas untuk seorang anak berusia 10 tahun yang menjadi korban kejahatan seksual di Kabupaten Lampung Timur. Seorang ibu yang menyaksikan jalannya aksi ini ikut menabur bunga. Ia tampak memegang erat anaknya yang seusia dengan korban.
Ayah korban, Muhidin mengenangnya sebagai anak yang penurut, mudah bergaul, dan cerdas. Malah kata dia, anaknya itu kerap membantu sang guru.
"Alhamdulillah nilainya selalu tinggi, dia peringkat ke tiga di kelas jadi juara kelas. Bahkan sering membantu pekerjaan guru. Dia cerdas," kenang Muhidin. Karena itulah, ia tak pernah mengira, peristiwa keji itu bakal menimpa sang anak. "Tidak ada firasat atau mimpi apapun, ibu juga begitu mungkin sudah tenang dialamnya sana."
Kasus yang menimpa bocah di Kabupaten Lampung Timur, terjadi pada 17 April lalu. Berawal ketika orangtua korban melaporkan anaknya yang hilang ke Polsek Way Jepara.
Pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Lampung, Andi Lian yang juga turut mengadvokasi kasus itu mengatakan, kecurigaan orangtua korban muncul ketika sang anak tak kunjung pulang.
"Sampai sore anaknya tidak pulang, lalu lapor polisi dan berpapasan dengan warga yang melihat mayat tersebut," kata Andi.
Selang tiga hari, seorang pemilik kebun karet melaporkan temuan mayat di gubuknya ke polsek yang sama. Kala itu, si pemilik kebun hendak menengok lahannya yang lama terbengkalai. Di sana, ia menemukan mayat bocah perempuan mengenakan baju seragam sekolah.
Mulanya polisi tak tahu identitas korban. Barulah ketika ada laporan kehilangan anak, dicocokkan. Identitas mayat itu cocok dengan korban. Hasil autopsi menyebut, di kelamin korban terdapat luka. Kembali Andi Lian. "Hasil visum menyatakan hasilnya rusak berat."
Dari keterangan saksi, sang ayah, Muhidin, mengatakan pelaku mengiming-imingi es krim pada anaknya. Untuk bocah seperti anaknya yang tak pernah bisa menikmati es krim, tentu tak akan menolak pemberian pelaku.
"Kalau anak saya tidak pernah makan es krim yang mahal. Mungkin anak saya penasaran dan ingin merasakan bagaimana rasanya es krim mahalan itu," ungkap Muhidin.
Berhasil dibujuk, pelaku lantas mengajak sang anak ke suatu tempat. Sial karena hingga kini, pelakunya belum juga ditangkap. Lambannya penyelidikan kasus ini, membuat geram para aktivis. "Yang jelas kasus ini berjalan dan penyidik sudah dilimpahkan ke Polres Lampung Timur namun belum menetapkan satu orang tersangka pun," tukas Edi Arsyadad, penggagas aksi solidaritas.
Namun hal itu disanggah Kapolres Lampung Timur, Juni Duarsah. Kata dia, pihaknya kesulitan karena hanya ada satu saksi Itu pun, masih di bawah umur. "Saksi kunci hanya satu itu yang tahu saat si korban dijemput oleh dua orang yang kita curigai ini."
Harapan Muhidin, ayah korban, hanya satu; Polisi serius menangkap pembunuh buah hatinya. "Sebagai orangtua korban, supaya aparat kepolisian bertindak tegas. Cepatlah dicari pelakunya harus dihukum seadilnya dan seberatnya. Kalau bisa hukuman mati buat pelaku, harus adil betul," harap Muhidin.
Editor: Quinawaty Pasaribu
[SAGA] Kejahatan Seksual Anak di Lampung, Ayah Korban: Hukum Mati Pelaku!
Sang ayah, Muhidin mengatakan, pelaku mengiming-imingi es krim pada anaknya. Untuk bocah seperti anaknya yang tak pernah bisa menikmati es krim, tentu tak akan menolak pemberian pelaku.

Sabtu, 28 Mei 2016 15:32 WIB

![[SAGA] Kejahatan Seksual Anak di Lampung, Ayah Korban: Hukum Mati Pelaku! [SAGA] Kejahatan Seksual Anak di Lampung, Ayah Korban: Hukum Mati Pelaku!](https://kbr.id/media/?size=730x406&filename=Lampung%2BKorban+Perkosaan+Anak%2BEni+Muslihah.jpg)
Aksi solidaritas nyala lilin untuk korban pemerkosaan anak di Lampung Timur. Foto: Eni Muslihah.
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Pandemi dan Dampak Pada Kesehatan Mental Siswa
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Menanti Perhatian pada Kesehatan Mental Pelajar
Kabar Baru Jam 10