BERITA

Kurangi Sampah Plastik, Kantin Sekolah di AS Akan Gunakan Piring Kompos

"Nampan makan siang plastik biasanya hanya berakhir di tempat sampah. "

Kurangi Sampah Plastik, Kantin Sekolah di AS Akan Gunakan Piring Kompos
Ilustrasi Tumpukan Sampah plastik. Foto: Antara

KBR - Gabungan Dewan Sekolah di Amerika Serikat berkomitmen untuk menyediakan piring yang mudah terurai menjadi kompos untuk mengurangi limbah di kafetaria sekolah. 

Berkat keputusan yang dibuat minggu ini oleh Urban School Food Alliance itu maka nampan makan siang plastik yang biasanya berakhir di tempat sampah kantin sekolah akan berkurang jumlahnya hingga 225 juta.

Mark Izeman dari Dewan Pertahanan Sumber Daya Nasional mengatakan, "Pergeseran dari nampan polystyrene ke piring kompos akan memungkinkan kota-kota secara drastis memangkas limbah yang menuju tempat pembuangan sampah, mengurangi polusi plastik di masyarakat dan lautan kita, dan menghasilkan kompos berharga yang dapat digunakan kembali pada peternakan."


Alasan mengapa keputusan ini datang tidak lebih awal, adalah karena harga nampan plastik lebih murah dibandingkan piring kompos itu. 

Harga satu nampan plastik 4 sen atau sekira 525 rupiah sementara harga sebuah piring yang mudah terurai itu mencapai 12 sen atau sekira 1.575 rupiah. 

Hingga suatu waktu, aliansi sekolah di sana memilih untuk menanggulangi masalah tersebut. Mereka secara kolektif mengupayakan piring yang bisa menjadi pupuk itu dengan harga mendekati 5 sen atau sekira 650 rupiah. 

Piring itu diproduksi di Maine dengan bahan yang dibuat dari 100 persen koran bekas. Langkah ke depan dari aliansi sekolah ini adalah untuk kemudian memperkenalkan alat makan pengganti sendok dan garpu plastik seperti yang saat ini digunakan oleh siswa. (Treehugger) 

Editor: Agus Luqman 

  • kompos
  • Piring
  • Biodegradable
  • Plastik
  • Limbah
  • Sekolah
  • Kantin

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!