SAGA

Pengidap Psoriasis Masih Dicap Buruk

"Psoriasis adalah penyakit radang kulit kronis. Biasanya ditandai dengan menebalnya kulit disertai bercak-bercak merah. Di Indonesia, saat ini jumlah pengidapnya bisa mencapai sekitar 5 persen atau 10 juta jiwa. Namun yang terdata, masih sedikit, sekitar "

Pengidap Psoriasis Masih Dicap Buruk
penyakit, kulit, psoriasis, stigma, KPPI

KBR68H - Belum banyak orang tahu tentang Psoriasis. Penyakit ini biasanya ditandai dengan menebalnya kulit disertai bercak-bercak merah. Ketidaktahuan masyarakat awam membuat penderitanya dijauhi. Label buruk kerap diterima para pengidapnya.  KBR68H menemui penderita Psoriasis. Menyimak perjuangan mereka melawan stigma masyarakat  

Pemuda tinggi besar ini namanya Rio Suwandi. Lelaki 27 tahun tersebut didiagnosa menderita psoriasis sejak 10 tahun lalu.  “Orang psoriasis yang penyakit kulit ini bilangnya bahwa; 1. Ini penyakit kutukan. 2; Entah ada kesalahan dari orang tua atau kesalahan diri sendiri yang mungkin di masa lampau pernah terjadi, terus ada yang bilang juga penyakit ini kiriman dari orang lah atau dibuat-buat orang lah. Pada kenyataannya stigma-stigma itu tidak benar,” katanya. 

Stigma atau label buruk itu muncul karena masih banyak orang yang tidak tahu tentang penyakit ini. 

KBR68H: Mas/mba pernah dengar psoriasis?
Narsum: Tidak, tidak tahu, baru dengar..
KBR68H: Kalau penyakit kulit tahunya apa saja?
Narsum: Panu, herpes, alergi..(fade under)

Psoriasis adalah penyakit radang kulit kronis. Biasanya ditandai dengan menebalnya kulit disertai  bercak-bercak merah. Di Indonesia, saat ini jumlah pengidapnya bisa mencapai sekitar 5 persen atau 10 juta jiwa. Namun yang terdata, masih sedikit, sekitar 3.000 jiwa

Penebalan kulit akibat penyakit ini terjadi di hampir seluruh tubuh.  Stres dan gaya hidup tidak sehat bisa memicu timbulnya penyakit ini. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Danang Tri Wahyudi mengatakan, tanda mulai munculnya penyakit bisa dari kepala yang mengeluarkan serpihan seperti ketombe.

“Awalnya sih engga gatal biasanya. Merah dulu, nanti dia tambah banyak dan menyebar ke seluruh badan. Baru setelah itu timbul tanda-tanda khasnya, meninggi, bersisik. Seringnya bisa di badan atau di kepala. Jadi sering dikira sebagai ketombe. Di badan itu biasanya di daerah siku atau lutut,” jelasnya.
Minimnya informasi menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit ini. Akibatnya para penderita psoriasis diberi label buruk sampai terdiskriminasi dari lingkungan sosial. Rio pernah  mengalaminya.“Merasa minder, merasa..ya pokoknya intinya saya dari pengen bunuh diri sampai pengen bunuh orang. Penyakit psoriasis ini bukan hanya penyakit di badan aja, tetapi penyakit mentally. Kenapa? Karena ketika kita keluar, tangan kita merah, kepala kita merah, muka merah, bunder-bunder begitu, orang pada nanya, 'Itu mukanya kenapa ya?' Karena mereka memandang dengan jijik. Kita mesti kuat-kuat mental,” akunya. 

Cibiran yang diterima Rio sama sakitnya dengan penyakit yang mendera tubuhnya.  

KBR68H: Sakit ini mas?
Rio: Rasanya itu mas, mas pernah badan mas bagian mana yang pernah kena semen sampai kering? Nah itu, keras.
KBR68H: Itu sehari berapa kali? Kecil ya obatnya.
Rio: Ini satu. Ini obat kemonya.
KBR68H: Setiap hari dua obat itu?
Rio: Tunggu belum.
KBR68H: Jadi sehari, berapa, 1, 2, 3....6.

Cibiran kepada pengidap psoriasis juga diceritakan Helena Intan.


  • penyakit
  • kulit
  • psoriasis
  • stigma
  • KPPI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!