SAGA

2014-05-13T15:58:00.000Z

Menjaga Nyala Api Marsinah

"Salah satu tujuan gerakan ini mengangkat kembali kasus pembunuhan Marsinah dan sejumlah pelanggaran HAM yang belum tuntas. Marsinah adalah aktivis buruh yang ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari."

Sejumlah buruh yang tergabung dalam Solidaritas Aksi Masyarakat untuk Rakyat Indonesia (Samurai), be
Sejumlah buruh yang tergabung dalam Solidaritas Aksi Masyarakat untuk Rakyat Indonesia (Samurai), berunjukrasa mengenang 21 tahun kasus pembunuhan Marsinah. (Antara)

KBR, Jakarta - Delapan Mei lalu tepat  21 tahun kematian Marsinah. Buruh pabrik arloji tersebut tewas dibunuh. Hingga kini masih gelap siapa dalang pembunuhnya.  Sejumlah aktivis berupaya mengingatkan kembali kasus ini, Mereka tergabung dalam gerakan Obor Marsinah.

Pekik pemacu semangat, memecah kesunyian senja itu.  Mereke meneriakan yel-yel:  “Obor Marsinah.... nyalakan... obor Marsinah....nyalakan, suara rakyat... nyaringkan.”Puluhan orang yang terdiri dari aktivis buruh, perempuan, HAM, dan mahasiswa  berkumpul   di Kawasan Berikat Nasional Cakung Jakarta Timur.


Mereka tergabung dalam  gerakan Obor Marsinah.  Para peserta menggunakan baju bergambar Marsinah dengan berbagai macam warna. Dua puluh satu  orang berdiri di bagian depan barisan. Tangan mereka memegang obor bambu yang belum menyala. Dengan pengeras suara Vivi Widyawati salah seorang panitia memandu peserta  bersiap konvoi  di puluhan kota di Pulau Jawa. “Teman-teman semua tibalah kita pada keberangkatan yang telah kita siapkan 2 bulan kerja keras berkerja sama dengan  sejumlah pihak, akhirnya kita sambut dengan gembira, kita akan mulai perjalanan itu selama 10 hari melewati 20 kota, saya mengajak teman-teman tepuk tangan untuk kerja keras kita,” katanya dengan lantang.


Salah satu tujuan gerakan ini mengangkat kembali kasus pembunuhan Marsinah dan sejumlah pelanggaran HAM yang belum tuntas. Marsinah adalah  aktivis buruh yang ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong, Desa Wilangan, Jawa Timur  dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Marsinah pada saat itu memperjuangan nasib buruh dengan berunjuk rasa. Pada saat itu mereka meminta perusahaan menaikan upah dari Rp 1700 menjadi Rp  2250  sesuai dengan dengan surat imbauan gubernur terkait dengan kenaikan gaji 20%.


Dalam proses hukum Marsinah, Pengadilan sempat memvonis 8 orang direksi dan manajemen PT Catur Putra Surya, namun Mahkamah Agung membebaskan seluruhnya karena tak terbukti. Salah satu penggagas Obor Marsinah Dian Septi menuturkan,”Jadi karena itulah maka kita membangun obor Marsinah konvoi dari Jakarta sampai Surabaya, dan titik yang kita lalui bukan tanpa maksud, kita singgah di Sragen, Solo, hingga Surabaya , karena utamanya di titik itu terjadi pelanggaran HAM, kita tahu di Solo ada Widji Thukul di Sragen ada Suyat.”


Selain itu konvoi ini juga bertujuan menampung aspirasi  rakyat di setiap daerah yang mereka lewati. Selanjutnya mereka sampaikan kepada pemerintah.  “Dan kami mau mendeklarasikan kotak suara rakyat, jadi kotak ini penting sebagai bentuk terobosan sebagai alternatif ini suara rakyat tidak hanya momentum 5 tahunan tetapi bagaimana mereka bisa nyaring,” tambahnya. Petang merambat malam.  Para peserta mulai menyalakan 21 obor. Suluh itu sebagai simbol tahun kematian Marsinah yang  masih misterius.


Perempuan 35 tahun ini  berharap semangat Marsinah  memperjuangkan nasib buruh  menginspirasi buruh saat ini.  “Marsinah tetapi hidup di sanubari kita, telah ada berlipat ganda Marsinah-marsinah yang akan meneruskan perjuangan, sekarang pemerintah ini belum berupaya mesejahterakan buruh,” tegasnya.


Buruh lainnya Cholili berharap kasus Marsinah bisa diusut kembali dan pelakunya bisa diseret ke pengadilan “Kita berharap pembunuh Marsinah dapat terbongkar siapa pelaku, pemerintah  bisa mengungkap dan kita tahu siapa pelakunya,” ujarnya.  Kembali ke penggagas Obor Marsinah Dian. Ia menilai sosok Marsinah adalah simbol perjuangan.  “Jadi Marsinah itu dari sisi buruh mencerminkan tuntutan upah dari sisi rakyat biasa dia mencerminkan rakyat yang sedang menuntut haknya dari sisi perempuan dia menceminkan korban kekerasan seksual, dari segi HAM dia mencermin kan pelanggaran ham, dari sisi demokrasi dia mencerminkan buruh yang ingin berorganisasi tetapi dihambat,” ungkapnya.


Gerakan Obor Marsinah mengusulkan kepada pemerintah agar Marsinah didapuk sebagai Pahlawan Rakyat. Kordinator Komite Obor
Marsinah Semarang Zainal Arifin berharap,  "Bahwa Marsinah bisa diusulkan  sebagai pahlawan nasional , jadi Pahlawan Rakyat. Ketika kita melihat 21 tahun yang lalu Marsinah berjuang sedemikian rupa sampai dengan nyawanya dikorbankan, tentunya kita hanya berharap bahwa itu adalah sebuah motivasi bagi kita semuanya. Dan berharap kasus pelanggaran hak asasi manusia yang dialami Marsinah dituntaskan.”


Editor: Taufik Wijaya

  • marsinah
  • buruh
  • obor marsinah
  • upah
  • Toleransi
  • Perempuan
  • petatoleransi_10Jawa Timur_merah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!